O

591 78 10
                                    

Hari ini Minggu, semua orang tengah sibuk dengan kemalasannya setelah enam hari penuh bekerja tanpa jeda. Tapi tidak dengan (y/n), dirinya kini tengah berada di dapur mini dalam apartemen sederhana yang ia tinggali.

"Ommy..." Balita usia dua tahun berjalan mendekat sambil menggigit mainan karet di mulutnya.

"Kau lapar, Kenji?" (y/n) tersenyum dengan tangan yang terus bergerak.

"Ommy asak apah?" (Read: Mommy masak apa?)

"Mommy bikin sup, Kenji suka?"

"Uka!!" Balita bernama Kenji berteriak girang.

(y/n) bergerak pada kotak yang menempel di dinding. Berisi bumbu-bumbu dapur yang sebagian sudah tinggal sedikit.

"Wah... gawat! Banyak bumbu yang sudah habis." (y/n) menggumam.

"Ommy, ucu Enji abis!" (Read: Mommy, susu Kenji habis!)

(y/n) menoleh ke bawah, menatap bocah dengan surai blonde yang selalu membuatnya gemas.
"Setelah sarapan kita belanja ya!"

"Otte!" (Read: Oke!)

Sementara itu, ditempat Dazai berada...

"Oi! Dazai sialan! Bangun! Apa kau akan menghabiskan minggu berhargamu diatas kasur, hah!" Chuuya, sedang menggoyang-goyangkan punggung Dazai dengan kakinya.

"Dazai! Cepat bangun! Ku adukan pada paman Yukichi baru tau rasa!" Dengan kedua tangan yang ia masukan ke dalam saku jaket, berdiri di ranjang Dazai dengan gerakan yang masih sama.

"Memangnya apa yang mau kau adukan? Aku sudah bekerja keras untuknya. Seharusnya paman Mori mengajarimu sopan santun. Masa membangunkan majikan menggunakan kaki." Dazai menjawab dengan mata yang masih terpejam.

"Sialan! Memangnya aku pembantumu hah?" Chuuya menginjak kepala Dazai hingga terbenam diantara bantal.
"Kau ini cuma menang tampang doang! Makanya paman Yukichi memilihmu untuk menjadi penerusnya di perusahaan. Beda denganku! Ougai Mori memberikanku jabatan karena memang aku layak mendapatkannya!"

Chuuya menjauhkan kakinya. Duduk bersila diatas ranjang. Dazai bangun dan mendudukan dirinya disana.
"Kau memanggil ayahmu dengan nama panjangnya? Luar biasa..." Ucap Dazai sambil mengusap kepala.
"Ah─ kalau mau membunuhku jangan seperti tadi. Aku hampir saja sesak nafas. Gunakan cara yang halus dong."

Chuuya mendecih, menyeret leher Dazai dari ranjang. "Ayo bangun! Temani aku beli topi baru!"

Akhirnya, Dazai berhasil ditarik Chuuya untuk keluar dari tempat peristirahatan ternyaman. Menaiki motor sport berwarna marun yang dikendarai Chuuya. Hanya mengenakan celana sebatas lutut, kaos tanpa kerah berwarna putih dan rambut yang acak-acakan, Dazai duduk dengan tenang di belakang. Bahkan pria itu baru menyikat gigi dan membasuh muka saja sudah langsung diseret Chuuya yang tidak sabaran karena takut topi limited edition yang ia incar raib diambil orang.

Setelah memarkirkan motor di basement, kedua pria tampan itu berjalan memasuki sebuah pusat perbelanjaan. Yang dituju Chuuya pertama kali adalah toko khusus yang menjual topi branded. Langkahnya bahkan tak bisa diajak sabar. Hampir setengah berlari, ia berbelok dan menabrak seseorang disana.

BRUG!

"Hei! Kau! Punya mata tidak!!!" Seorang nenek dengan tangan yang dipenuhi belanjaan terjatuh setelah bertabrakan dengan Chuuya. Sementara Dazai, masih berjalan santai jauh dibelakang Chuuya. Netranya berkeliling menatap suasana mall yang terbilang cukup ramai. Untung saja dia mengenakan setelan luar bisa sederhana yang tidak akan menarik perhatian orang lain.

Tapi justru perhatian dirinyalah yang sekarang tertarik oleh keberadaan sosok gadis bersurai coklat dengan sekantung penuh belanjaaan ditangan kanan dan tangan kiri yang tengah menggendong seorang...

"Bocah?" Kepala Dazai bahkan sampai miring ke kanan. Ditatapnya lekat sampai ia benar-benar yakin bahwa gadis itu adalah salah satu pegawainya.

"Kyaaa!!! Anakmu benar-benar sangat lucu! Siapa namanya?" Seorang wanita berseragam keamanan tengah menoel-noel pipi anak balita dalam gendongan salah satu pegawai Dazai.

"Ayo beri salam." Ucap gadis itu pada anak dalam gendongannya.

"Alo! Aku Enji! Cayam kenay!" (Read: Halo! Aku Kenji! Salam kenal!)

"Enji?"

"Namanya Kenji." Gadis itu mengkoreksi.

"Hai Kenji! Dimana ayahmu, apa kalian berbelanja sendiri? Sebanyak ini? Kau pasti kesusahan." Ucap wanita berseragam keamanan.

"Tidak, ini sudah biasa."

"Dimana suamimu?"
Gadis bersurai coklat itu hanya bisa tersenyum.

"Edy udah da ada." Kenji berusaha menjawab.

"Hm?"

"Edy di cuyga!" Berucap dengan wajah polos.

Sementara itu, Dazai yang sedari tadi diam-diam mendengarkan perbincangan mereka, kini berjalan menghampiri. Hal pertama dilakukan adalah mengambil belanjaan dari tangan kanan pegawainya.

"Maaf menunggumu lama. Ayo kita pulang." Kantung belanjaan yang semula berada ditangan sang gadis, kini berubah menjadi genggaman erat yang berasal dari telapak tangan Dazai.

"Huh? Ah─" Gadis yang masih terkejut itu ditarik Dazai keluar dari pusat perbelanjaan. Berjalan menyusuri trotoar dengan tangan yang masih bertautan.

"Sir?"

"Pikun ya?" Ucap Dazai sarkas.

"Da-dazai..." Saat itu juga Dazai menghentikan langkah, membalikan badan dengan wajah yang menahan amarah.

"Jelaskan semua ini padaku, (y/n)!"

Dahi gadis yang ternyata adalah (y/n), berkerut. Menatap dengan wajah yang sedikit bingung.

"Ommy? Atut..." Kenji memeluk erat leher (y/n). Gadis itu langsung melepas ngenggaman tangan Dazai dan mengusap bahu Kenji dengan lembut.

"Dia teman Mommy, Kenji ga boleh takut."

Kini mata Dazai terbelalak, menatap dengan sangat terkejut saat (y/n) menyebut dirinya "Mo-mom- mom....my?"
Dazai langsung mengusap kepalanya dengan kasar.
"Astaga! Apa selama ini aku menyukai istri orang?" Dia mengacak rambutnya dengan frustasi.
"Kenapa kau diam saja! Cepat jelaskan padaku!"

"Ommy... atut... ucu...." Kenji menyembunyikan wajahnya dileher (y/n).

"Tolong jangan berteriak, akan ku jelaskan. Tapi kenji lapar, dia mau minum susu. Aku harus kembali ke rumah. Besok di kantor akan ku jelaskan semuanya padamu."

Sudut bibir Dazai terangkat.
"Heh! Besok? Kenapa tidak kau susui saja disini! Kenapa harus di rumah?" Dazai tak terima jika harus menunggu besok. Rasa penasarannya harus dipenuhi sekarang juga.

Sudut bibir (y/n) berkedut, "Aku tidak bawa air panas dan botol susu."

"Kau kan membawanya kemana-mana. Tinggal cari tempat dan susui dia!"

(y/n) berdecak, "Yasudah! Ikut saja kalau tidak sabar! Akan ku jelaskan di rumah!" Hilang sudah kesabaran (y/n).

"Tidak! Apa kau bermaksud mengenalkan suamimu padaku hah?! Apa kau sudah gila!"

Perempatan kecil muncul di dahi (y/n). "Seingatku, kau yang sinting Sir."
Tangannya langsung meraih kantung belanjaan yang berada di tangan Dazai. Berjalan dengan cepat meninggalkan Dazai yang masih kesal dibelakang sana.

"Hei! Tunggu aku!"
Dazai setengah berlari mengejar (y/n) dan mengambil belanjaan ditangannya lagi.

"Katakan pada suamimu, aku hanya penasaran karena biodatamu di kantor masih single. Sebagai atasan, aku tidak mentolerir kebohongan." (y/n) tak menoleh, tak juga menjawab.

Namun dalam hati dia sedang mentertawakan kebodohannya atau mungkin kebodohan Dazai. Sinting!

○ CEO sinting ○

CEO Sinting [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang