°Meet her

137 32 15
                                    

¦
¦
¦
¦
¦
¦
¦
¦


"Gak ada! Ini helm gue. Kalau Lo pake, Ketombe sama bau keringat Lo nyangkut lagi. Harus dicuci semaksimal mungkin nanti helm gue." Cerocos Tina.

"Santai Dodol. Gue nanya baik-baik juga. Yaudah alamatnya dimana?" Sahut Raja.

"Di jalan Nomor, Dekat toko Apotik." Ucap Tina.

Mereka pun berangkat untuk menjenguk Risya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka pun berangkat untuk menjenguk Risya.

🍁🍁🍁

Raja memarkir motor tepat di depan gerbang rumah Risya. Gerbang yang menjulang tinggi itu terbuat dari besi dengan dibalut warna hitam. Mereka pun menekan-nekan bel. Namun, nihil tidak ada sahutan dari dalam. Raja berusaha mengecek keadaan sekeliling dalam rumah tersebut. Tidak ada seekor manusia pun. Bahkan, mereka sudah memanggil Risya berulang-ulang. Tetapi sama saja. Tidak ada jawaban ataupun orabg yang menampakkan wujudnya dari dalam rumah tersebut.

"Sepertinya rumah ini sepi," ucap Raja karena sedari tadi tidak ada sahutan dari dalam.

"Aduh! Mana tu anak!" Tina mengacak rambutnya kasar karena frustasi.

"Lo ada nomor nyokapnya gak? Telpon gih!" Tanya Raja.

"Adaa, wait gue telfon.." Tina pun mulai mencari kontak Elin dan menelponnya. Terdengar jawaban dari kejauhan dan Tina segera menanyakan kemana Risya sebenarnya? Atau lebih tepatnya keberadaan dia sekarang di mana. Jawaban Elin membuat Tina cukup shock dan sontak menggamit tangan Raja yang tidak tau menahu itu, untuk membawanya ke tempat Risya secepat mungkin.

Usai sampai ditempat tujuan. Raja memarikirkan motor Tina serta Tina menggantungkam helmnya di kaca spion motornya. Raja menaikkan sebelah alisnya dan sedikit kebingungan.

"Risya dirawat inap disini?" Tanya Raja yang memperhatikan Tina yang masih dengan raut khawatir.

"Bacot Lo, ayok masuk. Gue tau ruangannya dimana." Tina melangkah cepat masuk ke dalam rumah sakit dan mencari ruangan yang ditempati Risya dengan diekori Raja dibelakangnya. Saat itu mereka hening tak bergeming, hingga langkah mereka terhenti di depan suatu ruangan yang bertulisan kamar ruang,
345 kelas 1.

"Lo yakin disini?" Tanya Raja lagi. Tina tak menanggapinya, pikiran Tina cukup kacau saat mengetahui sahabatnya dirawat inap tanpa sepengetahuannya. Tina mengetuk ambang pintu yang bercat putih itu perlahan. Lalu, Tina melangkah masuk tanpa ragu lagi dan Raja turut masuk bersama Tina.

Terlihat sekarang, Elin duduk disofa samping kasur putih yang menopang putri cantiknya itu dengan dibalut infus ditangan kirinya dan alat pernafasan di hidungnya. Elin meneteskan air mata melihat Risya yang masih belum sadarkan diri sejak pagi itu. Kata dokter Risya akan siyuman sebentar lagi, Elin harap itu benar. Mendengar ada suara dari balik ambang pintu, Elin segera mengusap air matanya yang sudah menetes.

Miss Silent {Mìnì Sęŗies} ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang