5. Move

10 3 0
                                    

"Pendengar yang baik akan ikut menyimak."
.

"Resti gak mau pindah sekolah!" tegas Resti.

Oma yang sedang memasak hanya terdiam, tidak memperdulikan penuturan Resti. "Oma...!" Resti mematikan kompornya. Oma terpaksa menghentikan pekerjaannya.

"Kesya yang bilang sama kamu ya?"

"Papa tu beneran udah nggak sayang lagi ya sama Resti. Masa Resti harus pindah sekolah ke sini sih. Pokoknya Resti gak mau!"

"Bukannya dulu kamu kan yang ingin tinggal sama Oma, kan. Kenapa nggak mau?" Oma. " Kemarin Papa kamu udah jemput, kamu nggak mau pulang".

Sial.

***

"Kamu tadi kesekolah jam berapa? Naik apa? Sama siapa?"

"Bisa gak nanyanya satu persatu".

"Habisnya tadi aku ke rumah Oma, kamunya gak ada. Udah berangkat kata Oma," tutur Kesya. "Aku kan mau ajak kamu berangkat bareng."

"Siapa suruh nungguin aku."

"Ish...!"

"Resti Amaliandra," panggil buk Lina. "Nanti sesudah jam istirahat kamu ke ruang saya ya. Kebetulan nanti pelajaran pak Roni kosong."

"Iya Bu," Resti menggangguk.

Ucapan buk Lina itu tentu saja membuat seisi kelas berucap syukur. Bukan karena pak Roni sakit, tapi mereka bisa menunda ulangan Kimia hari ini.

"Yah, padahal semalam aku udah belajar sampai larut. Malah gak jadi ulangan," keluh Tara gadis paling rajin sekaligus penyandang peringkat 1 dikelas mereka.

"Huuuuu...." Sorak yang lainnya.

"Sok rajin kamu Tara. "

"Bukannya bersyukur, malah ngeluh."

"Tara, Tara . Percuma juga kamu belajar sampai segitunya toh yang dapat peringkat 1 nya aku juga." Dion berucap dan pindah duduk didepan bangku Tara.

"Iya rangking satu, rangking satu dari belakang," sahut yang lainnya.

Sontak sekelas tertawa, kecuali Resti. Ia hanya terdiam memikirkan sesuatu sehingga tidak memperdulikan candaan teman- teman dikelasnya.

"Sya. Toiletnya dimana ya?" Resti bangkit dari duduknya.

"Toilet. Itu nanti turun dari tangga kamu belok kiri aja. Kamu mau ke toilet?"

"Iya." Resti meninggalkan kelas dengan terburu-buru.

"Eh, Res! Resti...." Kesya bingung sendiri. Dia ingin menyusul resti tapi perutnya sudah sangat lapar. Ia harus segera ke kantin.

***

"Lagi ngapain?"

Hampir saja hp Resti melompat dari tangannya. Suara itu seperti berseru, namun terdengar halus. Lebih tepatnya samar-samar. Resti menoleh ke samping. Inikan cowok tadi.

"Eh, gak. Ini tadi cuma mau lihat jam." Resti mencari alasan.

"Itu. Kamu pake jam tangan kan."

"Oh iya. Lupa."

Resti tidak tau harus mencari alasan apalagi. Tidak mungkin Resti mengatakan klo ia sedang memotret kawasan disekolah itu. Norak. Resti hanya ingin memperlihatkan foto sekolah barunya pada Sari.

"Klo mau di memotret sekolah di sana aja. Hasilnya akan sangat bagus jika diambil dari sana."

Resti melihat ke arah yang ditunjuk cowok itu. Tempat itu seperti roof top, namun tidak begitu luas.

"Tenang aja, tempat itu aman kok. Siswa nakal disekolah ini klo gak nongkrong di kantin, paling di belakang lab komputer."

"Siapa juga yang mau foto sekolah. Sok tau banget sih lo."

Cowok itu tersenyum. "Klo kamu suka memotret mending masuk club Fotografi aja."

"Disini ada club Fotografi. Serius!" Fotografi, menarik .

"Klo kamu mau gabung, daftar aja sama Aldhi. Dia anak kelas 12 bahasa."

"Iya-iya. Makasih ya informasinya." Ini informasi yang penting. Resti lumayan menyukai fotografi. "Em, nama gue Resti. Nama lo siapa?" Resti mengulurkan tangannya.

Cowok itu terlihat ragu untuk menerima uluran tangan Resti. "Firdaus."

"Oke, Daus. Gue ke kantin dulu ya. Bye."

"Hei! Kantinnya disana." Cowok itu berteriak.

Langkah Resti terhenti. lalu ia berbalik arah sambil mesem-mesem. Belum sempat cowok itu berbicara, Resti berlari meninggalkannya. Dia terlalu terburu buru.

"Sya!"
"KESYA."

Semua orang di kantin melihatnya. Mereka kaget mendengar Resti berteriak seperti itu. Resti sendiri lupa kalo saat ini ada banyak orang di kantin. Ia pun menunduk malu.

"Ada apa res? Kenapa teriak-teriak gitu." Kesya menghampirinya.

"Sorry, gak sengaja," ujar Resti. "Gue mau nanya sesuatu sama lo." Resti menarik Kesya keluar dari kantin.

"Kamu mau nanya apa?"

"Lo kenal Aldhy gak? Anak 12 bahasa."

"Kenal."

"Serius. Kenalin sama gue dong, atau lo punya no hp nya," ucap Resti excited.

"Punya sih. Tapi tunggu-tunggu, kamu kenapa bisa kenal sama Aldhy?"

"Itu gak penting. Yang penting sekarang gue pengen ketemu langsung sama dia."

Kesya menatap selidik pada Resti. "Kamu mau pdkt sama Aldhy?"

"Gak kok, sya. Gue tu mau gabung di club fotografi," jelas Resti. Hampir saja Kesya salah paham, karena Resti yang terlalu bersemangat.

"Oh, Yaudah. Nanti aku kasih no-nya Aldhy sama kamu," ujar Kesya. " Aku mau lanjutin makan dulu."

"Makasih Kesya."

****

Holla para readers.
IIL udah update lagi nih. 😉

Kayaknya Resti udah nemuin hal yang menarik di sekolah barunya ya.

Firdaus? Kira-kira cowok itu siapa ya guys.
Itu cowok yang sama yang Resti temui saat pagi itu ya. (Chapter Prolog)

Penasaran? Ikuti terus lanjutannya ya
Guys😘😘😘









Imagination In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang