"01"

76 9 6
                                    

Rose pun sampai di rumahnya, kepalanya serasa mau pecah karena terlalu pusing mendengar ceramahan Bu Darta. Wali kelasnya.

Pk. 15.00 (Bel pulang sekolah berbunyi)
"YESS!!" teriak Rose dalam hati, sambil mengangkat kedua tangannya dan mengeluarkan senyum yang begitu lebar. Melihat ekspresinya itu ke-3 temannya tertawa.
Tapi kesenangan itu hanya berlangsung 10 detik. "Anak-anak, duduk lagi ada yang ingin ibu sampaikan" ujar Bu Darta memasuki ruangan.

Ruangan menjadi hening ketika ia masuk. Anak-anak paling tidak suka dengan Bu Darta, sebenarnya ia baik dan perhatian. Tapi tidak ada yang tahan dengan ceramahannya. Contohnya  hari Senin yang lalu, ketika ia menjadi Pembina Upacara. Upacara yang harusnya selesai pk. 07.45, tapi karena ceramahannya, bisa menembus pk. 08.15.

"Aish.. kenapa dari semua guru yang ada.. harus dia yang datang!" ujar Rose dalam hati. Bu Darta pun mulai membuka mulutnya dan berbicara, ceramahannya memakan waktu 30 menit sampai beberapa murid laki-laki memilih untuk tidur. Ketika Bu Darta berkata, "Sekian terima kasih"

Murid-murid langsung berlari keluar, yang tadinya tertidur, langsung terbangun dan ikut berlari.

"Aduh! 15.30! Ahhh, padahal topik pembicaraannya bisa selesai 5 menit doang!" ujar Rose kesal. "Makanya! Mami gua pasti marah nih, gua duluan ya! Bye" balas Miya sambil berlari. "Gua juga mesti pulang nih! Papi gua yang jemput, dia udah nunggu di parkiran.. duluan ya!" kata Annie sambil melambaikan tangan. "Lu ga pulang?" tanya Rose, "Mami gua hari ini sore jemputnya, masih harus nunggu.." jawab Lisa "Yaudah gua temenin.." lanjut Rose sambil menemani Lisa berjalan ke arah halte sekolah.

Tak lama menunggu, kurang lebih 10 menit Rose dijemput. Lisa pun menunggu sendirian.
                                      

***

"Huaa.. ngantuk" ujar Rose sambil menguap lebar-lebar. Karena terlalu mengantuk ia pun langsung membaringkan dirinya di tempat tidurnya dan langsung terlelap.

"Ya, ampun! Dia tidur.. Rose! Mandi dulu! Rose...Rose?" panggil ibunya sambil menggoyangkan tubuhnya. Tapi Rose sudah terlelap tidur. "Huh....Pasti dia capek.. ya sudah lah.." ibunya pun berjalan keluar kamar dan mematikan lampu.

"Aduh.. jam berapa nih?" Rose terbangun kaget "Hah! Udah jam setengah 8!" Rose pun cepat-cepat berdiri dari tempat tidurnya dan melangkah keluar, ketika ingin melangkah keluar ia melihat "13 missed calls from Ryan" di layar HP-nya.

Ia pun teringat kalau Ryan memberikan simbol "call me" tadi siang. "Aduh! Sampe lupa! .. Gimana ya....?" kata Rose sambil berjalan di tempat "Ahh, sudah lah mandi dulu aja!" Rose pun memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

Ryan di rumahnya hanya duduk di sofa kamarnya sambil mengamati HP-nya. "Kenapa nggak diangkat?" ujar nya penasaran.
Tiba-tiba HP-nya berdering dan nama yang muncul di layar HP-nya membuatnya tersenyum. Ternyata Rose menelponnya, ia pun dengan cepat mengangkatnya lalu mematikannya.

Rose yang melihat itu bingung. Tak lama kemudian ia ditelpon lagi oleh Ryan. "Vid-call?" gumam Rose. Ia pun mengangkatnya.. "Woi! Eh.. kok muka lu nggak lu liatin? Kan ini vid-call, ayo dong!" teriak Ryan "Nggak ah, males" jawab Rose.

*CALL*

Ryan: Jangan gitu dong, gua udah pasang muka aib nih,  masa lu nggak ikutan?

Rose: Ogah.. ngapain gua ikutan, lu kan tadi cuman nyuruh nelpon..

Ryan: Ck.. Yaudah deh kalo ngga mau.. Rumah gua sepi.... banget kayak ngga ada yang huni...

Rose: Mami, papi lu belom pulang?

Ryan: Lom. Kayaknya lembur lagi.. Huh...

Rose:... (terdiam karena bingung menanggapi keluhan Ryan)

Ryan: Mau ketemuan di taman nggak?

Rose: Sekarang?

Ryan: Iya lah.. kapan lagi?

Rose: Yaudah gua bilang mak gua dulu..

                call ended

"Yes!" teriak Ryan sambil memasang senyum lebar dan berlari keluar.

