Nyatanya sakit sekali untuk mencintai dalam diam seperti yang kurasakan kini.
Apalagi saat kutahu bahwa kamu tlah jatuh hati pada seseorang yang pasti bukan diriku.Begitulah isi buku diary yang kutulis malam itu. Semacam curahan hati, namun tak kumengerti apa tujuan dari semua ini.
•••
Pagi itu aku bangun dan segera bersiap untuk pergi ke sekolah.
Aku lihat jam di kamarku masih menunjukkan pukul 05.40, akupun jadi agak santai untuk bersiap diri menuju ke sekolah.
Di saat aku sedang sarapan sembari memainkan jariku untuk melihat-lihat kiriman orang-orang di akun instagram, aku baru teringat kalau hari ini adalah hari Senin."Astaga!Aku lupa kalau hari ini ada upacara, aduhh telat dong nih." , kataku sambil menaruh handphone.
"Mah,aku udah siap nih. Ayo kita berangkat!" , ajakku pada Mama.
Memang seringnya, Mamalah yang mengantarku ke sekolah, aku merasa lebih enak aja gitu."Ayoo!" jawab Mamaku sambil menyalakan mesin motor yang sudah terparkir di depan halaman rumah.
"Aduh, ko ini motornya ga nyala-nyala ya rin. Papa juga lagi gak ada, barusan dia pergi ke rumah temennya buat ngomongin masalah pekerjaan. Gimana nih?" , ucap mamaku sembari terus mencoba menyalakan motornya.
Memang motor mamaku sudah agak lama usianya, entahlah sampai sekarang mamaku enggan untuk mengganti motornya.Berulang kali dicoba, tapi tetap saja tidak bisa.
Apalagi yang harus kulakukan? Mau tidak mau aku harus jalan ke depan, tepatnya ke pangkalan ojek, lalu naik ojek sampai ke sekolah."Aduhh, gabisa ya mahh. Yaudah deh aku naik ojek aja. Kayaknya belum terlalu telat juga nih. Daripada nungguin sampai motor mama nyala kan?" , kataku sambil sedikit mengerutkan muka.
"Oh iya, yaudah gih kamu naik ojek aja ya rin. Nih mamah kasih ongkos ojeknya. Kalau bisa sempet-sempetin ya buat makan di kantin. Mama takut kalau kamu ga sarapan bisa pingsan. " , kata Mamaku sembari menyodorkan tangannya memberiku uang Rp 10.000; untuk ongkos ojek.
" Yaudah mah, Rina berangkat dulu yaa." , kataku sambil mencium tangan Mama untuk pamitan.
Akupun berjalan dengan langkah kaki yang sengaja kucepatkan. Aku tidak mau sampai telat ke sekolah. Akhirnya akupun tiba di pangkalan ojek, tepatnya di seberang tempatku biasa membeli alat-alat tulis.
"Pa, ojek ya ke SMA Arjuna 1." , kataku pada tukang ojek sembari memakai helm.
"Oke neng" , jawab tukang ojek.
Saat kami sudah hampir tiba di sekolah, tiba-tiba motor yang kami tumpangi mogok.
"Haduh neng, motor saya mogok lagi nih. Neng buru-buru tah? Nanti biar saya telfon temen saya yang di pangkalan buat nyusul kesini. " , kata tukang ojek itu sembari terus mencoba menyalakan motornya.
"Yahh gak bisa pa. Gak akan sempat, gapapa deh pak saya jalan aja. Udah deket juga kok, makasih ya pak. " , kataku sambil menyodorkan uang Rp 10.000 yang tadi Mama beri di rumah.
"Sekali lagi, saya minta maaf ya neng. Saya gatau kalau bakal mogok tiba-tiba gini. Maaf ya neng, maaf sekali. " , kata tukang ojek itu sambil merendahkan nada bicaranya.
"Iya pak gapapa kok, saya duluan ya." , jawabku.
Sebenarnya aku juga sedikit kesal dengan kejadian barusan. Tapi aku tau itu bukan salah tukang ojek tadi.
•••
Akupun berjalan sambil memasang dasi lalu merapihkan rambutku yang sempat berantakan dikibas angin pagi.
Tiba-tiba dari belakang terdengar suara motor yang meng-klaksonku.
Akupun berhenti melangkahkan kaki. Lalu motor yang dikendarai seorang lelaki berhelm hitam itu berhenti tepat di depanku."Heyy, kok tumben jalan kaki. Mama kamu memangnya kemana? " , kata lelaki itu sambil membuka helmnya.
Ups, ternyata dia Riko."Eng-engga kok, tadi aku sempet naik ojek terus mogok, jadi aku lanjut jalan kaki de-eh." , jawabku dengan gugup, sambil mengusap dahiku yang sudah terbasahi dengan keringat tanda bahwa aku benar-benar gugup.
"Oh yaudah, ayo naik! Kita berangkat bareng aja, nanti telat loh. Kamu kan ketua kelas, nanti waktu upacara kamu harus tugas nyiapin barisan, jadi gaboleh sampe telat. " , ajak Riko.
"Hah? E-eng.."
Belum saja aku selesai berbicara, Riko langsung menarik tanganku lalu memasangkan helm di kepalaku. Tingkah manis Riko padaku tak menuntutku untuk berlaku apa-apa, aku hanya bisa termangu-mangu saat itu.Apa aku sedang bermimpi Ya Tuhan? (kataku dalam hati)
"Udah ayo naik! Kamu mau dimarahin kalo telat? " , ucap Riko dengan nada agak tinggi.
Akupun naik ke motor Riko tanpa banyak bicara. Di sepanjang perjalanan kami hanya terdiam. Jangankan mengajak bicara, bernafas saja sulit kulakukan. Seperti inilah jika semesta mempertemukan aku dengan Riko. Huffttt
Sesampainya di parkiran halaman sekolah, aku langsung turun dari motor Riko.
"Makasih." , ucapku singkat sambil berjalan meninggalkan parkiran.
"Iya sama-sama. Tapi helmnya gausah dipake juga kali ke dalem." , ucap Riko dengan tawa manisnya sembari menutup-nutupi dengan kelima jarinya itu.
"Hah? Oh iya. Maaf. " , jawabku singkat sembari menyodorkan helm dengan kedua pipi yang merah merona.
Aku malu sekali saat itu. Saking gugupnya, aku sampai bisa lupa melepas helm dari kepalaku."Hey tunggu! Kenapa gak bareng aja sih? Kan sekelas, kamu kayak nganggep aku orang asing aja nih. " , ucap Riko sambil menarik salah satu tanganku.
*Kamu bukanlah orang asing bagiku, namamu adalah istimewa, terukir dihatiku.* (kataku dalam hati)
Hayooo, Riko makin manis yaaa..
Penasaran sama kisah selanjutnya? Kira-kira apa lagi ya tingkah-tingkah manis Riko nanti?
Tunggu kelanjutannya ya pembaca setiaku!

KAMU SEDANG MEMBACA
"Kisahku"
Teen FictionSetiap orang berfikir bahwa jatuh cinta adalah manis. Untuk kamu yang juga berfikir seperti itu, ketahuilah resiko jatuh cinta jauh lebih besar dibanding berdiri diatas seutas tali yang tergantung diantara kedua tebing tinggi. Ketahuilah, pahitnya...