"09"

9 3 0
                                    

"Rose! Ayo turun, sarapan!" panggil ibunya. "Iya bu, aku turun 5 menit lagi! Masih ngeringin rambut nih!" balasnya. Sambil mengeringkan rambut, dirinya teringat chat-nya dengan Max. "Deketin gua?" ujar batinnya. Dirinya menggelengkan kepala dan lanjut mengeringkan rambutnya.

"Wah, baunya wangi! Ayam goreng!" teriaknya sambil menuruni tangga. "Ibu emang the best deh!" lanjutnya sambil memeluk ibunya. "Makan yang banyak! Jarang-jarang ibu bisa masak buat kamu!" ujar ibunya sambil tersenyum lebar. "Iya bu! Eh, ibu ngga berangkat? Udah jam 9 loh!" ujar Rose. "Nanti jam 10, mulai hari ini jadwal kerja ibu sudah berubah, sekarang tiap Sabtu semua karyawan di kantor ibu datangnya pukul 10.30." balas ibunya "Enak dong!" balas Rose, "Ngga juga sih... jam malam ibu bertambah.. hingga pukul 11 malam. "Ha? Yaahh mana enak? Mending dulu! Berangkat jam 9, pulangnya jam 8!" balas Rose kecewa. "Sabar yaaa!" ujar ibunya sambil memeluknya.

"Tin-tin" "Suara apa itu?" tanya ibu Rose penasaran. Rose pun berjalan keluar rumahnya, matanya terbelalak melihat Max tersenyum sambil melambaikan tangannya. "Ayo!" teriaknya. Rose yang terkejut kembali masuk ke rumahnya. "Siapa?" tanya ibunya, "Ngga tau tuh!" balas Rose sambil mendorong ibunya menjauhi pintu. "Ihh kok gitu? Coba ibu liat." ujar ibunya lalu membuka pintu. Rose berusaha menarik ibunya, tapi rupany Max sudah ada di depan pintu rumahnya. "Pagi, tante!" sapa Max hangat. Melihat pria di depannya itu, ibu Rose terbelalak. Tinggi, tampan, postur tubuh yang bagus, ke sini naik mobil—pacar impian. "Pagi juga!" balas ibu Rose sambil tersenyum lebar. "Kamu kenal anak saya? Ohh! Nama kamu siapa?" lanjut ibu Rose. "Max, bu. Saya teman anak ibu." jawabnya dengan tatapan hangat.

Rose yang tidak suka dengan kedatangan Max, menarik ibunya ke dalam rumah. "Apa yang kamu lakukan? Ngga sopan!" ujar ibunya terlihat marah. "Dia harusnya ngga datang!" ujar Rose sambil menepuk-nepuk pundak ibunya. "Emang kenapa? Dia suka sama kamu? Rose!! Anakku sudah besar!" sahut ibunya sambil memeluknya dengan erat. "Ck. Apa sih bu?! Ngga sih!" balas Rose dengan nada tinggi. "Tok-tok" suara ketukan pintu. Dengan cepat ibu Rose mengambil tasnya dan membuka pintu, "Kamu mau kan nemenin anak tante kan? Tante harus pergi nih, soalnya!" ujar ibu Rose yang terlihat buru-buru (pura-puranya). "Bisa.." "Oke, dah!" lanjut ibu Rose yang langsung berjalan pergi.

"Ehem!" "Iya? Kenapa ya?" tanya Max membalas Rose. "Kenapa lu ke sini?" tanyanya. "Kan lu kemaren udah bilang mau pergi." jawabnya. "Ya udah! Gua ganti baju dulu." balas Rose. Max kira semua perempuan itu sama, sama dalam hal bersiap-siap, biasanya perempuan membutuhkan waktu 1 jam hanya untuk berdandan, minimal 30 menit untuk memilih baju lalu memakai alas bedak dan lipstik. Tapi ia dikejutkan dengan fakta bahwa Rose berbeda, pakaian yang ia pakai tidaklah feminin, lebih ke "asal nyaman" dirinya juga tidak terlihat memakai bedak atau pun lipstik.

"Napa lu, ngeliatin gua kayak gitu?" tanya Rose. Melihat gadis yang berhadapan dengannya itu, mungil dan berpakaian cukup besar, dirinya pun menjawab, "Imut, lu cantik." Mendengar perkataan Max, hati Rose terasa berdebar dua kali lebih cepat. "Apa sih, ngga jelas!" ujarnya terlihat salah tingkah, membuat Max tertawa geli. Max pun berjalan menuju mobilnya dan mengarahkan tangannya ke arah pintu mobil, mengartikan "ayo". Rose pun masuk dan mereka pun berangkat.

Dalam perjalanan tidak ada satu kata pun keluar dari mulut mereka. Rose penasaran akan tempat yang Max sukai. Sekitar 30 menit berlalu, mereka akhirnya sampai. Ketika memasuki gedung itu, terlihatlah arena bowling 🎳 yang cukup besar. Di sana banyak orang sedang tertawa dan bersenang-senang. "Lu pernah main bowling?" tanya Max. "Ngga, tapi kayaknya seru!" balas Rose terlihat tidak sabar. Melihat reaksi gadis itu, Max menjadi bersemangat. Rose yang tidak tahu cara bermain, selalu gagal menjatuhkan pin. Sampai ia merasa tidak berbakat dalam bermain bowling dan memutuskan untuk menyerah. Max yang melihat itu menghampirinya, "Sini, gua ajarin." ujarnya.

Max pun mengajarinya, tapi seringkali Rose tidak kuat mengangkat bolanya, karena itu Max membantunya, Rose dapat merasakan sentuhan tangan pria itu pada tangannya, hatinya berdebar mukanya serasa memanas. Ia pun kembali salah tingkah. Dan memutuskan untuk berhenti bermain.

Max pun mengajaknya untuk pergi mencari makan. Mereka sudah melewati mall-mall, restoran dan cafe yang ia lihat sepanjang jalan, tapi Max tidak berhenti. Sampailah mereka di satu warteg, "Ayo! Gua suka makanan di sini!" ujar Max. Rose yang melihat pria itu memasuki warteg kecil dan cukup kumuh itu berpikir, "Dia kaya, tapi makan di warteg.." Rose pun menyimpulkan bahwa Max bukanlah tipe orang yang suka berfoya-foya, walau orang tuanya kaya, ia tidak pernah "jijik" dengan makanan pinggir jalan. Melihat hal itu Rose menjadi semakin tertarik untuk mengenal pribadi Max lebih jauh.

Ia pun masuk dan makan. Dilihatnya Max yang sangat lahap makan membuatnya entah kenapa tersenyum. "Ternyata lu ngga matre ya, terus lu juga ngga jijik sama tempat kayak gini." ujar Max sambil menganggukkan kepala. Rose yang mendengar perkataannya hanya mengangguk. Untuk memecahkan suasana yang canggung itu Max pun mengajaknya berbicara...

Hari sudah larut malam. Rose senang bisa berjalan bersama Max, mengenalnya lebih dekat. Max juga senang, bisa lebih dekat dengan Rose. Sampailah mereka ke rumah Rose, Max membukakan pintu untuk Rose. Dan mengantarnya hingga depan pintu rumahnya. "Udah malam banget nih, pulang sana!" ujar Rose. "Iya.. sabar" balas Max. "Emang lu mau ngapain lagi di sini?" tanya Rose. "Ngeliatin lu!" ujarnya tegas. Membuat Rose tidak tahu harus berkata apa. Mereka terdiam cukup lama, sampai akhirnya Rose memutuskan untuk masuk, "Night" ujarnya sambil melambaikan tangan. Belum sampai menoleh ke belakang. Max meraih tangannya dan mencium pipi Rose, "Night" ujarnya sambil tersenyum canggung.

Rose tertegun, melihat pria yang baru saja mencium pipinya itu berlari memasuki mobilnya dan melaju pergi. Jantungnya berdebar sangat cepat. "Tuhan.. apa yang sebenarnya barusan terjadi?" ujar batinnya.

***
Thank you for reading~
Vote & Comment too~
-geboii

Silly But Pretty (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang