BAB 1 # Ana Uhibbuka Fillah

7 2 0
                                    

"Alifff" panggil Qanita

"ish berisik banget kamu, Nit" gerutu Diana

"sewot banget, etdah"

"iya Nit" jawab Alifia yang kini tengah berdiri di hadapan Qanita

"enggak kok Alif. Sini duduk, lama gak murotal sama kamu"

"iya Lif, kita kan kangen"

"lebaynya kalian ini, aku juga kangen sih. Tapi banyak laporan yang harus aku kasih ke ustadzah"

"duh yang sibuk, tau deh tau yang jadi kebersihan" ledek Qanita

"yeee, sebenarnya aku gak mau. Tapi kalau sudah takdir yaudah terima aja, hitung-hitung cari barokah"

"yaudah. Kapan-kapan kamu bisakan ngumpul sama kita lagi" tanya Qanita

"In Sya Allah"

"semangat ya pengurus" ujar keduanya sebelum Alifia pergi

Kedua sahabatnya itu memang suka menggodanya, tak jarang juga mereka mengusili Alifia sangking kelewat polosnya.

Dengan hati-hati Alifia mengetuk pintu kamar ustadzah Azizah, untuk menyerahkan laporan keamanan sekaligus memberi tahu siapa saja yang melampaui batas, sekarang banyak sekali para santri melanggar, terutama santri baru. Biasanya santri baru dikenal santri yang taat peraturan, tapi kali ini berbeda, justru yang banyak bertingkah santri baru.

Para keamanan tidak menyangka kenapa para santri lama membiarkan hal itu, tak jarang beberapa telah ditegur oleh ketua keamanan tapi tetap saja melanggar.

Usai memberi lapaoran bulanan, Alifia bergegas pergi keperpustakaan yang tak jauh dari taman tempat para santri murotal bahasa Arabnya.

Di pesantren darussalam yang letaknya di sekitar pinggiran kota, banyak santri yang bersemangat untuk menghafal dan mempelajari bahasa Arab. Yakni bahasa Nabi Muhammad SAW, serta bahasa Surga.

"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian dari mereka"
(HR. Abu Daud dan Ahmad)

Dari hadist itu sudah jelas, jika kita mencintai sesuatu yang baik, maka akan berkumpul dengan yang baik. Begitupun sebaliknya, apa bila kita mencintai hal yang tidak baik, maka Alan berkumpul dengan yang tidak baik pula.

Dug

"Afwan-Afwan saya gak sengaja" ujar Alifia yang tengah memungut bukunya, tapi tak ada jawaban dari orang yang ditabraknya.

Alifia memberikan buku yang sudah dipungutnya dan memberikan pada si pemilik, yang tak lain adalah Gus Surya

"Afwan Gus"ucapnya sekali lagi. Lagi-lagi gus Surya tak menjawab, setelah mengambil buku darinya ia pergi begitu saja.

Alifia menghembuskan nafas pelan, 'sabar Lif sabar yang terpenting kamu sudah meminta maaf'. Ujar Alifia dalam hati, ia segera pergi menuju kamar. Niatnya untuk ketaman sudah tidak mood lagi. Ia juga tau kenapa.

                                 🌹

'maafkan saya Alifia'

Gus Surya mengacak rambutnya, entah apa yang di rasakannya. Ia kesal terhadap dirinya acap kali didepan Alifia selalu dingin. Hati dan jiwanya sulit untuk diajak bekerjasama, dan pada akhirnya jiwalah yang menang.

"mas Surya kenapa" tanya Dea saat tak sengaja lewat didapan kamar Surya

"kebiasaan. Kalau masuk kamar orang assalamualaikum dulu" tegurnya

"yee, suruh siapa pintunya gak ditutup rapat-rapat"

Karna malas berdebat akhirnya Dea memutuskan pergi kesantri putri.

Seluas Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang