Vial

191 38 27
                                    

Accio 11
Vial

Daniel bersidekap, mendengus, “sekarang sudah ingat punya teman di Hufflepuff, begitu?”

Helaan nafas Jisung keluar begitu saja, “apalagi ini?” Baru juga bertemu, sudah disuguhi ekspresi tidak menyenangkan seperti itu.

Diletakkannya beberapa perkamen, sebotol tinta, buku Hebat Herbiologi Part Tiga, dan sebuah pena bulu.

“Kamu sih! Selama beberapa hari ini tidak lagi menjengukku!”

“Maksudmu ‘menemui’, bukannya ‘menjenguk,’ memangnya kau sakit?”

“Iya. Sakit.”

“Sakit apa?” Jisung langsung meletakkan telapak tangannya di dahi Daniel. Ia memicingkan mata, “tidak panas.” Menelengkan kepala Daniel ke kiri dan kanan, “juga tidak ada luka.”

“Aku kekurangan asupan Chocolate Frog.”

Jisung mendengus, mendorong kepala Daniel dengan kesal. Membaca bab Dasar-Dasar Pengembangbiakan Devil Snare mendadak terasa lebih menarik daripada meladeni si bocah berbadan besar itu.

“Hei, prefek Slytherin itu tidak menitipkan permen lagi padamu?” Binar di mata Daniel terlihat menjengkelkan.

Lagi-lagi Jisung menghela nafas, kepalanya tergeleng tak mengerti. “Seharusnya kau tidak menolak ajakannya ke Hogsmade kalau begitu.”

“Ugh, waktu itu aku sudah ada janji dengan dia, kamu tau, dia.” Alis Daniel berjungkit-jungkit sama menyebalkan dengan yang sudah-sudah.

“Iya tau, prefek Ravenclaw. Siapa lagi yang bisa membuatmu angkat pantat dari kursi empuk kalau bukan dia.”

“Nah!” seru Daniel riang.

“Kalau begitu terima saja nasibmu tanpa asupan permen lagi.”

“Tidak!”

“Hush, ini perpustakaan.”

Daniel mengerutkan mulutnya, “kalau minggu ini kuajak dia ke Hogsmade, dia mau?”

Mata Jisung mengerjap, “kau mau mengajaknya hanya demi permen? Sungguh Kang Daniel? Sepertinya kau kebanyakan makan Pappermint Creams itu, sampai-sampai kodoknya bukan berloncatan di perutmu, tapi di kepala.” Tergesa Jisung menggulung ulang perkamen miliknya yang baru ia bentangkan di atas meja, hilang sudah niatan mengerjakan tugas Herbiologi.

“Bukan begitu,” elak Daniel lirih. “Aku hanya ingin mencoba memberinya kesempatan, kamu tau sendirikan, ugh, bagaimana ya, aku rasa tidak ada harapan aku dengan, ugh, kamu tau, begitulah. Jadi, bisa tanyakan padanya minggu depan ke Hogsmade?”

Begitu manik cokelat keemasan itu menatap Jisung dengan memelas, saat itu juga Jisung tau ia kalah telak.

.
.

“Ngomong-ngomong, Dan.”

“Ya?”

“Punya Pensieve?”

“Apa itu?”

Jisung mendesau, “lupakan.”

-oOo-

“Benarkah?!”

Senyum Jisung nyaris tergelincir melihat reaksi bahagia Sungwoon. “Yeah, dia bilang begitu.”

Tanpa sadar Jisung menggigit bibir bawahnya menyaksikan prefek Slytherin itu hampir melompat-lompat di tempat. Rona kemerahan menghiasi pipi putih saljunya dengan jelas.

Accio: Grá 🍀 [Kim Jaehwan x Yoon Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang