Saat itu aku sudah mengenal namanya, mengenal asalnya, bahkan nama orang tuanya, hehe.
Entahlah, sejak dia datang dan menjadi teman sekelasku, rasanya setiap aku berangkat sekolah, seolah ada saja semangat baruku setiap hari.
Namun, aku memang tidak terlalu menyeriusi soal itu. Fikirku, mungkin karna ini tahun ajaran baru, jadi semangat deh.Oh iya, aku bahkan lupa untuk mengenalkan dia hihi..
Namanya Riko Hans Ivander.
Aku sering memanggilnya kesayangan. Upss, maksudku Riko.
Hihi
•••
Namun, aku melihat ada sesuatu yang berbeda juga denganku.
Aku jadi sering bercermin dan setiap ingin berangkat sekolah saja, bisa sampai 15 menit aku berada didepan cermin.
Durasi yang cukup fantastis bukan? 😂
Meski banyak hal aneh yang terjadi dalam diriku, tetap aku menolak untuk mengakui; setidaknya pada diriku sendiri, bahwa aku sedang 'naksir sama orang'.
•••
Sesampai di sekolah, kebiasaanku yang langsung bergabung bersama teman-temankupun, jarang sekali kulakukan. Aku lebih suka duduk sendiri, dan kalau ada teman/sahabatku yang nyamper, barulah kuajak bicara.
•••
Pagi itu, aku datang ke sekolah pagi sekali, karna aku belum sarapan dan berniat untuk sarapan di kantin.
Akupun berniat untuk menaruh tas di kelas terlebih dahulu, barulah ke kantin untuk sarapan.Namun, disaat aku memasuki pintu kelas, kulihat ada seorang lelaki yang tengah menulis-nulis di papan tulis. Ternyata, dia Riko.
Saat itu dia benar-benar sendiri di kelas. Akupun menaruh tasku.Tapi, aku tidak tau apakah ini hanya sekedar rasa malu atau apa. Rasa ini membuatku mengurungkan niat untuk sarapan ke kantin, seolah kakiku sulit sekali untuk melangkah keluar dari kelas. Aku merasa seperti patung, untuk menghela nafas saja susah sekali rasanya. Bahkan mataku tak sanggup memandang kedepan, terlebih ke arah papan tulis. Ditambah lagi suasana yang benar-benar sepi, membuatku semakin canggung untuk ngapa-ngapain.
Lagi-lagi aku bertanya pada diri sendiri
"Apa iya aku suka sama dia?"
•••
Akupun mencari cara agar aku tidak terlalu kaku dilihatnya.
Aku mencari buku dalam tasku, buku apa saja itu, yang penting tubuhku ini tidak terlihat membeku layaknya es di Benua Antartika.
Aku pun mencari pulpen dan entah aku menulis-nulis apa saja dibuku itu. Setidaknya aku ingin terlihat sibuk, dan rasa nervousku tak terlalu kelihatan.Namun tiba-tiba dia berjalan dari depan dan bertanya,
"Memangnya ada PR ya?", katanya sambil mendekati mejaku.
"Hmmm, iya.", kataku sambil tetap menaruh pandang ke buku. Aku benar-benar tidak bisa melihat matanya, astagaaa.
"Hah? PR apa? Perasaan gada deh?" katanya sedikit kaget.
"Hah? PR? apa? gada pr? pr apa?", kataku gugup karna salah jawab😌
Seketika itu juga dia tertawa kecil sambil melihat-lihat tulisan-tulisan yang kucoreti dibukuku.
"Kamu nulis apasih? " , katanya
"Oh, bukan apa-apa.." , kataku sambil memasukkan buku kedalam tasku.Melihat tingkahku yang cukup aneh, diapun kembali tertawa kecil, dan seketika itu juga hatiku merasa seperti yang bucin-bucin sering katakan, 'berbunga-bunga'
HIHIHI...
KAMU SEDANG MEMBACA
"Kisahku"
Novela JuvenilSetiap orang berfikir bahwa jatuh cinta adalah manis. Untuk kamu yang juga berfikir seperti itu, ketahuilah resiko jatuh cinta jauh lebih besar dibanding berdiri diatas seutas tali yang tergantung diantara kedua tebing tinggi. Ketahuilah, pahitnya...