Tangan kanan Dara sedikit melambung ke udara. Ia mengepalkan tangannya seakan pertanda semangat. Michael membalasnya dengan senyum lebar. Justin yang tepat berada di sampingnya pun bergidik ngeri melihat sebuah senyuman terbit dari bibir Michael.
"Bro, lo jangan gila duluan, pertandingan belom dimulai," bisik Justin di telinga kanan Michael.
BUGH!
Michael menghatamkan satu pukulan ke perutnya. Justin meringis kesakitan. Sedangkan Michael tersenyum puas. "Sorry, ga sengaja" ucapnya tanpa dosa.
"Temen kampret!" Justin memegang perutnya yang terasa perih. "Aw, aw, aw" ringisnya.
"Alay lo. Gitu doang sakit" ledek Michael.
"Gue kaga alay. Lo nya aja yang mukulnya kekencengan, bego!" balas Justin dengan nada kesalnya.
Daniel berdecak. "Heh! Diem ngapa lo berdua, berisik bener, bentar lagi pertandingan dimulai nih"
"Hih! Diim ngipi li birdii birisik binir, bintit ligi pirtindingin di milii nih, nyinyinyi" kata Justin disertai kekehan.
"Bicit li"
"DIIM KIMI MINYIT!" ujar Michael.
Daniel memandang ketiga orang itu yang sedang sibuk berdebat. "Abang-abang gue pada ngapa si?" tanya Daniel pada dirinya sendiri.
Dara memberi semangat kepada Michael tanpa maksud terselubung apapun. Ia hanya menyemangati sebagai sesama siswa. Jika Michael menang pun akan mengharumkan nama sekolah. Jadi tak salah kan jika dirinya bersikap seperti ini?
Pertandingan dimulai, sorak-sorak para suporter dari SMA Lawrence ataupun SMA Middlesex terdengar keras. Kedua sekolah itu mendukung timnya masing-masing.
Sedangkan dua kubu di tengah lapangan saling melayangkan tatapan tajamnya satu sama lain. Michael mendrible bola basket dengan santai, seakan tak menganggap Kean-kapten tim Orleans, yang tengah berusaha merebut bola di sampingnya.
Tim Cavilers berhasil mencetak skor 3-1 di akhir pertandingan. Michael menyeka keringatnya dengan membenarkan posisi rambut hitam milik cowo itu, yang berhasil membuat para suporter berteriak histeris melihat kegantengan Michael yang tetap paripurna meski dilumuri keringat.
"See, masih mau nantang tim gue lagi?" tanya Michael meremehkan.
"Tim lo menang cuman karna keberuntungan, bukan karna lo jago." jawab Kean.
Michael berdecih. "Dari kelas sepuluh sampe kelas dua belas gitu keberuntungannya?"
"Lain kali gue bakal ajak lo duel lagi. Tunggu aja!" ujar Kean percaya diri.
"Begayak bener lu! Udah main di kandang sendiri masih aja kalah! Gatau malu!" sindir Justin yang membuat anak Orleans tersenyum sinis.
Tim Cavilers pergi ke pinggir lapangan hanya untuk sekedar duduk-duduk sambil menghilangkan rasa penat. Tak disangka para perempuan yang semula duduk di tribun langsung mengerubungi diri Michael. Memberikan banyak air mineral. Michael tak terkejut lagi, karna memang seperti inilah rutinitas setiap selesai duel. Dengan sigap empat bodyguard nya menerima banyak air mineral dari para penggemar Michael itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
Teen Fictionkenapa semua yang terlambat terasa begitu menyakitkan? [[masih tahap rombakan, dua part terakhir kosong, kalo gamau kesel ga usah baca, mending tunggu sampe selesai di rombak, tapi gatau kapan. sekian💔]] copy right © 2019 by bellashtrm