Yulia kebingungan melihat anak gadisnya menangis. Ia bukan dokter, jadi dia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang. Dengan modal otak encer nya, Yulia membuka ponselnya mencari aplikasi goggle lalu mengetik sederet kalimat di kolom menelusuri.
"MOMMY NGAPAIN MAIN PONSEL! TANGAN DARA LAGI KEPANASAN MOM!" teriak Dara layaknya tak punya sopan santun. Air matanya tak berhenti mengalir hingga saat ini.
Setelah membaca salah satu artikel yang ia dapat. Yulia langsung menarik tangan kanan Dara agar mengikutinya ke kitchen sink. Menyalakan pancuran air, lalu meletakan tangan Dara di bawahnya, agar terendam air dingin.
Tidak lama, hanya lima menit setelah itu Yulia mengeringkan tangan Dara dengan tisu secara hati-hati. Sedangkan Dara hanya sibuk mengamati semua hal yang Mommy nya lakukan.
Lalu Yulia membungkus tangan Dara dengan segulung perban yang agak lembab, agar memberikan sensasi dingin pada tangan anak gadisnya itu.Dara menatap Yulia dengan tatapan sendu. "Mom, maafin Dara" Dara menundukan kepalanya, ia merasa bersalah telah berteriak kepada Mommy nya. Padahal Mommy nya sedang berusaha mencari info tentang pengobatan kulit yang terkena air panas untuk dirinya.
"Iya sayang, Mommy maafin" keduanya berpelukan. Tangis Dara sudah mereda kala Yulia menepuk-nepuk pelan punggung nya, berusaha menyalurkan kekuatan yang ada.
Yulia dengan segudang kesabarannya. Ia tak marah jika anak gadisnya tidak bisa berurusan dengan dapur, ia tak marah jika Dara mempunyai sifat manja. Karna anak nya itu memang pantas di perlakukan secara layak seperti ini, Yulia tak mau Dara kekurangan kasih sayang sedikitpun darinya, ia akan selalu berusaha untuk memberikan kasih sayang lebih pada Dara sampai ia tak mampu lagi memberikannya.
Seakan teringat sesuatu, Yulia langsung melepas pelukan. "Mom angkat muffin nya dulu ya bentar, nanti gosong" Dara menyeka air matanya, lalu mengangguk.
Yulia pun bergegas ke dapur untuk melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Sedangkan Dara mengeluarkan ponsel nya dari dalam saku rok. Ya, ia masih mengenakan seragam sekolah sampai sekarang.
Ia mengecek semua sosial medianya, tetapi nihil, sama sekali tidak ada satupun notifikasi. Akhirnya, Dara memilih untuk scrolling instagram. Ia menemukan banyak foto dan video kucing yang sungguh menggemaskan disana. Dara menggigiti kukunya, ia ingin mempunyai anak kucing sekarang. Bibirnya tak berhenti tersenyum lebar kala menyaksikan video lucu tentang kucing.
Tepukan seseorang di bahu Dara membuat gadis itu kembali ke alam sadarnya. Terlihat Calvin-Abang dakjal nya sudah pulang dari kampus.
"Kamu kenapa senyum-senyum? Punya pacar yaaa?" tanya Calvin seraya meledek adiknya.
Dara tak menjawab. Yang membuat Calvin berdecak. Karna rasa penasaran yang sangat tinggi Calvin mengintip layar ponsel Dara, ia sungguh ingin tahu bagaimana wujud lelaki yang menjadi pacar adiknya ini.
Dara yang menyadari itupun segera menghadapkan layar ponselnya ke arah Calvin, reaksi lelaki itu hanya berupa pelototan mata ketika melihatnya, tak lebih.
"Ini pacar aku" jawab Dara seraya menunjukan foto kucing imut berwarna putih yang ada dilayar ponselnya.
"Kamu masih waras kan?" tanya Calvin curiga.
"Masih,"
Yulia muncul dari arah dapur. Ia tersenyum melihat putra sulungnya telah pulang. Calvin mencium sopan punggung tangan Yulia.
"Mandi gih Bang, kamu bau" Yulia mengalihkan tatapan nya pada Dara yang masih mengenakan seragam sekolah.
"Kamu juga sayang" sambungnya seraya tersenyum hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
Teen Fictionkenapa semua yang terlambat terasa begitu menyakitkan? [[masih tahap rombakan, dua part terakhir kosong, kalo gamau kesel ga usah baca, mending tunggu sampe selesai di rombak, tapi gatau kapan. sekian💔]] copy right © 2019 by bellashtrm