11. Fly Over The Moon (1)

278 6 5
                                    

Sepasang manusia yang baru saja mengikat janji kecil mereka, duduk di teras sebuah villa yang mereka sewa selama sebulan ke depan.
Salah satu dari mereka kembali ke dapur untuk mengambil teh chamomile panas dan beberapa keping biskuit.
Setelah dia meletakkan semuanya di atas meja, dia merasakan sepasang tangan merengkuh pinggangnya dan mendudukkan dirinya di atas pangkuan dan memeluknya dari belakang dengan hangat.

"Gun...,"
Pemilik nama itu menoleh ke arah orang yang memanggilnya, kemudian memutar tubuhnya.
"Khrab, Papii..."
Mereka saling memandang dengan sangat dalam, seakan melepas semua rasa yang selama ini mereka tahan, melepas semua kesesakan yang selama ini mereka lalui.

Seseorang yang dipanggil "Gun" meletakkan satu tangannya di pundak orang di hadapannya, dan telapak tangan mungil yang lain diletakkan dipipinya. Ibu jarinya mengusap lembut pipinya, dan meletakkan jari-jari lainnya di lehernya.
"Phi Off, minumlah tehmu dulu. Di sini sangat dingin," katanya sambil memandang sepasang mata di hadapannya.

"Aku akan hangat karena ada kau, Gun," jawab Off sambil tersenyum menggoda.

"Hei, Tuan Jumpol Adulkittiporn, bersikap baiklah, atau aku akan pulang sekarang."

"Hei, Tuan Atthaphan Phunsawat, kemana kau akan pulang, jika rumahmu ada di sini," sahutnya sambil menunjuk ke dadanya sendiri.

Pria bernama Gun memandang pria di hadapannya dengan kesal, lalu melipat tangan di dadanya, membuang muka, dan menggembungkan pipinya.

Off terkekeh melihat tingkah separuh jiwanya itu.

"Oke.. Oke... Aku akan meminumnya. Lalu kita masuk ke dalam, oke?" Katanya sambil mencubit gemas pipi Gun.

Dia mengambil secangkir teh, lalu memberikan pada Gun, dan mengambil secangkir lagi untuk dirinya sendiri.

"Gun…"

Gun menoleh dan bertanya dengan matanya.

"Apakah kau ingin kita punya rumah di sini? Lihat, pemandangannya indah dan suasananya tenang. Aku, kau, dan anak-anak kita."

Mendengar ucapan Off, rona merah muncul di pipi Gun, sampai ke telinganya. Warnanya hampir sama seperti warna langit senja di depan mereka.

"Ya, Papii. Di sini suasananya enak dan nyaman. Tapi semua aktifitas kita ada di kota itu. Pekerjaan Papii dan pekerjaanku ada di sana."

"Gun…," Off meletakkan satu tangannya ke perut Gun.
"Jika satu saat nanti kau hamil, um... Maukah kau berhenti dari pekerjaanmu?"

Gun menatap Off dengan tajam.
"Euy, Mr. Jumpol..."

Off menelan ludah melihat ekspresi Gun yang ini. Dia sangat ingat, kalau Gun bukanlah sosok yang terlihat imut seperti yang orang banyak tahu. Dan Off paling khawatir jika dominannya keluar, biasanya hasil akhir untuknya tidak baik. Dan dia tidak mau malam yang istimewa ini dirinya berakhir di sofa, atau yang terparah, dia terkunci di balkon.

"Sementara, Babii. Aku ingin kau menikmati hari-harimu sepenuhnya, tanpa harus disibukkan dengan hal lain selain dirimu dan anak kita. Nanti, setelah kau terbiasa dengan aktifitas barumu, kau boleh melakukan apapun, termasuk bekerja."
Off menghabiskan gigitan terakhir raisin hazelnut cookie dan teh hangatnya. Memberikan waktu pada Gun untuk mencerna perkataannya.

Gun meletakkan cangkir tehnya, lalu menghela nafas dalam-dalam.
"Kau benar, Phi..."
Lalu ia melingkarkan tangannya di leher Off, menatap mata Off dalam-dalam, lalu meletakkan kepalanya di ceruk leher Off. Sesuatu yang sangat ia suka. Mengendus leher Off, mencari ketenangannya di sana.

Off melingkarkan tangannya di pinggang Gun sambil mengusap punggungnya. Seakan memberi keyakinan, bahwa ia akan ada di sana, saat Gun menjalani semuanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 30, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

You & MeWhere stories live. Discover now