12

27.7K 1.4K 29
                                    

Semenjak kejadian di meja makan malam itu aku tidak bisa berpikir dengan jernih, batinku dikejar oleh perasaan bersalah karena telah membalas ciuman pamanku sendiri dan aku masih berusaha melawan hasrat yang tak terbendung yang timbul sejak ia menciumku. Sebuah ciuman yang mampu menjerat akal sehatku sehingga selama berhari-hari aku tidak memiliki nafsu untuk makan atau melakukan sesuatu. Tugas-tugasku terbengkalai, penampilanku menjadi acak-acakan, dan jadwal makanku menjadi berantakan.

Aku pikir Paman Will juga mengalami hal yang tak jauh berbeda, ia juga merasa bersalah sebab sejak hari itu ia selalu lembur atau pulang larut malam demi menghindariku. Ia mungkin telah sadar bahwa apa yang kami lakukan adalah salah, aku mengerti ia sedang patah hati tapi tidak seharusnya ia menjadikan keponakannya sendiri sebagai pelampiasan. Well, beruntung dia menyadarinya.

Namun, ada banyak hal yang berputar di kepalaku mengenai kejadian malam itu. Malam di mana kami berciuman Paman Will mengatakan sebuah pengakuan yang sangat mengejutkan, aku tidak bisa mengatakan kalau ia hanya melantur sebab dia seratus persen sadar saat mengakui bahwa dirinya tertarik kepadaku sejak lama. Ia lari ke New York dan menghindariku selama bertahun-tahun karena alasan itu. Dan dia juga mengaku kalau ia membayangkan setiap kali ia bercinta dengan mantan kekasihnya, Nancy. Ia membayangkan memompa ke dalam tubuhku, mendengar desahan dan jeritanku ketika tubuhnya dan Nancy bersatu.

Jujur setelah mengetahui itu aku menjadi sangat ketakutan, memangnya reaksi seperti apa yang harus kutunjukkan? Paman Will adalah seseornag yang kukenal sebagai pamanku sejak kecil. Ia sangat menyayangiku dan aku tidak tahu bahwa selama ini ia kasih sayangnya itu punya maksud lain. Aku tidak pernah menyadarinya.

Bahkan, hingga detik ini aku masih belum menyangka.

Selembar undangan ulang tahun yang mendarat di hadapanku mengalihkan pikiranku dari  William Grissham. Lauren yang baru saja datang adalah orang yang menyerahkan undangan itu kepadaku, dengan wajahnya yang seram ia melemparkan sebuah ancaman, "Kali ini aku benar-benar akan membunuhmu jika kau tidak datang!"

Aku mengangguk pelan dan menyimpan undangan itu di dalam tasku lalu bertanya, "Di mana Ashley?"

"Dia tidak masuk kelas hari ini" jawab Lauren seraya mengambil duduk di bangku yang biasanya diduduki oleh Ashley.

Tak beberapa lama kemudian dosen datang dan kelas dimulai. Seperti biasa, aku tidak bisa fokus memperhatikan apa yang sedang dia jelaskan di depan sana, kepalaku dipenuhi oleh William Grissham dan juga pesta ulang tahun Lauren yang tidak dapat kuhadiri tanpa izin darinya. Sial, bagaimana aku sanggup mengangkat wajahku lagi di hadapan lelaki itu? Apakah sebaiknya aku meminta bantuan Tuan Cliff? Yeah, itu ide bagus.

Setelah kelas selesai aku kembali ke rumah dan mencoba mengerjakan tugas-tugasku yang menumpuk meski pada akhirnya aku tidak dapat fokus. Ketika aku hendak pergi ke dapur untuk mengambil segelas air, tiba-tiba saja ponsel yang ada di tanganku berdering. Gelisah merayap hingga ke tulang punggung mendapati nama Paman Will terpampang jelas di layar ponselku.

Oh, ada apa ini? Apakah ia merasa kesal karena aku meminta izin melalui Tuan Cliff?

Aku berdeham untuk menjernihkan suaraku sebelum mengangkat panggilan dari Paman Will. Hening, dia tidak mengatakan apa-apa begitu pula denganku yang terlalu ragu untuk membuka suara, hingga akhirnya aku memberanikan diri dan berkata, "Halo?"

"Datang ke ruang kerjaku. Sekarang"

Oh.

Panggilan itu berakhir dan aku masih berdiri mematung di ambang pintu kamarku. Kupandangi gelas kosong yang berada di tangan kananku sambil memikirkan apa yang Paman Will inginkan dengan memintaku datang ke ruang kerjanya? Apakah ia akan melakukan hal yang sama kepadaku seperti yang ia lakukan kepada Nancy di sana?

His Little Niece (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang