Bunyi ketukan pintu mengusik tidurku yang pulas disusul oleh suara Bibi Rosie yang terdengar dari luar kamar, "Nona Sasha, Tuan Grissham ingin Anda bergabung di meja makan untuk makan malam bersama"
Holy crap!
Sontak aku turun dari ranjang kemudian melirik jam dinding yang menunjukkan pukul setengah delapan. Sialan, dipertemuan pertama kami setelah sekian lama aku memberikan Paman William kesan yang tidak baik karena telah membuatnya menunggu lama di meja makan. Aku segera membuka pintu dan menemukan Bibi Rosie berdiri di depan kamarku dengan sepasang alis yang terangkat naik, "Oh, Anda tidur?"
"Tadinya, ya" jawabku, "Apakah Paman Will sudah lama menunggu?"
Bibi Rosie mengangguk, "Ya, Nona Sasha"
Aku hendak meninggalkan kamar dengan terburu-buru tapi Bibi Rosie dengan sigap menangkap lenganku dan berkata, "Maaf Nona Sasha, tidakkah Anda ingin membasuh wajah Anda terlebih dahulu?"
Oh ya, dia benar.
Aku kembali masuk dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahku. Rambutku yang keriting dan berantakan juga kusisir dan kuikat ke dalam satu ikatan agar terlihat lebih rapi. Setelah semua tampak sempurna aku keluar dari kamar dan menemukan Bibi Rosie masih menunggu di sana, dia berbaik hati menunjukkan arah ruang makan kepadaku agar aku tidak tersesat di rumah yang belum kujelajahi ini.
Jantungku berdebar dengan sangat kencang setibanya kami di ruang makan. Aku melihat sosok William Grissham dari belakang, dan yeah dia terlihat menyeramkan dengan tubuhnya yang semakin tinggi dan besar. Menoleh menatap Bibi Rosie, aku berharap ia bersedia untuk menemaniku dan bergabung bersama kami. Tapi tentu saja itu tidak akan terjadi, Bibi Rosie pergi setelah mengantarku sampai di ruang makan dan bertemu dengan William Grissham.
Tulang kakiku terasa lunak dan rapuh saat aku mulai memberanikan diri untuk melangkah menghampiri meja makan dan juga pria dengan bahu lebar itu. Paman Will tampak tenang duduk di sana. Dia belum menyentuh makanan yang ada di hadapannya sama sekali, entah karena tidak berselera atau ia memang sengaja menungguku untuk makan bersamanya.
Aku berdeham pelan saat aku telah tiba di hadapannya. Ia ternyata sedang termenung dan tersentak kecil saat menyadari kehadiranku. Sepasang mata abu-abunya yang tajam lebih tajam dari yang terakhir kuingat dan mata itu menatapku lekat dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. Bibirnya yang tebal menipis dan rahangnya yang jantan itu mengetat seakan-akan ia sedang berusaha keras untuk tidak mengumpat....serius, dia menjadi sangat kesal hanya karena aku terlambat? Sepertinya ya, karena dalam waktu yang singkat Paman Will memalingkan wajahnya dan berkata, "Duduk."
Aku pun segera mendaratkan bokongku pada kursi yang ada di hadapannya.
"Bagaimana penerbanganmu?" tanyanya, berbasa-basi meski ia tak ahli dalam melakukannya.
"Me-menyenangkan" jawabku, gugup. Sialan, mengapa suaranya yang bariton mengintimidasiku dengan sangat buruk?
Paman William mengangguk. Ia mulai membalik piringnya dan aku juga melakukan hal yang sama. Uh, seperti dugaanku pertemuan kami terasa sangat canggung, bahkan lebih canggung dari apa yang sudah kubayangkan sebelumnya. Sikap Paman Will yang seolah-olah menjaga jarak dariku dan aku yang terlalu takut dan gugup untuk berbicara dengannya adalah penyebab terjadinya kecanggungan ekstra ini.
"Makanlah, jika ada yang kurang atau kau menginginkan makanan yang lain kau bisa mengatakannya kepada Rosie"
Aku menggeleng dengan lehernya yang kaku, "Tidak, ini saja sudah cukup" kataku sambil melihat satu persatu menu yang terhidang di meja makan malam ini.
Paman Will mengangguk lalu berkata, "Selamat makan, Sasha"
Sasha....
Ada desiran aneh yang muncul di hatiku saat aku mendengar namaku meluncur dari bibirnya setelah sekian lama. Aku pikir sedikit banyak aku merindukan Paman Will, biar bagaimana pun aku pernah menghabiskan masa-masa yang menyenangkan bersamanya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Little Niece (Completed)
عاطفيةAtas keinginan kedua orang tuanya Sasha terpaksa harus meninggalkan Los Angeles dan menetap di New York demi menempuh pendidikan di Colombia University. Di kota yang tidak pernah tidur itu dia dititipkan kepada pamannya, William Grissham, yang terak...