15 OTW - On The Walk

6 1 0
                                    

🍎ital's pov🍎

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍎ital's pov🍎

Aku dan kontet berjalan berdampingan, sambil melihat-lihat keadaan sekitar. Tujuan kami satu arah, kontet ke sekolahnya dan aku.. entah mau kemana, yg penting jalan kaki kemanapun asal dapat pekerjaan.

"Noona, hari ini aku akan pulang telat lagi"

Aku menoleh melihat kontet.

"Aku akan bekerja di kedai sate milik paman Ceye, upahnya lumayan". Lanjutnya sambil senyum lebar.

"Kau benar-benar bekerja? Tidak kelayapan kan?" Biasanya mah alesan kerja part time digunain murid SMA untuk bolos, awas aja kalo kontet sampai bolos!

"Kau bercanda? Aku sampai sekarang saja belum pernah absen dari sekolah. Kalau kau tidak percaya, cek aja absen ku disekolah"

"Sebenarnya sejak noona bekerja di luar kota, aku sudah mulai bekerja, setiap pulang sekolah, setiap pulang les, setiap hari libur. Tapi eomma tidak tahu, ia selalu pulang malam dalam keadaan benar-benar lelah"

Ya ampun, kasihan sekali kontet :(. Dia masih dibawah umur tapi sudah punya pemikiran yg dewasa. Tidak seperti teman-teman seusianya yg hanya bisa minta uang pada orangtuanya.

Aku berhenti mendadak. Tiba-tiba ada sesuatu terlintas di pikiranku.

"Ntet!"

"He? Kenapa?" Kontet tersentak dan ikut berhenti juga.

Aku tangkup pipi kontet dengan kedua tanganku. Aku tatap matanya lekat.

"Jangan khawatir, tetaplah semangat sekolah, raih nilai yg bagus! Aku akan berusaha mencari uang yg baanyyaakkk sekali agar kau bisa lanjutkan sampai kuliah ya?! Lalu kau mendapat pekerjaan yg bagus, dan.. kau bisa membuat kami hidup bahagia. Belikan kami rumah yg bagus, mobil sport mewah McLaren atau Lamborghini pun tidak apa, belikan kami pakaian yg bagus agar terlihat elegan, okey?!" Aku kedipkan sebelah mataku.

Namun ekspresi kontet datar saja, bisa dibilang tatapannya tiba-tiba kosong.

"A- anu.. noona.. bukannya harapanmu itu berlebihan?"

"Hei kontet!!" Aku rangkul lehernya, lalu aku ketekin kepalanya.

"Tidak ada harapan yg berlebihan, harapan apapun itu. Manusia harus memiliki harapan untuk menjadi pemicu semangat dalam hidup, tau?! Kau harus nemiliki harapan setinggi langit, mimpi seluas jagad raya, tidak ada yg melarang, dan semua harapanmu akan tercapai jika kau bersungguh-sungguh dalam berusaha. Got it?!!"

Gileee, dapet pencerahan darimana aku bisa bilang begitu? :v

"Termasuk harapan untuk menikahimu, noona?"

Anjir! Kontet mulai lagi. Aku usap-usap pipinya.

"Mau mati? Huh?"

Lalu tiba-tiba obrolan kami tersudahi dengan bunyi bell sekolahannya si kontet, kami memang sudah ada didepan gerbang sekolahnya.

"Sampai jumpa nanti sayang". Kontet mengecup pipiku kemudian lari masuk ke gerbang sekolah.

Anak itu benar-benar gila.

Mungkin otaknya masih tertinggal di rahim eomma pas lahiran.

JUSEYO [Brother Crush] - MilkitaHyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang