Tak di anggap - 2

27 8 4
                                        

"Aku ingin seperti mereka, berkumpul hangat di meja makan, memulai hari di awali dengan pagi yang manis."

- lula's diary -

-------------------------------------

"Mama, sebentar lagi Lula akan mengikuti olimpiade."ujar Lula dengan senyum andalannya, sementara Fara hanya memandang datar ke arah anak bungsu nya itu.

"Lantas?"

"Lula butuh semangat dari mama,"balas gadis itu membuat sang mama naik pitam.

"Untuk apa?kau ingin berlagak seperti anak pintar saat ini?"ujar Fara dingin sambil memutar kursi nya menghadap ke Lula. Bahkan dia berbicara menggunakan bahasa baku, membuat semangat Lula down saat itu juga.

"Enggak ma, maaf. Kalau begitu, Lula pergi sekolah dulu ya ma, mama jangan lupa makan."ujar Lula seolah dia tak merasakan sakit hati sedikitpun. Gadis itu mengecup pelan pipi Fara lalu buru-buru keluar ruang kerja mamanya.

Fara terdiam menatap punggung Lula yang berlalu. Wanita paruh baya itu memegang pipinya, lalu mengambil tissue untuk membersihkan bekas kecupan Lula yang di anggap menjijikkan baginya.

Sementara Lula, hanya terdiam di depan pintu ruang kerja mamanya. Sakit memang rasanya tak di anggap oleh orang yang di sayang, tapi Lula tak bisa apa-apa. Gadis itu hanya bisa berdoa sambil menunggu roda bagian kebahagiaannya berputar keatas.

"Kok rasanya sakit ya,"ujar Lula polos sambil memegang bagian hatinya.

---lula's diary---

"Morning sayang!"ujar Arzam semangat saat melihat Lula baru saja memasuki gerbang sekolah.

"Morning Arzam! Kok tumben Arzam datengnya cepet?biasanya kan telat,"ujar Lula.

"Wah wah, kok kamu tau kalo biasanya aku telat?sering merhatiin yaa?cieee,"goda Arzam.

"Ya Lula memang sering memperhatikan Arzam. soalnya, setiap Arzam dikasih hukuman bersihin lapangan, muka Arzam tuh kasihan, Lula sering nggak tega liatnya,"balas Lula polos membuat Arzam terbahak di buatnya.

"Hahaha kalau kasian, kenapa nggak bantu aku bersihin coba?"tanya Arzam.

"Males. Kan yang di hukum Arzam, bukan Lula."balas Lula enteng.

"Iya deh iya,"

Mereka pun memasuki kelas sambil berjalan beriringan, mampu membuat seisi kelas terkejut melihat kedekatan King playboy dengan Queen polos.

"Lah?! Kok tumben amat lo berdua jalan bareng?"tanya Fina, si bendahara.

"Dia ini jadi pacar gue sekarang,"balas Arzam sambil merangkul pundak Lula.

"Cieeee, pj dong."sorak mereka.

"Aman. Ntar makan di kantin gih,"ujar Arzam membuat satu kelas berteriak kegirangan.

"Lo mau traktir ye, Ar?"tanya Raka yang baru saja datang disusuli dengan Saga.

"Siapa bilang mau traktir, orang gue cuma nyuruh makan doang."balas Arzam santai lagi-lagi membuat seisi kelas menyoraki nya.

Lula's diaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang