"Yang baik dimata mereka, belum tentu terbaik bagiku."
.Resti tersenyum kecut, ketika beberapa tamu undangan memberikan ucapan selamat kepadanya.
"Selamat ya Resti, kamu pasti senang banget ya. Sekarang kamu sudah punya Mama baru." Ujar salah satu rekan bisnis Papanya. Terdengar seperti mengejek bagi Resti. Ia benar-benar tidak pernah senang dengan pernikahan ini.
"Pak Ardi pinter banget ya, cari istri. Udah baik, cantik, pintar lagi."
"Apalagi Buk Rahmi itu kan seorang guru. Dia pasti pandai mendidik anak. Iya, kan."
Begitulah beberapa pujian yang dilontarkan para tamu undangan, untuk perempuan yang kini sudah berstatus sebagai istri Ayahnya itu. Mendengar pujian-pujian mereka, membuat Resti semakin muak saja berada disitu. Ia pun memilih bangkit dari tempat duduknya itu.
Baru saja kakinya ingin melangkah, Papanya menoleh pada Resti.
"Mau kemana kamu, Resti?" tanya Ardi. Melihat putrinya itu sudah berdiri dari duduknya.
"Mau ke kamar, Pah," jawab Resti.
"Tapi pestanya belum selesai. Masa kamu mau pergi gitu aja."
"Ck. Ini kan pestanya Papa, bukan pesta Resti," balas Resti. Ia pun pergi meninggalkan pesta itu.
Namun, sebelum benar-benar menginggalkan tempat pesta. Resti mencari Sari. Sahabat nya itu pasti ada disini, karena mereka memang bertetangga. Resti berniat ingin mengajaknya ke kamar, untuk teman curhat.
Resti mengedarkan pandangannya, mencari sosok Sari. Ia akhirnya menemukan sahabatnya itu berada di meja tamu. Pasti Ayahnya yang meminta tolong pada Sari, untuk menyambut tamu. Karena Resti pasti tidak mau mengurusi pesta ini.
Resti pun menghampiri Sari.
"Sar, lo disini ternyata. Gua capek nyariin lo tau, gak.""Sar Sar...lo pikir gua Caesar apa," ketus Sari.
"Hehh, iya deh. Sari yang cantik...gua tuh kangen deh, sama lo,"celoteh Resti.
"Terus...gua harus kangen juga gitu, sama lo." Sari terlihat sok sibuk. Ia yakin banget, Resti itu pasti lagi ada maunya.
"Kok lo gitu sih Sar...eh, Sari." Kebiasaan Resti yang sulit diubah.
"Emm, temenin gua yuk," tambah Resti. Ia menarik tangan Sari."Gua lagi sibuk, Res," ucap Sari sambil menunjukkan sebuah buku daftar tamu.
"Alah, sok sibuk lo." Resti memalingkan wajahnya dari Sari. Sambil menghentakkan kakinya.
Sari tau betul perangai sahabatnya itu. Resti klo sedang badmood, ia pasti akan merajuk. Sari juga tau yang Resti butuhkan saat ini adalah teman curhat. Ia pun membujuk nya.
"Iya...iya deh, gua temenin," tutur Sari.
"Lo mau ajak gua kemana?"Resti langsung menarik tangan sahabatnya itu. Mereka pun naik ke lantai dua rumah Resti, menuju ke kamar Resti.
***
Di kamar yang bercat biru muda itu, dua sahabat itu tampak membicarakan hal yang serius. Mereka duduk ditepi ranjang. Wajah Resti terlihat tampak murung.
"Lo ada masalah apalagi sih, Res?" Sari memulai percakapan.
"Sar, lo tau kan dari awal gua tuh, gak mau klo Papa nikah lagi. Tapi Papa tetap aja ngotot mau nikah lagi. Padahal Mama kan udah lama meninggal, dan selama ini gua baik-baik aja kok. Meskipun tanpa kehadiran Mama disamping gua." Cerita Resti panjang kali lebar.
Ia lalu mengambil foto Mamanya yang ada diatas meja belajar. Memandang foto tersebut.
Sari hanya diam mendengar curhatan Resti. Ia memegang bahu Resti,terlihat ada genangan dipelupuk mata gadis itu.
"Gua kok merasa klo Papa tuh, gak sayang lagi sama gua." Resti mulai terisak dipelukan Sari.
"Hey...lo gak boleh berpikiran seperti itu. Mungkin, maksud Papa lo itu baik. Dia gak mau lo kekurangan kasih sayang," lirih Sari. Ia sangat tidak tega melihat Resti yang sedang rapuh.
"Gua rasa, bu Rahmi itu baik deh orangnya. Lo udah sering kan katemu sama bu Rahmi," sambungnya. Mencoba menasehati Resti, agar ia berfikir positif tentang Mama tirinya itu.
"Nggak! Yang namanya Ibu tiri itu, gak ada yang baik,"tegas Resti.
"Tapi Res...-"
"Gua tau gimana caranya agar gua tau klo Papa masih sayang, apa nggak sama gua." Seakan baru saja menemukan ide yang cemerlang. Resti tersenyum.
"Ide apaan?" tanya Sari yang terlihat bingung. Sari cemas. Ia tau, Resti bisa saja berbuat nekad dan ceroboh.
Resti lantas mendekatkan bibirnya pada Sari, dan membisikkan sesuatu.
Seketika Sari melotot,memandang sahabatnya itu.
"Lo yakin, Res...?"...
Itu Resti mau merencanakan apa ya?
Jangan suka berprasangka buruk deh.Baca terus lanjutannya ya guys!!!
Love you all 😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Imagination In Love
Teen Fiction"Kau pernah mendekapku di sela-sela mimpimu. Selayaknya lirik lagu romansa yang hanya sekedar bualan belaka." _Resti Amalia Berawal dari kecerobohannya, Resti terjebak dalam masalah yang tidak diduga. Ia bertemu seorang siswa di sekolah bar...