Dendam Kai

2.3K 287 17
                                        

Di tempat lain, ketika Jennie baru saja meninggalkan Joujou market, Lisa mengaktifkan handphonenya. Ada sebuah pesan dari Jennie.

J: "Lim, tolong jangan gegabah. Aku ada di tokomu. Aku tunggu!".

Begitu selesai membaca pesan dari Jennie, Lisa langsung menghubungi handphone Jennie. Tapi sialnya, nomor Jennie tidak dapat dihubungi. Lisa sangat mengkhawatirkan Jennie karena kondisi Jennie yang kurang sehat, Lisa memutuskan cepat-cepat kembali ke tokonya berharap dia menemukan Jennie disana.

* * * * *

Kai merasa sangat dipermalukan oleh Lisa, mengajak teman-teman satu gengnya untuk mencari Lisa. Sebelum berangkat, Kai dan teman-temannya mengatur rencana untuk menghabisi Lisa.

Firasat Kai mengatakan jika Lisa pasti menginap di apartemen Jennie, ternyata salah. Kai hanya melihat apartemen Jennie yang kosong dan gelap. Karena itulah Kai murka dengan Jennie di telepon waktu itu. Sekarang Kai pasti mencari Lisa di tokonya. Dia dengan teman-temannya langsung bergegas menuju Joujou Market.

* * * * *

Lisa sudah sampai di depan Joujou Market. Napasnya berat dan terengah-engah karena dia baru saja berlari. Tapi, tunggu. Kemana Jennie? Lisa tidak melihat siapapun di depan tokonya. Tapi tadi Jennie bilang jika ia menunggunya di depan Joujou Market.

Kekhawatiran langsung menyerang sendi-sendi tubuh Lisa. "Apa Jennie sakit lagi? Lalu dimana dia sekarang?", Gumam Lisa. Seakan memiliki kontak batin yang kuat, tiba-tiba handphone Lisa berdering. Ah! Jennie!. Tak pikir panjang, Lisa langsung mengangkat telepon dari Jennie.

"Lim, kamu dimana?", Tanya Jennie cemas.

"Aku di depan toko. Saat aku mengaktifkan handphone ku, dan melihat pesan darimu, aku langsung kesini. Tadi aku telepon kamu, Jen. Tapi tidak bisa. Gimana keadaanmu?", Tanya Lisa tanpa jeda.

"Lim, kamu tidak apa-apa, kan?", Tanya Jennie cemas.

"Aku tidak apa-apa. Yang ku khawatirkan, justru kamu, Jennie. Sekarang kamu dimana?", Tanya Lisa.

"Aku baik-baik saja. Lim, kamu jangan kemana-mana. Aku sebentar lagi kesana sama Rosé dan Jisoo". Jawab Jennie.

"Hah? Rosé? Jisoo? Siapa mereka?", Tanya Lisa kembali.

"Susah jelasinnya. Sekarang aku kesana", jawab Jennie.

"Oke. Oke. Aku tunggu di dalam toko, ya. Sekalian aku mau ambil jaketku yang tertinggal", seru Lisa santai.

"Lim! Tunggu! Jangan di...." Tiba-tiba sambungan telepon Jennie terputus.

"Halo.. halo.. Jennie!.. shit! Baterai ku habis!", Teriak Lisa sambil mengacak rambutnya.

Karena Jennie bilang akan datang, Lisa segera membuka kunci pintu toko itu  dan masuk ke dalam untuk mengisi sebentar baterai teleponnya yang habis, dan mengambil jaketnya yang tertinggal. Dan... Ah? Siapa itu Rosé dan Jisoo?

* * * * *

Begitu Lisa masuk ke dalam toko, Lisa menyalakan lampu toko bagian dalam. Lisa berjalan santai ke arah lemari pendingin. Ia mengambil sekaleng soda rupanya. Glek. Ah, akhirnya tenggorokannya tidak kering lagi.

Setelah menghabiskan sekaleng soda, Lisa melepaskan cincin bergeriginya yang tadi dipakai untuk menghajar Kai. Ia menuju westafel kecil yang berada di food corner supermarket itu untuk mencuci kedua tangannya serta wajahnya. Meski tadi Kai tidak melawan, setelah Lisa lihat kembali, Lisa mendapat goresan-goresan luka di tangannya. "Shit! Perih sekali!", Umpat Lisa setelah luka-lukanya terkena air mengalir dari keran westafel itu. Setelah membersihkan lukanya, perlahan Lisa mengoleskan kapas yang sudah dibasahi antiseptik ke atas luka-lukanya.

Setelah mengobati lukanya, Lisa melangkah untuk duduk disalah satu kursi food corner itu. Baru beberapa langkah berjalan, dia mendengar suara gaduh dari arah depan tokonya. Pintu sengaja tidak dikunci agar jika Jennie datang, Jennie bisa langsung masuk ke dalam.

Lisa tak pernah menduga jika ternyata yang datang adalah Kai dengan gengnya. Mereka bertiga. Oh, tidak. Berempat. Salah satu dari mereka baru masuk setelah sedikit berlari masuk ke toko itu. Keempat laki-laki itu dengan sangar mendekati Lisa. Di salah satu tangan teman Kai, ada tongkat pemukul baseball.

"Keparat kau, Lim! Kali ini aku akan menghabisimu!, Teriak Kai penuh murka.

* * * * *

Jisoo memacu mobilnya dengan kecepatan maksimal yang masih diperbolehkan. Ia memutar arah mobilnya setelah dari club malam itu. Disana, mereka mendapat informasi bahwa memang benar tadi terjadi perkelahian antara Lisa dengan Kai.

Perasaan cemas menghinggapi ketiga orang yang kini saling diam di dalam mobil itu. Rosé yang duduk di depan, mengulurkan tangannya ke belakang, dimana Jennie berada untuk memberikan Jennie kekuatan. Sangat sulit dibandingkan siapa yang paling khawatir disini. Jennie sahabat Lisa, atau Rosé yang berhutang budi pasa Lisa.

* * * * *

Lisa tersungkur di lantai. Tubuhnya terdiam tanpa pergerakkan sedikit pun. Lisa tidak sanggup menghadapi keempat laki-laki pengecut itu sekaligus. Darah mengalir dari sekujur tubuhnya.

"Mau kita apakan lagi wanita aneh ini, Kai?", Tanya seorang teman Kai.

"Bakar tempat ini! Agar  terkesan dia mati karena kebakaran", ujar Kai dengan senyum liciknya.

"Kai.. ta.. tap.. tapi..", ujar temannya takut.

"Cepatlah! Ambilkan aku bensin di dalam mobil!", Bentak Kai.

Setelah menerima jeriken bensin, Kai melaburkannya ke beberapa bagian toko. Kemudian dia mengunci pintunya dari luar dan menyelipkan kunci itu ke sela-sela bagian bawah pintu. Itu ia lakukan untuk meninggalkan kesan seolah kebakaran terjadi karena kelalaian karyawan toko itu, Lisa.

Api perlahan mulai melahap bagian toko. Kai menyaksikan dari balik pohon tepat di seberang jalan toko itu dengan senyum licik di wajahnya.

"Mati kau wanita aneh! Ayo pergi!", Ujar Kai.

Mobil mereka pun pergi meninggalkan toko yang mulai dilahap si jago merah.










Note: spesial part. Panjang, kan? Hehe. Semoga tidak semakin membenci Kai setelah baca ini. Hehe.

Too Much Too LateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang