Hari yang Renjun tunggu-tunggu akhirnya tiba juga.
Pukul tujuh pagi Renjun sudah rapih. Tidak ada Renjun yang memakai kaos oblong berwarna pudar beserta boxer spiderman ditamabh rambut yang mencuat sana-sini layaknya sangkar burung gagak. Ia bertransformasi menjadi Renjun yang super rapih dan wangi. Wajahnya begitu bersemangat tanpa gurat lesu seperti biasa. Hal itu memancing senyum dari Bunda Renjun yang tengah menyiapkan sarapan untuk anak sematawayangnya. Wanita itu begitu senang karena akhirnya anaknya memiliki kegiatan berguna daripada hanya bermalas-malasan di kamar.
"Masih inget cara beli tiket keretanya?" Bunda Renjun bertanya sembari memindahkan nasi goreng dari wajan menuju piring.
Renjun sumringah. Hidungnya menghirup aroma sedap dari nasi goreng sang Bunda yang tidak bisa ditandingi oleh nasi goreng manapun. Puas menghirup, Renjun mendongak dan mengangguk semangat atas pertanyaan dari Bunda-nya, "Inget dong, Bun. Kan, aku gak gampang lupa."
"Jangan lupa pulangnya ambil sepuluh ribu-nya. Lumayan buat jajan, kan?"
"Malahan itu yang gak bakal aku lupain. Sepuluh ribu bisa beli thai tea di depan komplek pas pulang." Renjun terkikik geli.
Jadi, atas saran Bundanya juga izin dari Ayah yang ada di pulau Batam untuk menjalankan tugas perusahaan, Renjun pergi ke Kota Tua menggunakan transportasi kereta. Harganya cukup murah dan bisa terbebas dari kemacetan. Sewaktu diberi saran untuk menggunakan kereta, Renjun makin bersemangat. Untuk pertama kalinya dia menaiki kereta tanpa ada orang tuanya. Pasti itu akan membuat cerita tersendiri baginya.
"Ya udah, habisin dulu sarapannya."
Renjun mengacungkan jempol bersemangat. Ia menghabiskan sarapan hanya dengan waktu sepuluh menit. Bunda Renjun yang melihat itu menggelengkan kepala sambil tersenyum maklum. Memang kebiasaan anaknya akan semakin bersemangat jika ingin pergi-pergian. Meskipun beliau agak khawatir karena ini pertama kalinya melepas Renjun pergi sendiri tanpa didampingi siapapun, tapi beliau percaya kalau anaknya akan baik-baik saja. Renjun itu bukan tipe orang yang malu bertanya.
"Bun, Senja berangkat dulu." Renjun menyampirkan tas ransel di bahu, Ia menyalimi tangan lembut Bundanya kemudian mencium pipi kanan dan kiri wanita itu. "Bunda hati-hati di rumah."
"Kamu juga hati-hati, Sen. Kalau bingung, jangan sungkan tanya sama orang."
***
Renjun sudah sampai di stasiun dengan menggunakan ojek online. Suasana stasiun cukup ramai namun hal tersebut tak menyurutkan semangatnya begitu saja. Dengan segera ia membeli kartu untuk pulang-pergi. Setelah mendapatkannya, Renjun menuju peron dan berdiri di sana. Senyum sama sekali tidak bisa ditahan saking semangatnya sehingga terpaksa Renjun menunduk untuk menyembunyikan senyuman itu.
Setelah lima menit menunggu akhirnya kereta datang. Renjun langsung masuk ke dalam kereta dengan hati-hati dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak berdesak-desakan. Sayangnya, tempat duduk sudah terisi semua sehingga mau tak mau ia harus berdiri. Tapi, itu tidak masalah. Malah, dengan berdiri bisa membuatnya melihat pemadangan secara penuh lewat jendela. Tenang, Renjun ini tidak mudah mabuk perjalanan, kok.
Pintu kereta tertutup dan kereta berjalan perlahan meninggalkan stasiun. Renjun segera memutar musik untuk melengkapi perjalanannya.
Stasiun Jakarta Kota itu berada paling ujung. Jadi, Renjun tidak perlu cemas kalau semisal ia melamun sehingga melewatkan stasiun yang menjadi pemberhentiannya.
Tak terasa kalau sekarang ia sudah berada di stasiun Jatinegara di mana rata-rata para penumpang turun. Gerbong langsung melega dan Renjun langsung mengambil kesempatan untuk duduk. Ia menghela napas lega setelah punggung sudah bersandar. Pegal juga ternyata berdiri selama kurang lebih empatpuluh menit ditambah tangannya harus terus terangkat untuk berpegangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fajar & Senja
FanfictionFajar adalah permulaan. Senja adalah pemberhentian. Filosofi singkat tentang kedua momentum indah pada semesta, namun tersirat banyak makna di dalamnya. Tentang Fajar Anggara dan Arenza Senja, dengan campur tangan semesta dalam cerita mereka. Lee...