U

815 85 11
                                    

Chuuya berkali-kali mengumpat karena...

"Punya kekasih itu enak lho." Dazai menyandarkan punggungnya di sofa dengan tangan yang ia rentangkan dikedua sisi, bertumpu tepat diatas sandaran sofa. "Apalagi punya istri, itu lebih nikmat lagi." Kali ini kaki kanannya ia tumpu pada kaki kiri.
"Tidur ada yang menemani, makan ada yang menyuapi, mau ini itu tinggal bilang sayang! Aku mau puding karamel ya! " Dazai benar-benar berteriak dengan suara yang sedikit tertahan. Intonasinya pun terdengar sedikit manja dari biasanya. Atau mungkin saja dia melakukannya dengan sengaja karena satu alasan, yaitu membuat Chuuya iri.

"Iya! Tunggu sebentar ya!" Suara sahutan  perempuan yang berasal dari dapur itu membuat salah satu sudut bibir Dazai terangkat. Ia berseringai.

"Enak, kan..?" Dazai, tersenyum dengan sangat manis namun terasa begitu menyebalkan bagi Chuuya. Membuat pemuda bersurai merah itu mendecih dan berkali-kali memutar bola matanya dengan jengah.

"Chuuya, apa kau mau puding karamel juga?" Teriakan itu membuat Chuuya menoleh ke arah dapur dengan bibir yang mulai merekah. Bahkan mulutnya tergerak untuk menyaut namun dipotong oleh Dazai.

"Tidak usah, sayang! Biarkan Chuuya menikmati kejombloannya yang nista."

"Sialan!" Chuuya melempar bantal sofa tepat di muka Dazai.

"Aku kan benar, kau jomblo, sejak lahir pula." Kini Dazai tergelak dengan ucapannya sendiri.

Lalu (y/n) datang bersama Gin yang mengekor sambil membawa nampan berisi aneka macam puding. "Kau benar-benar jomblo?" (y/n) menegaskan.

Chuuya kembali berdecak. "Jangan percaya dengan si tukang bunuh diri. Dia itu tidak punya otak. Yang dipikirkan cuma bagaimana cara bunuh diri yang enerjik dan mencoba semua hal gila supaya dia mati." Chuuya melirik ke arah Gin yang ternyata sedang menahan tawa.
"Jadi jangan percaya padanya." Diakhiri lirikan mata mengejek ke arah Dazai.

"Kalau tidak percaya padaku, terus siapa yang harus dipercaya? Tidak mungkin kau kan? Jomblo Chuuya..." Dazai mengulurkan tangannya di pinggang (y/n) saat wanita itu duduk disampingnya.
"Apa kau punya seorang perempuan yang jomblo juga? Aku kasihan pada Chuuya yang setiap harinya selalu bermain dengan kak Koyou Osaki."

"Bukankah dia seumuran dengan Ranpo dan Kunikida ya?" (y/n) menoleh pada Dazai.

"Iya."

"Hm.. seleranya ternyata dengan yang lebih tua."

"Tidak juga. Aku suka dengan yang lebih muda." Semua menoleh pada Chuuya, tanpa terkecuali. Bahkan Gin yang semula berdiri dipojok ruangan juga menoleh padanya.

"Oh ya?!!!!" (y/n) dan Dazai berucap bersamaan. Kompak sekali yah kalian 😙

Chuuya gugup, tentu saja. Bahkan saat netranya menatap Gin, sorot mata gadis itu juga terlihat sangat penasaran sekaligus antusias.

"Y─yah... tapi aku tidak tau apa dia juga suka padaku atau tidak. Karena dia sangat pemalu dan sedikit bicara." Chuuya agak  gugup hingga terbata.

Dazai langsung memanggil Gin tanpa menolehkan wajahnya ke belakang. Dan gadis itu langsung mendekat saat itu juga. "Apa tuan muda mau tambah puding karamel lagi? Atau kopi?"

Dazai menggelengkan kepala. "Menurutmu Chuuya itu seperti apa?"

Gin melirikan matanya ke arah Dazai dan Chuuya secara bergantian. Berakhir pada tuan mudanya. "Sangat berisik."

"Pfft!" (y/n) menahan kekehan. Sedangkan Dazai tak menahan sedikitpun tawanya. Bahkan kaki kanannya sampai ia turunkan dari atas kaki kiri.

"Apa ada lagi?"

CEO Sinting [ E N D ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang