Suara ayam jantan berkokok masih terdengar, suara burung pun bersahutan di atas rumah. Sinar matahari menerobos masuk melalui jendela kamar Dara. Membuat Dara terbangun.
"Udah jam enam lewat, sayang. Ini hari senin"
Dara bangun dan duduk sebentar. Mengucek pelan matanya dan mengumpulkan nyawa nya sampai penuh. Seseorang menyentuh pipinya. Dia Yulia—Mommy nya.
Dara membuka matanya, ia terbelak dan langsung ke kamar mandi. Sedangkan Yulia hanya menggeleng-gelengkan kepala melihat anak gadisnya.
Hanya dengan waktu lima menit Dara sudah selesai melaksanakan ritual mandinya. Seragam di hari senin sudah siap di atas ranjangnya. Pasti Mommy yang ngelakuin ini. Pikir Dara.
Tangannya meraih tas berwarna ungu pastel. Dan langsung berlari ngacir ke bawah. Karna sudah menunjukan pukul enam lebih dua puluh menit.
"Ini Mommy bawain sandwich, nanti dimakan di mobil ya, kamu kan upacara, seengaknya perut kamu ke isi" Yulia menyerahkan kotak bekal berwarna pink, Dara langsung menerimanya.
Ia mencium sopan punggung tangan Yulia. "Dara berangkat dulu ya Mom" pamit Dara.
"Eeh tunggu, ini bawa juga susu nya, Mommy udah buatin khusus buat kamu" Dara menerima uluran botol minum yang berwarna pink juga, dari tangan Yulia.
"Iya Mom, dada!"
"DIANTERIN CALVIN, DAR, ABANG KAMU ADA DI DEPAN!" teriak Yulia.
"IYA MOM!" balas Dara dengan teriakan juga.
Calvin—kakak tertua Dara yang pernah ada. Karna Dara tidak mempunyai kakak yang lain. Calvin sedang duduk di kursi pengemudi, sambil sibuk bermain game di ponselnya.
Dara menggeram kesal. Bisa-bisanya abangnya ini bersikap santai, padahal jam sudah menujukan pukul enam lewat tiga puluh menit lebih.
"Bang cepet jalan!" ujar Dara.
"Bentar dek, ini tanggung, dikit lagi menang" balas Calvin yang masih sibuk dengan ponselnya.
"ABANG! Dara nangis niih" Calvin terperanjat. Ia menyimpan ponsel di sakunya, lantas menyalakan mesin dengan cepat.
Calvin itu tipe cowok yang engga bisa lihat perempuan nangis, meski orang asing sekalipun. Jangan gara-gara itu kalian akan berpikir Calvin lembut dan penyayang. Cih, dia sangat jauh dari kata itu.
Mobil mercendes hitam membelah jalan ibu kota. Meski padat, untung mobil masih bisa bergerak. Karna biasanya jam-jam segini, jalanan sudah di penuhi oleh para pekerja kantoran yang harus berangkat pagi. Juga para pelajar yang bangun kesiangan.
“Dikasih uang gak buat jajan?” tanya Calvin setelah mendarat mulus di depan gerbang sekolah.
“Emang kalau engga di kasih, abang mau ngasih?” tanya Dara balik.
Calvin mengeluarkan tiga lembar uang berwarna merah bernominal seratus ribu rupiah. Dan memberikannya kepada Dara.
“Bang ini kebanyakan, Dara udah di kasih uang sama Mom kok tadi”
“Bener udah? Coba cek kantong kamu” Dara mengecek saku baju dan roknya. Lalu menyengir. Ia meninggalkan uang jajan di atas meja kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
Teen Fictionkenapa semua yang terlambat terasa begitu menyakitkan? [[masih tahap rombakan, dua part terakhir kosong, kalo gamau kesel ga usah baca, mending tunggu sampe selesai di rombak, tapi gatau kapan. sekian💔]] copy right © 2019 by bellashtrm