Silver Vee

318 52 34
                                    

Jisung tak menyangka Daniel akan sekejam itu. Menjejalkan permen sialan bercitarasa tengik ke dalam mulutnya sambil tertawa kegirangan.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah Jisung menjadi murid, ia bolos pelajaran. Mengerikannya, ini Transfigurasi. Nomor satu hal yang ia kuasai.

Kredibilitas Jisung di mata Professor Seokhoon mungkin merosot bebas. Terjun tanpa pengaman. Seperti muntahan yang keluar tanpa jeda setelah benda terkutuk itu melewati tenggorokannya.

Daniel yang berdiri tak jauh di belakang, cekikikan tapi sambil meminta maaf.

"Sorry, gak lihat kalau itu permen yang punya efek paling cepat dan lumayan banyak muntahnya." Suara tawa Daniel terdengar dua kali lipat menyebalkan daripada biasa.

Lumayan? Itu penghinaan. Jisung menoleh ke belakang, mengirimkan sinar kutukan dari mata--sayangnya Jisung hanya wizard biasa bukan turunan basilik--jadi Daniel masih di sana. Tidak membeku, melainkan menertawakannya. Menyebalkan.

Rasa mual kembali menaiki dari lambung ke tenggorokannya, Jisung segera berbalik. Memuntahkan semua.

Tangan Jisung mencengkram pinggiran wastafel, menopang berat badan. Rasanya seolah separuh isi perut telah mencelos keluar. Atau mungkin sudah seluruhnya?

Dan sekarang saat yang tepat untuk organnya yang meluncur bebas. Yeah, bagus sekali.

"Kenapa ini belum berhenti juga?" lirih Jisung. Melirik Daniel yang sudah berhenti muntah sejak setengah jam yang lalu.

Masih tertawa Daniel berujar, "sepertinya itu juga yang punya efek lumayan lama."

Lumayan. Duh, perlahan Jisung mulai keki dengan kalimat itu.

.
.

Sudah Jisung duga, Taehyun akan mencecarnya dengan rentetan pertanyaan. Begitu banyaknya sampai bisa menyaingi reporter kenamaan Daily Prophet.

Sebisa mungkin Jisung mengabaikan eksistensi Taehyun. Seolah pemuda itu satu jajaran dengan poltergeist yang sering berkeliaran.

Sayangnya, Taehyun tidak pernah mau membiarkan Jisung pergi dengan mulut tertutup.

Jisung keki setengah mati, mau ditaruh kemana mukanya kalau ia harus mengatakan yang sesungguhnya. Kenyataan bahwa teman Hufflepuff-nya dengan begitu kejam menjejali Jisung permen pemancing muntah.

Jisung menurunkan tirainya, memasang mantra. Tentu saja berhasil dalam sekali ayunan tongkat. Untuk satu itu Jisung belajar mati-matian sampai-sampai rasanya ia bisa lakukan dengan bibir terkantup.

Suara tuntutan pertanyaan Taehyun redam di balik tirai ranjangnya. Hanya ada kesunyian, Jisung rebah, lelah, tenaganya tekuras. Muntah ternyata semelunglaikan ini.

Ia memejamkan mata. Sialnya, wajah Jaehwan mencuat tiba-tiba entah darimana. Di atas Jisung, tersenyum, manikam cokelatnya berkilat ngeri, seolah hendak menyantap Jisung.

Berkeringat dingin, Jisung terlonjak dari tidurnya. Nafasnya menderu, celingukan tanpa sadar.

"Sialan!" Jisung meremas rambutnya, "si anak ular itu..."

.
.

Jisung tidak yakin dengan penglihatannya. Terakhir kali helai yang melekat di kepala Taehyun berwarna merah menyala. Terang benderang hingga ke taraf tidak wajar. Tapi, yang dihadapan Jisung sekarang lebih dari sekedar tidak wajar.

Surai Taehyun berwarna perak. Hampir menyerupai rambut para veela.

"Demi Merlin," lirih Jisung, jemarinya menyentuh helaian itu. "Ini kenapa?"

Accio: Grá 🍀 [Kim Jaehwan x Yoon Jisung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang