Setiap Melihatmu

43 5 8
                                    

Siang malam ku memikirkanmu
Ku sebut namamu, aku merindukanmu...
Mungkin aku harus menyatakan cinta, cinta, cinta...

Yaa, lagu Radja dengan judul Mimpi Indah itu menjadi lagu yang hampir setiap malam kudengarkan.
Sambil kuikuti dan kuresapi setiap lirik lagunya, aku bermain dengan rasa dan khayal-khayalku ini.

Tidak ketinggalan, aku juga bahkan sampai membayangkan wajah Riko sambil tersenyum-tersenyum, menggigit-gigit bibirku, sambil guling-gulingan di kasur🌚

Apa memang begitu orang yang lagi jatuh cinta?
•••
Apapun itu, aku sama sekali tidak peduli. Aku benar-benar nyaman dengan rasa ini.

Awalnya aku berfikir akan lebih baik untuk menyimpan rasa diam-diam, namun seiring berjalannya waktu dan bertumbuhnya rasa ini, aku ingin sekali dia tau bahwa aku menyukainya.
Tidak hanya cukup tau, aku berharap diapun memiliki rasa yang sama seperti apa yang kurasakan padanya.
•••
Aku mencoba untuk tidak terlalu memikirkan soal itu, karna dengan mencintainya saja aku sudah cukup bahagia.
Aku tidak ingin serakah.
Bahagia secukupnya saja.
Hehehe
•••
Sepulang sekolah hari itu, aku dan Fani memiliki jadwal les Matematika.
Bukan kebetulan kami les ditempat yang sama, tapi kami memang sudah sama-sama mendaftar disana. Maklumlah, namanya juga sahabat. hehehe...

Tapi, aku lupa kalau aku ga bawa buku matematika waktu itu. Akupun meminta tolong Fani untuk mengantarku ke rumah; untuk mengambil buku.
Kamipun berangkat menggunakan sepeda Fani.

Di kelas, di kantin, di toilet, di kamar, bahkan di jalanpun, hanya nama  RIKO yang tersirat dibenakku.
Entahlah, apa istimewanya diapun aku tidak tau. Yang terpenting, aku menyukainya, itu saja. :)

Ditengah perjalanan kami mengendarai sepeda, tiba-tiba terdengar suara lelaki yang memanggil namaku dan Fani.

"Heyyy, Faniiii, Rinaa!!! Mau kemanaa?!" kata lelaki itu sambil melambaikan tangannya serta nada suara agak teriak.
Kukira siapa, saat kutolehkan kepalaku ke kanan, ternyata dia Riko!
Tapi setelah aku tau dia Riko, aku langsung menolehkan kembali kepalaku ke sebelah kiri, lalu menyuruh Fani untuk segera melanjutkan goesan sepedanya.
Entahlah, aku jadi malu gitu saat bertemu dengannya.
Tak pernah bisa kupandang matanya, rasanya ingin meleleh saja.
Uhhhhhhh😅
•••
"Faniiii, ayo buruan jalannn. Ih ayoo dongg cepetann!!" kataku pada Fani sambil menepuk-nepuk pundaknya.

"Ihh, sabar dong Rinn. Lagian kita belum telat ko, masih 1jam-an lagi, kamu kenapa sihh?" kata Fani sedikit kesal.
Dia pun kembali menggoeskan sepedanya sambil melambaikan tangan pada Riko.

Aku tidak menjawab pertanyaan Fani saat itu, aku bingung harus menjawab apa.
Tidak mungkin kuberitahu yang sebenarnya pada Fani. Aku belum siap.
Untungnya, Fani tidak bertanya soal itu lagi, kuharap dia tidak berfikir macam-macam.

Di perjalanan, aku hanya memikirkan Riko dan Riko.
Jangan tanyakan,
"Apa gak bosen?"
Kalian harus tau, orang yang sedang jatuh cinta memang seperti ini kerjaannya.
•••
Sejujurnya aku ingin sekali berada lama saat bertemu dengan Riko. Tapi entahlah, tidak pernah bisa.
Aku hanya nyaman melihatnya diam-diam.
Lagi-lagi, aku itu malu-malu tapi mau 😂

Aku sebenarnya ingin sekali menjadi dekat dengannya, setidaknya menjadi sahabat karibnya saja. Namun, memang jantung ini tak pernah bisa mengerti soal keinginanku memenuhi hasrat:)
•••
Setelah aku mengambil buku di rumah, dan kembali untuk memulai perjalanan ke tempat les, Fani mengajakku membeli es kelapa muda yang tepatnya berada di samping toko sekaligus  rumah Riko.

"Ah, jangan disitu belinya. Ga enak tauu" kataku pada Fani.

"Kok gitu? bukannya dulu malah kamu yang sering ngajak aku buat beli es kelapa muda disana? ko sekarang bilang gtu?" tanya Fani heran.

"Ya sekarang ga enak. Udah deh gausah beli disitu." kataku membujuk Fani.

"Aku aja yang beli, kamu kalau gasuka ya gausah beli. Ribet deh kamu Rinn, wkwkk." kata Fani sambil tertawa kecil.

Fani memang sahabatku yang paling keras kepala. Aku kalah jika harus berdebat dengannya.
Di sepanjang perjalanan, akupun merasa dilema. Aku sebenarnya mau terus-terusan melihat Riko, tapi nyatanya aku tidak pernah bisa.
•••
Upsss, ternyata disaat aku dan Fani sampai di warung es kelapa muda itu, disana ada Riko yang juga sedang membeli es.

Aku kembali gugup, panas dingin, diam seperti patung.

"Wih, lagi beli es kelapa juga nih koo." kata Fani pada Riko.

"Iya nih, kamu juga ya?" jawabnya basa-basi.

"Lohh, kamu ga beli rin?" tanya Riko padaku.

"Engga tuh, katanya sih gasuka. Tapi kayaknya karna ada kamu deh, jadi malu-malu gitu ngapa-ngapain. Ya rin yaa,hahahaha..." kata Fani tertawa.

Ihh, aku benar-benar kesal.
Udah malu ketemu Riko, eh tambah malu lagi karna Fani bilang gitu ke Riko.

Gimana kalau Riko mikir macem-macem? Gimana kalau dia jadi ilfil? Gimana kalau jadi ngejauhin aku? (tapi emang ga deket sih:")

Sepanjang perjalanan sampai di tempat les pun aku tidak mengajak Fani mengobrol. Aku bener-bener kesel sama dia.

Ini karnamu Riko! 😌

"Kisahku"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang