Nggak Mungkin

38 7 2
                                    

Desy dengan semangat menyantap bakso yang di pesannya di kantin langganannya. Abel yang melihat itu hanya mampu menelan ludah, jika Desy sudah seperti ini artinya gadis mungil itu sedang kesal dengan seseorang.

"Des, pelan-pelan aja nggak ada yang mau minta kok," ucap Abel.

Desy tak peduli dengan ucapan Abel, dia tetap fokus pada kegiatannya hingga seseorang mengejutkannya.

"Hai, gue sama temen gue boleh gabung kan?"

Suara yang sangat familiar di telinga Desy, suara yang ia dengar seharian ini. Mata Desy beralih untuk melihat siapa yang baru saja bergabung dengannya, seketika tenggorokannya tersedak saat melihat Leo dan temannya berada di depannya sekarang.

'uhukk uhukk'

Desy terbatuk karena tersedak bakso yang baru saja ditelannya, semua pandangan akhirnya tertuju pada Desy, tak terkecuali Leo dan Arka.

"Tuh kan, makanya kalo makan pelan-pelan aja." Omel Abel sembari menyerahkan minuman kepada Desy dan langsung disambut oleh gadis itu.

Leo yang melihat tingkah salting Desy hanya tersenyum tipis, entah mengapa tiap ia melihat Gadis itu hatinya terasa tenang dan bibirnya secara otomatis terangkat dan membentuk seulas senyuman.

"Apa lihat-lihat?" 

Desy melayangkan tatapan tajam ke arah Leo yang sejak tadi menatapnya, Abel dan Audi hanya menghela nafas melihat tingkah Desy. Desy memang sosok yang terbuka dengan apapun, jika ia tak menyukai sesuatu maka dia akan mengatakannya atau bahkan menunjukkan rasa tidak sukanya, ya seperti sekarang ini.

"Orang gue punya mata, terserah dong." Ucap Leo enteng.

"Des jangan gitu dong, Kak Leo kan pembimbing kita." Bisik Abel pada Desy.

"Ya terus?" 

"Lu mau sertifikat lu ditahan sama dia gara gara tingkah lo?"

Desy memutar bola matanya sembari menggembungkan pipinya.

"lucu!" satu kata lolos dari bibir Leo.

Semua orang yang mendengar itu langsung melayangkan tatapan penuh tanya ke arah Leo, sementara pria itu hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal, dia meruntuki mulutnya yang tak bisa melihat situasi.

"Astaga itu lucu banget kucingnya, iyakan Ka lihat deh." 

Leo tertawa begitu keras sambil menepuk bahu Arka. Sementara Arka, Abel, dan Desy hanya memasang wajah datar. Leo langsung meredakan tawannya saat melihat ekspresi itu.

"Eh gue balik duluan ya, kayanya ada pasien gue yang nunggu."

Leo melenggang pergi untuk menghindari tatapan-tatapan horor yang ditujukan untuknya.

"Kak temen kakak kenapa?" Tanya Abel

"Entah gue juga ngga paham, suka kali sama temen lo."

Jawaban Arka sukses membuat kedua perempuan itu menatapnya penuh tanya.

"Siapa?"

"Lo."

Desy membulatkan matanya, mana mungkin pria menyebalkan yang selalu mengganggu hidupnya akhir-akhir ini bisa menyukainya.

"Bercandanya nggak lucu deh, kak." Ucap Desy 

"Kan gue bilang kali aja,  udah gausah dipikirin dia baik kok orangnya emang kadang nyebelin gitu, Gue duluan ya."

Setelah Arka pergi, Desy terus meyakinkan dirinya kalo tebakan Arka itu salah.

"Nggak mungkin dia suka sama gue dan gue juga nggak mungkin suka sama dia. Ingat itu Desy Aldera Ghibran."

You Are My HealingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang