Ada yang Aneh?

74 4 0
                                    

'Eh tunggu, kalian nyadar gak sih, kalau gue gak ngerasa aneh sewaktu dekat sama mba mba cerewet nan rempong ini?

Iya, gue gak ngerasa panas dingin kaya biasanya, gue ngerasa biasa aja waktu dia ada di deket gue.

Ada yang aneh, gak biasanya gue sesantai ini ngeladenin perempuan'. Fikir gue dalam hati.

Tiba-tiba mba-mba rempong ini nyadarin gue dari
lamunan tadi.

"Oy, mas, ngapain ngeliatin saya kaya gitu, jadi panas saya diliatin gitu" kata perempuan cerewet di depan gue.

"Eh iya mba, saya tadi lagi ingat-ingat, kapan kejadian yang mba bilang" bohong gue.

Tiba-tiba bunda Salamah keluar, celingak-celinguk kayak lagi nyari sesorang. Iya, lagi nyariin mba cerewet ini ternyata.

"Eh ya Allah, Aisyah! Kok baru dateng sih, itu Isyah nya udah di Nadzar, kamu telat ih" celetuk bunda Salamah yang yaa bisa dibilang sama rempongnya dengan dia, Aisyah.

Ah iya, nama perempuan cerewet ini adalah Aisyah, gue baru inget.

Kemudian Abi keluar dengan senyum sumringahnya, disusul Ummi, dan... si longtong sayur yang gak kalah sumringah dari Abi dan Ummi—disusul dengan Ustadz Hasan.

Fatih tiba-tiba aja langsung nyamber tangan gue, diciumin kaya anak TK lagi pamit berangkat ke sekolah sama Abi nya.

"Hah, apaan sih Fat?! Geli gue" kata gue sambil narik kembali tangan gue dari Fatih.

"Thanks bro, you are the best!" sahutnya sambil bergerak ngerangkul gue dan gue tepis, dengan lumayan kasar. Ya nih ya, gue kasih tau, gue paling ga suka dipeluk, dirangkul, dicium sama orang selain Ummi atau Abi.

"Ih, mas? Kok–" sahut Aisyah tapi langsung dipotong sama bunda Salamah "...kembar, ada dua, sama, tapi tak seiras, yang ini cerewet" tunjuk bunda Salamah ke gue "yang ini pendiem" tunjuknya lagi ke arah Fatih.

"Yaudah, kita pulang dulu ya Ustadz, mba" kata Ummi, karena emang jam udah nunjuk ke arah angka setengah sepuluh malam.

"Udah malem juga soalnya" sambung Ummi.

"Oh iya mba, nanti sering-sering mampir ke sini ya, bentar lagi kita besanan nih" sahut bunda sambil melakukan cepika-cepiki ala ibu-ibu jaman now.

"Iya, Ustadz kita pamit dulu ya, titip salam juga ke Isyah" sambung Abi

"Ustadz, jagain Isyahnya-Fatih, jangan sampai kenapa-napa ya. Takut Fatihnya sedih juga. Hahahaha" sahut gue lagi yang diladeni dengan sikutan dari si cungkring di sebelah gue ini.

*Rumah*

"Heuh, tenang dah lo kan, jangan usik kegiatan gue lagi ya" kata gue sambil menghempaskan diri ke atas sofa depan tv, berniat menyalakannya dan bermain PES yang ada di PS.

"Heh jones" panggil Abi.
"Bukan dia yang bakal ganggu kamu, tapi.. Hahahaha, kau pasti sudah tau nak, kau tidak akan tenang selama masih ada aku di sini" sambung Abi dengan suara yang dibuat-buat bak raksasa di film-film Fabel.

"Ya Allah, cobaan apa ini. Berikan hamba pendamping hidup ya Allah, agar hamba bisa selamat dari raksasa di sana itu ya Allah" kata gue sambil mengangkat dagu menunjuk Abi.

"Hah kamu ini Li.. Li, mau sampai kapan jomblo terus, ntar sampai tua gak ada yang mau lho. Bujang sampai tua, gak takut kamu" sahut Abi -_-

"Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah"
"Ekhem, bismillahirramanirrahim -وَمِنْ كُلِّ.." tiba-tiba Abi motong kata-kata gue, "Udah diem, cape debat sama kamu, besok pagi pagi kita ke rumah temen Abi itu"

Mampuslah gue, ternyata abi masih ingat. -_-

"Hm" jawab gue singkat. Nyerahlah gue. Cape juga gini terus.

Tapi.., gue sih masih mikir, ada yang aneh sama gue tadi sewaktu ketemu sama Asyiah. Kok gue gak panas dingin ya, kok tangan gue gak keringetan ya. Gue juga lupa pas pertemuan pertama kali kok bisa gak nyadar ya. Gue gak kenapa-napa, gak alergian. Aneh.

*Rumah temen Abi*

Ini rumah apa gedung ya. Gede banget. Lebih besar daripada rumah gue. Desain Arab Classic nya udah keliatan dari luar, gimana dalamnya ya..

"Yuks langsung aja kita liat dalamnya bi" kata gue yang keliatan banget antusias.

"Cie gak sabaran banget sih mau ketemu calon bini"

'Ish ni orang kenape sih, su'udzonan banget' dalam hati gue. Kesel woy parah.

Aji gile, ini beneran gedung woy!!!

"Ini ruang tamu khusus untuk tamu yang rame orang nak" kata om Umar sembari memegang pundak kiri gue, dan langsung ngerangkul gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini ruang tamu khusus untuk tamu yang rame orang nak" kata om Umar sembari memegang pundak kiri gue, dan langsung ngerangkul gue.

Kelihatannya dia orang yang sangat berwibawa, ya keliatan aja dari cara dia nyambut gue di depan tadi. Cara dia bicara juga.. beda banget sama Abi hahahaha.

Langsung ciut nih nyali Abi pas berhadapan sama om Umar hahaha. Lucu banget, katanya temenan, tapi kok malah diem dieman gini, gak kaya waktu sama ustadz Hasan kemaren. Dosa banget deh gue hahaha.

"Oh, iya om, mewah banget rumahnya om. Ali suka nih yang begini, rumah impian Ali dari kecil nih om" kata gue semangat.

Om Umar hanya tertawa kecil dan melanjutkan perjalanannya menuju ruang tamu yang kata dia khusus beberapa orang aja.

Kurang lebih 100 meter sudah gue menelurusi rumah bak gedung ini. Cape? Engga sih, soalnya bagus banget, jadi teralihkan gitu.

Dan juga, ternyata di tengah tengah ruangan ada taman yang besar banget, masya Allah ni rumah.

Gak habis pikir sama Abi, kok berani sih ngejodohin gue sama anaknya om Umar. Gue kan ga punya apa apa, uang jajan aja masih minta sama Ummi, duh mati gue.

"Silahkan duduk" kata om Umar membuyarkan lamunan gue.

"Silahkan duduk" kata om Umar membuyarkan lamunan gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bener bener rumah impian nih.

"Iya Mar" sahut Abi.

-----------------------------------------------------------

TBC.

Ali Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang