BAB 5 "Adhi Flashback"

6 1 0
                                    

"Papa tidak setuju kalau kamu menikah dengan Dia"

"kenapa Pa? Apa karena dia bukan dari keluarga yang baik-baik?"

"bukan Adhi. Papa sempat melihat dia bersama Om-Om seumuran Papa"

"Papa gak usah bohong! Mana mungkin Anggia seperti itu"

"benar Dhi apa yang Papamu katakan. Mama sempat juga melihat Anggia bersama Om-om lebih tepatnya hampir seperti kakek yang sudah bercucu 5"

"sudahlah! Cukup Ma-Pa cukup sudah kalian menjelekkan Anggia walaupun kalian tidak suka padanya karena orang tuanya broken home dan Mamanya seorang pelacur tapi Anggia tidak seperti mereka"

"Adhi!" bentak Herman entah harus bagaimana lagi Herman meyakinkan Adhi bahwa wanita yang dipilihnya bukan wanita yang tepat, tak jarang Herman bertemu Anggia beberapa kali dijalan dengan bergonta ganti pria. Dari situlah Herman yakin kalau Anggia bukan yang tepat untuk Adhi

"apa Pa? Adhi sudah dewasa Pa. Adhi tau mana yang baik dan mana yang buruk"

"buka mata hati kamu Adhi, demi Allah Papa tidak akan merestui hubungan kalian" tegas Herman sembari pergi meninggalkan Adhi di ruang keluarga bersama Zuhro--istrinya

Tak lama setelah kepergian Herman. Zuhro pun ikut melegang ia tidak menyangka kalau anak pertamanya berani membangkang Papanya. Ini bukan seperti Adhi yang dikenalnya, Adhi yang dulunya tak pernah membantah dan selalu menuruti perintah keduanya kini berbeda 130 derjat dari Adhi yang dulu.

'Allah buka kanlah mata hati putra hamba, agar ia tidak salah langkah'

Zuhro tak bisa berkata apa-apa lagi Ia pasrahkan semuanya kepada Allah dan hanya bisa mendoakan Adhi.

Billa yang menyaksikan perdebatan yang sempat terjadi itu kini ikut bergabung dengan Adhi yang tampak frustasi

"Mas. Billa tau kalau umur Billa masih remaja, tapi percayalah Mas apa yang dikatakan Mama sama Papa itu benar bahkan Billa sempat beberapa kali melihat kak Anggia bersama Om-Om dan setiap harinya kak Anggia gonta-ganti pasangan"

"cukup Billa cukup! Kenapa semua orang dirumah ini tidak ada yang mempercaiku Hah! Aku tau bagaimana Anggia aku kenal dia luar dalam tidak mungkin Anggia mengkhianatiku"

"Mas tidak boleh egois! Oke kalau Mas gak percaya suatu saat Billa akan tunjukin fotonya"

Billa kembali kekamarnya dengan langkah cepat, Masnya benar-benar minta di ruqyah.

"hallo Fan"

"iya Bil ada apa" ucap suara di sebrang sana

"lo masih punya foto cewek yang kemarin aku fotoin lewat handfone kamu?"

"masih Bill, kenapa emangnya?"

"gapapa, lo bisa kirim ke WA gue kan"

"bisa-bisa"

"oke Fan lo kirim sekarang juga ya"

"okee"

¤¤¤¤

Sepi! Canggung itulah yang dirasakan mereka di atas meja makan ini semua penghuninya tidak ada yang mau bicara bahkan sapaan dan gurauan kecil di keluarga itu sudah tidak ada lagi.

Shit!

"apaan ini?" tanya Adhi bingung sembari membolak-balikkan amplop yang di berikan Billa

"buka aja Mas, kali aja lo sadar setelah lihat isi amplop itu" celetuk Billa seraya menyentong nasi ke piringnya.

Dahi Adhi berkerut, apa maksud Adiknya ini, apa isi amplop itu.

"lelucon macam apa ini" ujar Adhi setelah melihat amplop itu

"masih gak percaya? Kalau gak percaya Billa masih punya banyak foto itu bahkan lebih jelasanya ada dan Fan..."

"Cukup BILLA!" sesak itulah yang Adhi rasakan sehingga ia tanpa sengaja membuat orang-orang disekitarnya bungkam. Lebih lagi Billa gadis itu terkejut bukan main sampai buliran bening itu lolos begitu saja dari pelupuk matanya

Plak

Satu tamparan keras mendarat dipipinya sekarang Adhi benar-benar berubah Mama dan Papanya tak pernah membentak Billa bahkan menjatuhkan air matanya setetespun tidak pernah. Dan ini kali pertama Billa diperlakukan seperti itu.

"pergi kamu dari sini! Papa tidak menyangka kalau anak lelaki Papa berani menentang orang tua demi wanita yang tidak baik itu. Cukup sudah kesabaran Papa telah habis, kamu mau pergi dengannya atau tetap disini terserah. Jangan harap Papa akan membantumu"

Zuhro mengelus punggung Herman, semarah-marahnya Herman kepada anaknya tidak sampai seperti ini. Tapi kali ini berbeda.

"Pa, sudah jangan usir Adhi Pa..hiks"

"kasian Pa.. Hiks kalau Adhi diusir..hiks mau tinggal dimana Pa..hiks istighfar Pa istighfar" Zuhro mencoba meredam emosi Herman agar ia menarik kata-katanya untuk tidak mengusir Adhi

***

Hal yang paling bodoh yang dilakukan Adhi ketika ia membangkang orang tuanya dan mulai saat itulah Adhi tidak lagi percaya, sulit baginya untuk membuka hati kembali 3 tahun sudah dirinya terpenjara oleh kenangan masalalu hampir saja semua wanita termasuk Dea yang menyukainya ia tolak dengan alasan ingin fokus dengan sekolahnya.

Bahkan sampai saat inipun Dea tetap menyukainya. Sebenarnya Adhi tidak mau untuk tinggal di pesantren bahkan harus bertemu dengan Dea wanita yang dulu berani menyatakan cinta padanya. Tak jarang Adhi melihat Dea sedang mentapnya namun sesegera mungkin Adhi pergi dari mejamakan dengan alasan ingin melihat sekeliling pesantren.

Bukan Adhi sok ganteng tapi dia hanya menganggap Dea seperti Billa adik--kandungnya tidak lebih dari itu.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seluas Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang