ㅤ 📖 O4. Tak Tersampaikan

242 36 14
                                    

Ruang apartemen 08-02 lebih sepi dari biasanya meskipun saat ini, dalam tempat yang biasanya hanya diisi oleh dua orang itu, diisi oleh tiga orang. Ketiganya disibukkan oleh kegiatan dan benak masing-masing sehingga keheningan berangsur mengambil alih atmosfir ruangan. Televisi menjadi satu-satunya sumber suara di dalam apartemen. Acara berita pagi yang ditayangkan mendampingi ketiganya.

"Hey? Kalian berdua kok diam saja 'sih?" Kun yang sudah selesai membuat omelet akhirnya bersuara seraya meletakkan tiga buah piring makan di meja makan.

Lucas dan Xiao Jun langsung mengalihkan pandangan dari televisi ke arah meja makan sebelum keduanya saling bertukar pandang.

Ada pertanyaan tak tersampaikan di benak masing-masing kedua Adam yang lahir pada tahun 1999 itu. Tak ada satupun dari keduanya yang berinisaitif untuk menyampaikan pertanyaan terlebih dahulu. Antara segan dan canggung; tidak ada yang tahu.

「Siapa dia? Kenapa dia mengenal Kun-ge?」

「Teman tinggal? Sudah berapa lama mereka saling mengenal?」

Qian Kun bukanlah seorang pembaca pikiran. Namun, lelaki tertua di antara ketiga orang itu mampu membaca situasi, apalagi jika situasi yang melibatkannya adalah rasa canggung. Dalam diam, ia secara bergantian melirik Lucas dan Xiao Jun yang masih saling bertatapan. Mulutnya yang semula terkatup rapat pelan-pelan mulai terbuka dan kekehan pelan langsung meluncur ke luar dari celah kedua bibirnya.

"Astaga... Lucunya—"

Seolah kekehan Kun adalah sebuah wake-up call, baik Lucas dan Xiao Jun langsung mengalihkan tatapan mereka dari satu sama lain. Kecanggungan tesirat pada air muka keduanya—karena sungguh, berada dalam diam sambil bertatapan dengan orang lain itu sebenarnya sangatlah memalukan.


══════ ♥ ══════


Kalau saja Kun tidak ada di situ, Lucas dan Xiao Jun pasti berakhir tidak berbicara pada satu sama lain. Butuh usaha dan cukup banyak waktu bagi Kun untuk akhirnya sedikit mencairkan suasana di antara kedua temannya itu dan kini ketiganya tengah duduk di sofa ruang tengah sembari menonton serial yang ditayangkan oleh stasiun televisi lokal. Lucas duduk di sisi kiri sementara Xiao Jun duduk di sisi kanan—keduanya menghimpit Kun yang duduk di tengah-tengah.

Tontonan tersebut sebenarnya tidaklah berbobot bagi ketiganya. Kun lebih tertarik menonton berita terkait perekenomian, Xiao Jun lebih menyukai acara terkait fisika ilmiah sementara Lucas sangat menggemari acara variety show. Apa yang ditayangkan di layar televisi hanya menjadi pendamping; pengisi kekosongan ruang saat ketiganya mulai berbincang—bisa diibaratkan bagaikan sound effect pada film-film.

"Wah! Calon dokter? Hebat sekali!" Begitu mempelajari dari Kun bahwa Xiao Jun adalah seorang mahasiswa kedokteran, Lucas tidak dapat menahan keterkejutannya. Dan bukan salahnya untuk merasa demikian.

Perawakan XIao Jun tidaklah besar. Bahkan perawakannya lebih kecil dibandingkan perawakan Kun. Sama sekali tidak terlihat potongan seorang dokter. Ditambah lagi Xiao Jun terlihat seperti sosok yang kurang ramah—tidak lucu bukan bila seorang dokter bersifat ketus pada pasiennya?

"Aku tidak akan pernah bisa menjadi sepertimu!" Lucas kembali berujar, sedikit berseru. Kedua mata si pemuda Wong itu membulat, menampilkan ekspresi yang begitu komikal sehingga Kun tak dapat menahan tawanya.

"Coba tebak apa profesiku?" Lucas memosisikan dirinya untuk menghadap ke arah Xiao Jun. Satu lengannya bertengger di sepanjang garis tepian belakang sofa dan ujung-ujung jemarinya bersentuhan dengan bahu kanan Kun—yang mana ia lakukan secara tidak sengaja namun sanggup membuat Kun menoleh sekilas ke arahnya sebelum iseng memainkan jemarinya.

Dan seketika Lucas lupa siapa lawan bicaranya. Ia lupa pada siapa tadi ia bertanya karena saat ini fokusnya kembali ke arah Kun. Lelaki lebih tua yang lebih pendek daripadanya itu duduk dalam posisi memunggunginya; keduanya pada awalnya sama-sama menatap ke arah Xiao Jun. Dengan senyum terpatri di wajahnya—Lucas mengikuti permainan Kun—ia membiarkan jemarinya tersentil-sentil pelan oleh ujung jemari sang pemuda Qian sebelum ia dengan sigap menggenggam tangan Kun dan membiarkan jemari keduanya saling terjalin.

Pemandangan yang ada di hadapannya membuat Xiao Jun duduk tegak dan mengepalkan tangan di atas pangkuan, "kau tahu apa? Aku menebak profesimu berkaitan dengan klub malam."

Jawaban Xiao Jun membuat kedua mata Kun terbelakbak. Sebagai teman tinggalnya, Kun amat paham bahwa Xiao Jun adalah sosok yang sering bergurau. Namun, menurutnya kali ini gurauan Xiao Jun sangatlah tidak pantas. Bagaimana kalau Lucas salah paham?

".... Xiao Jun—"

"Hanya bercanda, ge." Xiao Jun memotong Kun sebelum sosok yang lebih tua itu menceramahinya—meski yang ia lontarkan sebenarnya berkebalikan dengan niatnya.

"Hahaha, lucu sekali! Apakah aku terlihat seperti seorang DJ yang keren?" Lucas menyahut disela tawanya.

Kun mengerucutkan bibirnya. Rasa cemas dan lega bercampur menjadi satu dalam sanubarinya. Ia merasa lega karena nampaknya selera humor Xiao Jun dapat diterima oleh Lucas tetapi di saat yang bersamaan ia merasakan ada sesuatu yang janggal. Ia tidak tahu apa yang harus ia rasakan. 

Sang pemuda yang duduk di antara kedua lelaki kelahiran tahun 1999 itu dengan lembut melepaskan tangannya dari genggaman Lucas sebelum menepuk-nepuk pelan kepala Xiao Jun, "kau membuatku kaget, Xiao Jun," Kun menghela napas.

Xiao Jun tersenyum tipis begitu telapak tangan Kun bersentuhan dengan kepalanya.

"Betul. Kau membuat kami kaget. Aku sempat berpikir kalau kau bersungguh-sungguh dengan ucapanmu," Lucas menambahkan.

"Lalu apa profesimu, Lucas?" Xiao Jun bertanya dengan fokus yang masih tertuju ke arah Kun yang saat ini tengah mengusap-usap bagian belakang kepalanya.

"Profesiku lebih keren daripada seorang DJ. Aku seorang blogger." Lucas menjawab datar dan suaranya menjadi lebih berat daripada sebelumnya—tanpa ada yang menyadarinya.

I LOVE YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang