Side Effect

253 34 45
                                    

Accio
14
Side Effect

Keonhee—chaser Quidditch Slytherin—yang masih mengenakan seragam olahraga itu menatap sangsi. Mendapati murid selain Slytherin berdiri di depan asrama mereka, bukan pemandangan yang wajar. Apalagi wajah orang itu tidak familiar sedikitpun, jelas bukan dari kalangan pureblood.

Keonhee menggeleng, berjalan mendekat, “ada perlu apa?”

Orang itu berbalik nyaris meloncat di tempat. Mata Keonhee singgah pada pin prefek yang tersemat di baju orang itu. Ia manggut-manggut, “Mencari kak Sungwoon?”

“Tidak.” Tanpa sadar Jisung menggaruk tangannya, menggigit bibir bawah ragu-ragu berujar, “aku ingin bertemu Jaehwan, maksudku Kim Jaehwan.”

Ekspresi tidak percaya Keonhee semakin menjadi-jadi, seolah baru saja diserang Confundo. “Kim Jaehwan yang itu? Sungguh?”

Telunjuknya naik, “kau? Dengan ..." telunjuk itu kehilangan arah, berputar-putar hingga akhirnya Keonhee menepuk tangan. “Oh iya! Pasti tugas, ‘kan?”

Anggukan kepala Jisung membuat senyum sok tahu muncul di wajah Keonhee. “Tentu saja!” Ia tertawa, “mana ada yang—” Keonhee menghentikan kalimatnya, menyengir, “kupanggilkan sebentar, tunggulah di sini.”

Tidak tahu harus melihat kemana, Jisung memutuskan menghitung jumlah ular yang menghiasi dinding. Dihitungan ke dua puluh sembilan, suara Jaehwan terdengar.

“Apa?”

Singkat. Padat. Dan ding—ugh, tidak. Tidak terlalu dingin. Suasana yang terasa saat Jisung berbalik dan menatap Jaehwan tidak terlalu dingin. Pancaran dari mata cokelat madu itu tiada kesinisan.

Bukannya Jaehwan dihinggapi keramahtamahan dengan tiba-tiba, tapi hanya sedikit jadi lebih manusiawi. Sudah tidak terlalu memancarkan delikan ala serpent seperti biasanya.

“Kalau kamu memanggilku hanya untuk berdiam diri, aku pergi.”

“Tunggu!”

Jaehwan menghembuskan nafas gusar, ia bersedekap dengan dagu terangkat. Sebelah alisnya terjungkit tak sabaran.

“Kau sudah menyelesaikan laporan Tugas Ramuan?”

“Sudah.”

“Boleh aku lihat?”

“Untuk apa?”

“Kenapa ekspresimu seolah aku akan menyonteknya. Kita satu kelompok kalau kau lupa.”

Jaehwan menghela nafas, “lalu maumu apa?”

“Aku ingin, kau tahu, sebagai catatan pribadi, ugh, pokoknya begitu.”

Jaehwan menggaruk belakang telinganya malas, “maksudmu, kamu ingin menyalinnya?”

Jisung mengangguk riang. “Ya. Aku biasanya menyalin semua tugas yang dikumpulkan, lumayan untuk bahan baca tambahan.”

“Kamu mirip murid Ravenclaw kalau serajin itu, yakin tidak salah masuk asrama?” Jaehwan tertawa pelan.

Jisung menduga ada orang sinting dan tak sayang nyawa yang dengan berani melemparkan kutukan Obliviate pada Jaehwan. Karena nampaknya ingatan pemuda Slytherin itu tentang ketidaksukaan-yang-sangat-pada-Jisung telah termodifikasi. Berubah menjadi keramahtamahan asing yang ganjil.

“Ikut aku,” ajak Jaehwan yang membuat Jisung semakin yakin pada konklusi Obliviate-nya.

Jisung melangkah ragu melewati pintu marmer berukiran serpent besar dan bergigi taring lancip menakutkan. “Kau yakin aku boleh masuk?”

Accio: Grá 🍀 [Kim Jaehwan x Yoon Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang