Jisoo dan Rosé masih saja terdiam di ruang tamu. Sampai pada akhirnya, Jisoo memecahkan keheningan diantara mereka berdua. "Rosé, masalah kemarin.." Suara Jisoo terdengar ragu. "Oh lupakan saja. Tidak apa-apa. Aku mengerti". Rosé memotong ucapan Jisoo. "Rosé, mungkin ini aneh untukmu. Tapi aku mau jujur. Aku seperti punya perasaan yang berbeda. Perasaan yang baru dalam hidupku". Perkataan Jisoo perlahan melambat, "mungkin ini terlalu cepat untukmu. Tapi jujur, aku mencintaimu". Rosé tersipu malu. Pipinya memerah bak kepiting rebus hingga dia hanya bisa terdiam. "Sepertinya jangan dibahas dulu, Jisoo. Aku belum siap", jawab Rosé. "Ah, aku mengerti", timpal Jisoo sambil mengelus punggung tangan Rosé.
"Oh, iya. Tadi sebelum aku kesini, aku mampir ke supermarket. Aku coba beli sesuatu untukmu yang mungkin kamu suka". Kata Jisoo sambil menyodorkan satu set kotak parfume. "Wah parfume aroma buah! Aku suka sekali. Terimakasih Jisoo", balas Rosé sambil membuka satu set parfume tersebut. Saat Rosé melihat parfume itu, tak sengaja dia melihat tulisan nama toko yang tertera pada lebel parfume tersebut. "Hah? Joujou Market?", ujar Rosé terkejut. "Kenapa Rosé?, tanya Jisoo. "Toko ini letaknya dimana?" Rosé bertanya dengan nada serius. "Di ujung jalan, dekat kedai ramen. Kenapa?", jawab Jisoo penasaran. "Bisa antar aku kesana sekarang?", pinta Rosé. "Memangnya ada apa?", Jisoo terlihat bingung.
Rose mulai bercerita. Suatu malam, Rosé pulang larut. Sehingga tinggal dia sendiri yang menunggu bus di dekat jalanan yang sepi. Tiba-tiba, dua orang preman menodong Rosé. Namun preman tersebut gagal melancarkan aksinya karena ada seorang wanita pemberani berperawakan tinggi jangkung dengan hoodie-nya. Wanita itu mengahajar preman tersebut dengan liarnya demi melindungi Rosé. Belum sempat bertanya siapa nama wanita itu, bus yang ingin Rosé tumpangi sudah datang. Wanita jangkung itu meneriakkan nama toko Joujou Market bila ingin bertemu.
Jisoo hanya mengangguk-anggung sepanjang cerita Rosé. Dalam hatinya, ia bersyukur karena wanita pujaan hatinya berhasil lolos dari tindak kejahatan. Karena Jisoo setuju untuk mengantar Rosé ke toko itu, mereka langsung bergegas masuk ke mobil Jisoo. Mobil Jisoo pun melaju perlahan untuk kembali ke Joujou Market.
* * * * *
Malam itu, Lisa pulang kerja lebih awal dan terburu-buru. Dia mengunjungi salah satu club malam dekat dengan tokonya. Kedatangan Lisa bukan untuk menari atau mencari wanita jalang. Ia punya tujuan khusus. Di jari-jarinya, terpasang cincin bergerigi. Matanya menatap tajam menyusuri setiap sudut club itu. Rupanya dia sedang mencari seseorang.
Di salah satu meja club, ada seorang pria yang sedang asik bercumbu dengan para wanita jalang. Tangan pria itu tak henti-henti membelai setiap inci tubuh para wanita itu. Saking terbuai akan tubuh seksi para wanita itu, pria itu tak sadar bahwa Lisa sudah berada dihadapannya menatapnya dengan tajam.
Rupanya, pria itu tak lain adalah Kai. Pria yang hampir menghancurkan masa depan teman wanitanya, Jennie. Kai dalam keadaan mabuk berat. Dengan sekuat tenaga, Lisa menarik kerah jaket Kai hingga pria itu berdiri sedikit terhuyung. Kemudian Lisa menghajar Kai dengan tinju-tinju dari tangan besi nya. Lisa mempunyai skill basic bela diri. Itu memudahkan dia untuk melumpuhkan pria brengsek yang sangat ia benci itu. Tak satu pun pengunjung club yang berusaha melerai perkelahian antara Lisa dan Kai. Mereka takut terkena pelampiasan amarah Lisa yang sudah memuncak. Tidak ada perlawanan dari Kai karena ia mabuk berat. Pengunjung malah memberikan semangat untuk Lisa yang terus mengajar Kai.
Suara keras dari musik DJ seakan menjadi genderang perang yang mengobarkan seluruh perasaan dendam Lisa yang bersarang dalam dirinya yang sekarang tampak mengerikan. Tajam nya cincin bergerigi Lisa, membuat wajah, tangan, serta bagian tubuh Kai mengeluarkan darah. Setelah puas, Lisa pergi begitu saja meninggalkan Kai yang tergeletak di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Much Too Late
Fanfiction"Maafkan aku. Aku terlambat menyadarinya..." "Aku mencintaimu. Maafkan aku yang tak bisa lagi menjagamu..."