ㅤ 📖 O6. Tak Tersampaikan (Bagian Tiga)

312 36 23
                                    

w/n. Pada chapter ini, kalimat (selain bahasa asing) dan percakapan yang ditulisakan dalam font italic menandakan kilas balik (flashback).

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


「Apa sebenarnya hubunganmu dengan Kun-ge?」


Menilai dari ekspresi terkejutnya aku yakin bahwa sesaat lalu aku pastilah menanyakan pertanyaan yang sama secara lantang. Sepertinya rasa keingintahuanku sudah mengalahkan akal sehatku. Seharusnya pertanyaan itu tidak terlontar keluar dari mulutku.

Aku adalah anak tunggal, pada awalnya. Sebelum Ayah memutuskan untuk kembali menikahi seorang janda dengan satu anak. Semenjak itu aku adalah seorang kakak. Meskipun begitu, posisiku tidaklah berubah. Aku hanyalah seorang anak yang tak berguna. Sesosok Adam yang seakan kehadirannya tak pernah bermakna.



Hujan membasahi kota Singapura. Mobil-mobil para orangtua murid berbaris memanjang di jalur drop off gedung sekolah dasar. Untuk tumbuh menjadi pribadi yang mandiri adalah harapan setiap orangtua akan anak-anaknya. Tidak ada satu orangtuapun yang ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang selalu bergantung pada orangtua.

Lima menit...

Lima belas menit...

Setengah jam...

Orangtuaku belum juga datang menjemput. Tampaknya hari ini pun aku harus pulang sendiri.

Berpamitan pada satpam baik hati yang bersedia menemaniku selama lima menit terakhir aku pun bergegas melangkah keluar pagar. Tak lupa kupegang erat payung yang baru saja dibelikan Ibu beberapa hari lalu.



Suara gemuruh terdengar cukup keras. Tidak jarang sebenarnya cuaca di Singapura ekstrem seperti ini. Hanya saja... Haruskah hari ini?

Aku menghela napas gusar. Meskipun pagiku tidaklah begitu buruk, setelah mendengar gemuruh tadi aku yakin bahwa akhir pekanku kali ini akan menjadi akhir pekan yang sangat buruk. Dulu aku tidaklah membenci hujan. Sebelum hari itu tiba aku sangat menyukai hujan. Hari hujan adalah satu-satunya hari di mana aku bisa menjadi diriku sendiri; seorang anak penyendiri dengan nuansa hati yang suram. Hari hujan adalah satu-satunya hari di mana aku dapat meluapkan semuanya melalui air mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang