ㅡhospital

3K 416 7
                                    

Hari ini kamu lagi di rumah sakit. Dan sepertinya, kegiatan untuk beberapa hari ke depan akan sedikit melelahkan. Karena setelah selesai ngampus kamu harus pergi ke rumah sakit lalu mampir pulang untuk sekedar mandi dan istirahat. Tapi kamu tidak keberatan untuk itu.

Saat ini kamu sedang duduk sambil menatap Seungwoo yang tengah duduk meluruskan kaki. Kamu lihat kaki kiri dia yang di gips. Ada perasaan sedih dan kesal. Yah, meskipun cideranya nggak parah tapi kaki dia itu berharga banget. Karena dari dulu dia itu emang suka banget bola dan sering main sepak bola sama temen-temennya.

"Kenapa sih dilihatin mulu?" Tanyanya heran.

"Kayaknya cowok itu sengaja bikin kamu cidera gini deh." Ucapmu.

"Udah gapapa, yang. Namanya juga kecelakaan." Balas Seungwoo.

Tuh kan. Ini yang nggak kamu suka dari dari Seungwoo. Terlalu baik dan terlalu sabar. Bikin kamu gregetan sendiri.

"Gapapa gimana?!"

Kamunya jadi emosi. Tapi anehnya matamu mulai berkaca-kaca. Kamu inget banget kejadian kemarin yang udah bikin kamu nangis dan khawatir setengah mati.

Kemarin, Seungwoo ada tanding sepak bola. Tim dia sebagai perwakilan FIP dan lawannya dari FISIP. Nah, tiba-tiba aja lawan dia nyerang brutal banget udah kayak ngajak berantem. Feeling kamu udah nggak enak saat itu. Dan beneran, Seungwoo jatuh sambil mengaduh kesakitan.

Rasanya ada pikirin mau nyamperin cowok yang berani menjegal kaki pacar kamu tapi rasa khawatir kamu lebih besar dibanding dengan amarahmu sekarang. Jadi, kamu lebih memilih nyamperin Seungwoo yang ada di pinggir lapangan. Dan tangis kamu langsung pecah karena nggak tega lihat kondisi kaki dia.

Oke, kembali pada situasi saat ini. Di ruang inap Seungwoo.

"Ih, keknya ada yang mau nangis lagi nih." Goda Seungwoo.

Kamu nangis beneran. Emang dasarnya kamu tuh cengeng banget. Kamu aja sampai heran sendiri.

"Sini! Sini!" Ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya.

Kamu langsung pergi ke pelukan Seungwoo. Dia usap-usap puncak kepala kamu, berharap hal itu akan membuatmu tenang dan berhenti menangis.

"Lain kali kamu juga hati-hati dong."

Kamu ngomong gitu dengan mempertahankan posisi kamu yang sedari tadi mendekap tubuh lelaki itu. Setelah itu kamu merasakan Seungwoo yang cuma manggut-manggut sebagai balasan dari ucapanmu barusan.

"Janji ya?! Kalo kamu kek gini lagi, aku ga mau ngurusin kamu." Ucapmu mengancam.

"Yaudah sih." Balasnya singkat.

"Ih, kok gitu." Ujarmu sambil mukul-mukul punggung dia. Kesel banget kamu.

Dia cuma cekikikan aja.

Kamu makin kesel dan langsung meluncurkan aksimu, menggelitik pinggang Seungwoo. Dia nggak tahan geli sampai oleng dan jatuh ke kasur. Dan secara nggak langsung kamu ikutan jatuh karena tangan kamu masih betah melingkar pada tubuh Seungwoo.

Saat kamu hendak bangun, dia nahan kamu.

"Lepasin ih! Aku mau pulang." Protesmu.

"Apa? Aku ga denger masa." Ucapnya pura-pura tuli.

"Seungwoo sayang." Panggilmu. Dan ini adalah nada paling manis yang pernah kamu buat.

"Apa sayang?" Balasnya santai.

"Tolong lepasin ya. Nanti kalo ada orang lihat gimana?" Ucapmu memohon.

Dia malah makin erat peluk kamu sambil cium-cium puncak kepala kamu. Kamu mengerucutkan bibirmu, pasrah.

"Ah, terserah." Ucapmu akhirnya.









●●●

Thank you for 1k reads
💙💚💛💜

BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang