Sayang, jarak halaman parkir ke kelas kami tak begitu jauh. Jadilah, tak bisa kuhabiskan waktu lama bersama Riko.
Tidak apa, rasa ini sudah mewakili sejuta waktu yang barangkali bisa kuhabisi bersamanya.
•••
"Aduhhh, Riko nih udah main bareng aja berangkatnya. " , ucap Soni sembari melempar senyumnya."Gausah sok tau deh lu. Dah ayo Rin, gosah dipeduliin! " , ajak Riko sembari meraih salah satu tanganku.
Kulihat cewe-cewe di kelas tak berhenti melihat kami. Apapun itu, aku sebenarnya takut sekali jika harus menjadi topik ghibahan mereka.
"Eh Rin, kamu kok tumben telat datengnya? " , tanya Fani.
"Haduh, iya nih Fan. Untung aja belum masuk, hari ini upacara ga si? Semoga engga deh ya, aku belum makan soalnya, hufftt! " , kataku pada Fani sembari mengerutkan alis tipisku.
"Lahh, kamu belum makan? Hari ini ada upacara Rin, tadi Pa Warto ke kelas nanyain kamu malah. Ayo makan, aku anter ke kantin! " , ajak Fani sambil menarik tanganku .
"Ga bisaa, udah tinggal 5 menit lagi. Kita ke toilet aja yuk sebentar . " , ajakku.
"Ngapain ke toilet? Mau minum airnya buat ngegantiin sarapan? Hahahaa, mana bisa Rinn. " , ucap Fani sembari tertawa hingga lesung pipinya pun ikut dilemparnya.
"Ihh, ya bukanlahh Fann. Aku kebelet nih . " , kataku pada Fani.
"Hmmm, aku tau nih kamu kebelet karna apa. Pastii grogi ya berangkat bareng Rikoo??!! Acieww acieww....katanya gamau deket-deket cowo dulu niee, eh disamper Riko langsung nempel, hahahaa.. " , kata Fani sembari menyengggol-nyenggolkan pundaknya disertai tawa kecil.
"Ya-ya ng-galahh ." , ucapku gugup.
"HAHAHA, GA SALAH LAGIII YAAA!! ", ucap Fani sembari berlari kecil ke toilet.
•••
KRINGGGG!! KRINGGGG!!!Bel tanda masukpun berbunyi. Serentak seluruh siswa berlarian ke lapangan. Ada yang sambil memasang dasi, memakai topi, dan lain sebagainya. Aku, Fani, dan teman-teman cewe sekelasku santai saja berjalan, karna kami tau wali kelas kami sangat tak menyukai kehebohan wkwkwk.
Setibanya di lapangan, aku sebagai ketua kelas langsung mengatur barisan.
"Yang merasa tingginya ke bawah tolong maju, isi barisan depan. " , kataku sembari mengeraskan volume suaraku.
"Pendek nyuruh pendek. Ga sadar diri yaa Rinn...Hahahahaha!! " , ucap salah seorang temanku dari belakang.
"Bisa ga sih lu ga usah sok jadi orang? Lu tau ga kalo kekurangan lu jauh lebih banyak dibandingin Rina?! Sadar ga lu?! " , ucap teman lelakiku yang berbaris di belakang.
"Itu siapa sih? " , bisikku pada Nisa dengan suara pelan.
"Ituu, si Riko tuhh. Cieee dibela nih. ", kata Nisa.
Setelah kutau kalau itu ternyata Riko, tak banyak yang bisa kulakukan, aku hanya bisa tersenyum-senyum sembari berimajinasi disudut angan-anganku.
"Udah udah jangan ada yang ribut lagi. Aku ngatur gini biar rapih aja ko, lagipula aku juga kan memang baris di depan. Gausah ributin yang gak penting deh" , teriakku dari depan barisan.
Upacara pun dimulai.
•••
(saat pidato pembina upacara)"Aduhh, ko kepalaku pusing gini ya. Udah keringat dingin lagi. " , kataku dalam hati sembari mengepalkan kedua tangan karna merasa kedinginan.
Aku sudah sangat lemas saat itu. Kakiku serasa tak lagi kuat, penglihatanku mulai kunang-kunang, mukaku pucat pasi, dan badanku pun tak lagi kuat untuk berdiri. Mungkin ini karna aku belum sarapan.
Akupun mencoba untuk kuat, aku tak mau menciptakan kehebohan ditengah pidato Bu Wiwi.PLAKKKK!!!!
Tubuhkupun terjatuh. Aku langsung tak sadarkan diri saat itu. Aku tak tau bagaimana posisiku jatuh, tak kutau bagaimana suasana yang tercipta saat itu, bahkan aku juga tidak tau siapa yang membawaku ke UKS .
•••Saat aku sadarkan diri, tiba-tiba Fani ada disampingku.
"Rinn? Kamu udah bangun? Tuh kan, aku udah bilang apa tadi? Coba aja kalau kamu mau sarapan, pasti gakan pingsan gini kan??Gimana, masih pusing gak? Masih lemes gak? Atau masih kedinginan? " , kata Rina sembari membuatkanku teh hangat. Aku bingung harus menjawab apa, dia terlalu banyak bertanya. Hufft, Fani Faniiii...
"Aduh, pelan-pelan dong Fan nanyanya. Satu-satu kek. Aku udah gapapa ko, cuma masih sedikit pusing aja. " , jawabku pada Fani.
"Yaudah deh kamu makan dulu ya. Kamu bisa sendiri apa harus aku temenin nih? Aku harus balik ke lapangan, soalnya abis ini aku dan tim nariku mau tampil. Gimana? Bisa aku tinggal? " , ucap Fani dengan nada agak rendah.
"Kalem, aku bisa ko disini sendiri. Sukses ya tampilnya! Makasih loh bebb, hahahaa", jawabku pada Fani sembari merangkulnya.
Dia memang sahabatku yang terbaik dari yang terbaik. Hehehe.Tak lama kemudian, setelah aku selesai makan, terdengar suara ketukan pintu kantor yang letaknya sebelahan dengan UKS; tempatku berada.
"Siapa ya? " , tanyaku sembari menaruh mangkukku.
Tiba-tiba Riko masuk ke UKS.
"Hah? Ngapain disini ko? Emangnya upacara udah selesai? " , tanyaku pada Riko.
"Udahh. Sebagai temen yang baik, ya aku liat kamu disinilah. Emang salah? " , jawab Riko sembari mengerutkan dahinya.
"Ya-ya engga sih. " , ucapku gugup.
"Eh kamu tau ga yang tadi gendong kamu dari lapangan kesini siapa? " , tanya Riko.
"Oh iya aku lupa mau nanya itu. Emang siapa sih? " , tanyaku penasaran.
"Kepoo nih kepo. Hmm, kalau kamu tau memangnya kamu mau apa? " , Riko balik bertanya.
"Ya-ya aku cuma mau bilang makasih doang sih. " , jawabku.
"Yah, cuma bilang makasih? Kalau gitu aku gamau kasitau deh! " , ucap Riko sembari mengangkat salah satu alisnya.
Gaya bicaranya, bahasa tubuhnya, lirikan matanya, juga olah mukanya, semua itu menjadi sesuatu yang membuatku semakin mencintainya.
"Ihh, tinggal kasitau aja apa susahnya? Siapa sih? ", kataku dengan nada agak meninggi.
"Nanti kamu suka loh sama orangnyaa. ", jawab Riko meledek.
"Hah? ya enggalah, mana mungkinn...emang siapa sihh?? " , tanyaku lagi sembari sedikit melempar senyuman.
"Aku. Riko Hans Ivander, hahaha" , jawab Riko sembari tertawa lepas.
"Hah? Boong. Boong banget. Gak mungkinlah. " , ucapku tak percaya.
"Loh, kenapa gak mungkin? Kamu pernah ya ngehalu aku gendongin, jadi pas beneran kejadian kamu jadi ga percaya? Awas loh jadi sukaa,hahahaha!!" , ucap Riko sembari menatap serius mataku.
"Ya-ya ng-galah, lagian ma-na mungkin aku su-ka. Hahaha. ", kataku dengan gugup.
Bukan suka, Riko. Aku sudah menanam rasa cinta sejak lama. Aku tanam dan kubiarkan rasa ini terus tumbuh seiring waktu. Aku ingin suatu saat nanti, aku tak lagi menanti. Dan aku ingin rasa ini abadi. (kataku dalam hati)
"Hmm, btw makasih ya. ", ucapku sembari tersenyum-senyum.
"Sama-sama Rina Efawati Ivander. Hahaha!!!" , kata Riko sembari tertawa.
"Ih. Apa coba? ", jawabku sembari tersenyum malu.
"Hehehe. Yodah yok, kita balik ke kelas. Kelamaan nih ngobrolnya, nanti guru-guru pada liat lagi. Ayoo!", ajak Riko sembari memegang tanganku;membantuku untuk bangun dari ranjang UKS.
Manis sekali pemirsa.
![](https://img.wattpad.com/cover/191860801-288-k597147.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
"Kisahku"
Teen FictionSetiap orang berfikir bahwa jatuh cinta adalah manis. Untuk kamu yang juga berfikir seperti itu, ketahuilah resiko jatuh cinta jauh lebih besar dibanding berdiri diatas seutas tali yang tergantung diantara kedua tebing tinggi. Ketahuilah, pahitnya...