Sesampainya di taman ia melihat Ryan sedang duduk di ayunan, Ryan pun melihat Rose yang berjalan mengahampirinya sambil tersenyum.
"Kenapa lu nyuruh gua ke sini?" tanya Rose "Mau ngobrol aja" balas Ryan— mereka mengobrol tentang masa lalu mereka sambil tertawa. Sampai terdengar suara "kresek.." dari semak-semak yang memecahkan pandangan mereka.

"Halo?" tanya Ryan ke sekitar semak-semak, tapi tidak ada yang menjawab. Dilihatnya Rose yang khawatir dan sedikit takut. Ryan tersenyum melihat Rose "manisnya" gumam Ryan. "Ada orang?" tanya Rose gelisah "Nggak kok, ga perlu takut.." kata Ryan "Si—siapa yang takut!" ujar Rose. Tiba-tiba keluar kucing melompat dari semak-semak tepat di depan Rose, "AHHH!" teriak Rose terkejut. Melihat betapa terkejutnya Rose, Ryan tertawa terbahak-bahak. Rose pun kesal dan duduk di ayunan dengan muka cemberut.

"Ihh.. ngambek..." canda Ryan, "Siapa yang ngambek!" bentak Rose kesal. "Hahaha" tawa Ryan. Melihat muka gadis itu Ryan mendekatinya dan berlutut di depannya, membuat Rose terkejut, "Lu—lu nga—ngapain?" ujarnya sambil memundurkan badannya. Tapi semakin ia mundur Ryan semakin mendekat, membuatnya hampir terjatuh dari ayunan itu. Ryan pun dengan sigap menahan punggungnya, " Kalo gua suka sama lo, lo marah ga?" tanya Ryan dengan pandangan penuh makna.

Kata-kata itu mengejutkan Rose karena sebenarnya, dulu ketika ia duduk di kelas 8 ia pernah suka dengan kakak kelasnya itu. Ia merasa Ryan sangat baik, manis, dan selalu memperhatikan dirinya. Ia juga merasa nyaman ketika bersama dengan Ryan. Tapi rasa sukanya itu harus ia tinggalkan, karena..

            ~ 2 tahun yang lalu~

Saat pulang sekolah Rose diminta Bu Esli menaruh beberapa alat optik di Lab. Fisika. Ketika dirinya sedang ada di depan Lab. Fisika ia mendengar ada suara tawa keluar dari ruangan itu, ketika ia memutuskan untuk mengintip ke dalam, dilihatnya Ryan yang sedang duduk dan ada gadis yang sedang membasuh mukanya. Mereka berdua terlihat sangat senang dan tidak berhenti tertawa. Gadis itu seangkatan dengan Ryan tapi tidak sekelas, ia masuk OSIS dan ia cukup terkenal. April. Itu namanya.

Rose melihat sosok elegan, dan cantik dari kakak kelasnya itu. Yang membuatnya terlihat tidak sebanding. Tiba-tiba gadis itu mengeluarkan kalimat yang mengejutkan Rose dan juga Ryan. "Ryan gua suka sama lu" sambil memeluk Ryan. Dengan sedih Rose memilih untuk pergi meninggalkan mereka berdua dan meninggalkan alat optik yang ia pegang di depan ruangan itu.

Kurang lebih 20 menit kemudian, Ryan turun bersama dengan teman-temannya. Ryan yang melihat Rose di depan anak tangga, langsung menyapanya. "Ciee.. yang nyapa cewenya" ujar Anthony menjahili Ryan. Teman-temannya pun tertawa. Cory pun dengan penasaran bertanya, "Lu berdua beneran pacaran?" Rose terdiam sejenak, tapi tanpa basa-basi Ryan langsung menjawab "Kita cuma temenan kok!" Rose sudah punya feeling ia akan mendengar jawaban itu keluar dari mulut Ryan. Ia pun membalasnya, "Iya" "Kalau begitu, gua pergi dulu ya" lanjutnya
"Ok" balas Ryan. Teman-temannya pun memberi lambaian 'da—da' kepada Rose.

Sejak hari itu Rose berusaha melupakan Ryan..
                                       
***

"Rose?" tanya Ryan untuk ke-2 kalinya. Rose pun kembali sadar. Ia pun bertanya, " Suka?" "Lu masih mikirin pertanyaan gua?" tanya Ryan "E—eh" gumam Rose "Ngapain? Gua cuman bercanda! Hahaha.. jangan dianggap serius ya.. jangan marah juga!" ujar Ryan.

Hati yang tadi berdegup kencang pun melambat. "Gua nggak marah kok" balas Rose dengan memberi seulas senyum. "Kita kan temen" lanjutnya lagi lalu memandang mata laki-laki di depannya itu.

Mereka berdua pun bertatap-tatapan, kalau ada yang melihat kejadian itu— dapat dilihat bahwa salah satu dari mereka sedang berbohong. Karena tatapannya begitu dalam. Seakan memalsukan seulas senyum, dan menantikan jawaban sebenarnya.

                                         ***

~ And it's a cold winter's day ~❄️
~ I dream away ~💫
~ It must've been Love~💞
~But it's over now~🥀
~It must've been good, but I lost it somehow~ 🌌
—Lagu kesukaan Rose—
[tambahan info doang kok ;)]

***
Thank you for reading~
Vote & Comment too~
-geboii

Silly But Pretty (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang