Seteleh perbincangan yang cukup panjang, gue dan abi berpamitan kepada om Umar.
Sekarang sudah pukul 12 siang, berarti waktu untuk shalat dzuhur sebentar lagi.
Gue memakirkan mobil di depan masjid yang kurang lebih berjarak 1 kilometer dari rumah om Umar.
Ah, telat, status gue sekarang adalah makmum masbuk.
Selepas dari masjid, abi nggak langsung minta dianterin pulang, padahal malam ini gue ada jadwal mau ngisi kajian di masjid Al-Bayyinah.
"Abi mau ngobrol lebih banyak lagi sama kamu tentang Aisyah"
"Iya bi, ngomongnya di perjalanan aja ya, habis maghrib Ali harus ke masjid Al-Bayyinah ngisi kajian rutin di sana, gak enak sama ustadz Hasan, beliau yang minta"
"Hm, yaudah" kata abi sambil menegapkan kembali sandaran kursi yang tadi sempat sedikit terbaring.
"Abi mau keyakinan dari kamu langsung. Abi gak mau kalau kamu nya iya enggak iya enggak terus. Aisyah sekarang sedang berada di atas pinangan orang lain, kalau kamu gak mau yaudah, lepasin Aisyah. Abi gak maksa kamu buat mau menikahi Aisyah. Tapi om Umar udah banyak berjasa untuk kehidupan abi dan ummi dulu. Beliau banyak berperan dalam bisnis sarang burung dan juga perhotelan kita. Abi tanya sekali lagi, gimana, kamu mau kan nurutin satu permintaan abi ini. Tolong, kita gak akan bisa balas jasanya om Umar, terlalu sulit, dia terlampau baik, dia sahabat terbaik abi nak" ya Allah, abi mengatakan semua itu dengan mata berkaca-kaca, kenapa abi jadi selemah ini.
Gue bingung harus berbuat apa. Aisyah sudah berada dia atas pinangan pria lain. Bagaimana bisa gue meminang perempuan yang sudah dipinang, agama melarang hal ini. Tapi gak papa sih, tapi kan ujungnya gue juga bakalan gak enak sama Firman kalau sampai ketahuan ikut-ikutan ngelamar Aisyah.
Iya, gue tau harus apa.
"Ali shalat istikharah dulu ya bi, habis itu Ali langsung kasih jawaban dari Allah ke abi" cuma ini yang bisa gue katakan ke abi.
Gue bener bener gak tau harus apa. Baru kali ini gue berada di posisi semenyebalkan ini.
Ini lebih menakutkan dibanding pertanyaan "kapan menikah" yang sering ditanyakan oleh orang-orang.
"Ali usahain ya bi" kata gue sakali lagi untuk meyakinkan abi kalau gue gak akan lari dari tanggung jawab sebagai anak yang ingin berbakti kepada orang tua.
**Masjid Al-Bayyinah**
"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, jamaah shalat maghrib yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala, izinkan saya, Muhammad Yusuf Ali membagikan ilmu agama tentang pengertian dan juga hukum Mengkhitbah atau biasa yang disebut melamar"
Tak terasa sudah 45 menit gue berdiri dan menyampaikan ilmu ilmu untuk para jamaah, entah kenapa jamaah shalat maghrib dan isya kali ini sangat banyak, masjid ini hampir kehabisan tempat untuk para tamu Allah ini.
Padahal masjid yang satu ini adalah masjid terbesar yang ada di kota gue.
Apa karena gue yang ngisi kajian, hahaha. Alhamdulillah deh, berarti gue cukup terkenal.
Karena sudah mendekati waktu shalat isya, akhirnya gue menutup kajian pada malam hari ini dengan bersama sama menengadahkan tangan memohon ampunan kepada Allah dan memohon segala hal yang baik, baik itu untuk kehidupan dunia hingga kehidupan akhirat kelak.
Tak lupa gue menyisipkan doa kafaratul majelis juga.
Sekali lagi, ustadz Hasan meminta gue untuk menjadi imam shalat isya, biar sekalian katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ali
RandomCerita ini akan mengisahkan seorang pemuda bernama Muhammad Yusuf Ali Al - Farisi anak dari Fatimah Ruqayyah Al - Jannah dan Muhammad Firdaus Al - Farisi. Pemuda yang satu ini paling tidak bisa berdekatan dengan wanita mana pun, terkecuali Ummi dan...