90th Days (Part 11)

6.7K 589 55
                                    

Chanyeol masih menggenggam tangan Baekhee, sementara Jackson bersama Maid yang biasa mengsuhnya. Keduanya masih diam di kamar Jackson, Chanyeol melihat albun foto yang berisi foto pertumbuhan jagoanya hingga saat ini. Ada rasa menyesal meninggalkan Baekhee dan harus sama-sama mengalami kesulitan, walaupun akhirnya mereka bisa bangkit dan menjalani kehidupan dengan memegang keyakinan masing-masing jika keduanya akan kembali berkumpul bersama.

"Jangan lupakan semua yang sudah kita alami"

Chanyeol sembari menutup lembaran terakhir album foto Jackson.

"Tidak akan" Baekhee menggeleng sembari mengusap pipi kekasihnya.

"Aku menderita tanpamu Baek" Chanyeol memegang tangan Baekhee yang berada di pipinya dan mengecupnya.

"Kau pikir aku tidak?"

Baekhee mengurung diri di kamarnya, gadis itu tidak ingin bertemu siapapun kecuali Taeyeon ibunya. Setelah kejadian hari itu, di mana Ayahnya dengan paksa membawanya ke dokter untuk menggugurkan kandunganya.

Baekhee melawan dengan sekuat tenaga, gadis itu berlutut dan memohon pada ayahnya agar tidak menggurkan kandunganya.

"Jika Appa mau membunuh anakku, itu artinya Appa menginginkanku mati juga" Baekhee menatap nyalang. Gadis itu berani melawan Ayahnya demi janin di rahimnya yang masih berbentuk gumpalan darah.

"Baekhee kau--"

"Apa Appa malu punya anak sepertiku?" Baekhee dengan suara makin meninggi "...jika Appa malu, biarkan aku pergi menyusul ayah dari janin di perutku"

"Kau anakku satu-satunya, kenapa kau melakukan ini semua pada orang tua ini Baekhee!" suara Yohan tidak kalah tinggi.

"Appa! Janin ini juga anakku satu-satunya, jika aku kehilangan dia" Baekhee menarik nafasnya yang berat "...aku jamin Appa juga akan kehilangan anak Appa satu-satunya"

"Anak tidak tahu diri! Kau--"

"Cukup!"suara Taeyeon menghentikan Yohan yang hendak memukul wajah putrinya "...hentikan! Byun Yohan! Jika kau tidak mau menerima mereka, biar aku yang mengurusnya sendirian, tapi jangan harap kau bisa bertemu denganku lagi"

Taeyeon menarik Baekhee untuk bangkit dan pergi meninggalkan ayahnya yang masih dalam puncak amarahnya.

"Kim Taeyeon!"

Yohan, saat Taeyeon dan Baekhee berjalan melewatinya.

"Eomma"Baekhee lirih.

"Sayang, ayo kita pergi" Taeyeon menuntun Baekhee untuk pergi.

"Jangan berani pergi dari rumah ini barang selangkahpun!" Yohan berhasil menghentikan langkah keduanya.

"Bukankah kau tidak menginginkan kami lagi berada di rumah ini eoh?!" Taeyeon tidak gentar dengan suara suaminya yang semakin meninggi "...kau bukan kah malu punya anak yang hamil tanpa ayah?!" Taeyeon tidak kalah membentak.

"Eomma" Baekhee merasa bersalah pada Ibunya, gadis belum pernah melihat Taeyeon meninggikan suaranya, selama ini wanita itu tidak sekalipun membentaknya, ataupun mendengarnya meninggikan suara pada siapapun.

"Apa selama ini kau menjaganya dengan baik?" suara Taeyeon mulai gemetar menahan tangisnya "...kau selalu sibuk dengan pekerjaanmu, bahkan kau tidak tahu saat anakmu jatuh dari sepedanya, kau pun tidak pernah tahu bagaimana paniknya aku saat Baekhee terserang demam, kau--"

"Cukup!" Yohan merasa ucapan Taeyeon tidak ada yang salah, sebagai Ayah, dirinya memang jarang berada di rumah dengan alasan sibuk mengurusi pekerjaan. Semua itu pun tidak salah, hanya saja pria itu sangat banyak melewatkan pertumbuhan Baekhee.

90'th Days (Stockholm syndrome)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang