Sekalipun masih sakit, Jennie memaksakan diri bangun dan pergi ke luar apartementnya. Dia harus segera menemui Lisa di tokonya. Jennie khawatir Lisa akan melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri. Sifat Lisa yang emosional, dan keinginan untuk melindungi Jennie, bisa membuat Lisa melakukan aksi balas dendam yang sangat mengerikan.
Perasaan cemas menyelimuti seluruh tubuh Jennie. Apalagi waktu dia tidak menemukan Lisa di tokonya. Toko telah tutup. Itu berarti seluruh karyawan sudah pulang beberapa menit yang lalu. Sekali lagi, Jennie berharap Lisa bisa melupakan niat balas dendam pada Kai. Jennie tahu benar, betapa kuat dan garangnya Kai. "Lim, Lim. Kamu dimana..?". Jennie mondar-mandir depan toko Lisa dengan gelisah.
* * * * *
Akhirnya, kesampaian juga keinginan Rosé until mengunjungi Joujou Market. Dari jauh, tulisan toko itu sudah terlihat jelas. Namun ketika mobil Jisoo berhenti tepat di depan toko itu, Rosé mendapati toko itu sudah tutup. Yang ada hanya seorang wanita berpipi mochi yang sedang duduk dengan wajah pucat depan toko itu. Merasa penasaran dan tak ingin kunjungannya sia-sia, Rosé mendekati wanita tersebut.
"Mmm.. maaf. Apakah tokonya sudah tutup? Kalau boleh tau, siapa namamu?" Rosé bertanya sekaligus menyapa wanita itu. "Iya sudah tutup. Tapi biasanya masih buka. Aku Jennie Kim. Panggil saja Jennie. Lalu siapa namamu dan teman mu itu?" jawab Jennie sambil tersenyum. "Ah aku Rosé. Ini Jisoo", Rosé menjawab melihat ke arah Jisoo. "Kim Jisoo. Panggil saja Jisoo", jawab Jisoo. "Lalu apa yang sedang kamu lakukan disini? Apakah toko ini akan buka lagi, Jennie?" Tanya Rosé. "Aku sedang menunggu temanku. Dia kerja disini. Sepertinya tokonya akan buka lagi besok", jawab Jennie.
"Lim?" Gumam Jisoo. "Bagaimana kamu tahu? Apakah kamu salah satu pelanggan Lim?", tanya Jennie kaget. Jisoo menjelaskan kepada Rosé bahwa Lim adalah seorang kasir di toko ini. Rosé mengangguk paham. Rosé bertanya lagi, "kalau boleh tahu, dimana Lim sekarang?". "Aku juga tidak tahu. Aku menunggunya disini tapi dia tak kunjung datang. Aku takut sesuatu yang buruk menimpanya", jawab Jennie lemas. "Loh? Kenapa kamu berbicara seperti itu Jennie?", sekarang Rosé menjadi bingung. "Ya. Beberapa malam yang lalu, Lim datang ke apartment ku dengan sebuah rencana yang mau dilaksanakannya malam ini. Aku takut dia serius menjalankan rencananya. Jadi aku buru-buru kesini untuk mencegahnya. Ternyata toko ini tutup lebih awal", jelas Jennie dengan mata berkaca-kaca.
Melihat keadaan Jennie yang pucat dan lemas, Rosé dan Jisoo berniat mengantarkannya pulang. Tapi handphone Jennie berdering tanda ada panggilan masuk.
Kai is calling you..
"Dimana Lim?", ucap Kai geram dari ujung telepon. "Kai, ada apa?", tanya Jennie panik. "Dimana temanmu yang aneh itu? Cepat beri tahu! aku akan menghabisinya malam ini!", Kai geram. "Jangan Kai! Dia tidak punya salah apapun padamu!", Jennie mulai terisak. "Apa?! Tidak salah apa-apa katamu?! Kau tahu? Lim habis menghajarku! Aku akan menemukannya lalu menghabisinya! Lihat saja!", Teriak Kai. "Jangan Kai! Ku mohon!", Jennie makin terisak dalam tangisnya.
Namun telepon itu dimatikan begitu saja. Sehingga Jennie menjadi semakin panik dan terisak. "Ya Tuhan, jadi Lim sudah membalaskan dendamnya. Pasti Kai habis mencari Lim di apartement ku, namun dia tidak menemukan Lim dan aku", ujar Jennie.
"Kau kenapa, Jennie? Kau baik-baik saja?", tanya Rosé cemas. "Tolong aku! Tolong selamatkan Lim!", jawab Jennie dengan ketakutan. "Ada apa sebenarnya?", kali ini Jisoo bertanya. "Lim! Lim akan dihabisi Kai!" Teriak Jennie menangis. "Tenang Jennie. Kita masuk mobil sekarang untuk mencari Lim". Kata Jisoo sambil menuntun Jennie dan diikuti Rosé.
Mereka bertiga masuk ke dalam mobil Jisoo. Setelah Jennie lebih tenang, dia menceritakan permasalahan yang sedang ia hadapi. Jisoo dan Rosé mengerti dan bersedia membantu Jennie mencari Lim. Namun mencari kemana? Itu sebuah pertanyaan untuk mereka.
Tiba-tiba Jennie teringat club malam, tempat Kai biasa berkumpul dengan teman geng nya. Pasti tadi Lim menemui Kai di club itu, dan harusnya Lim masih disana. Setelah merasa yakin, Jennie memberikan alamat club itu pada Jisoo.
Walau Rosé baru mengenal Jennie, Rosé merasa yakin bahwa ia membantu orang yang tepat. Dari penjelasan Jennie, Rosé menyimpulkan bahwa Lim adalah orang baik yang telah menyelamatkan dirinya malam itu. Akankah dia berkesempatan untuk membalas kebaikan Lim kali ini?
Note:
Seperti janji saya, saya up dua part. Hmm.. Mungkin beberapa part lagi akan tamat. Karena saya menulis konsep ini until cerita pendek (cerpen). Tapi tenang, setelah ini selesai, saya akan menulis ff baru kembali. Kalian tidak akan kekurangan asupan. Hehe. Terimakasih untuk yang sudah membaca. Love you, ❤.
KAMU SEDANG MEMBACA
Too Much Too Late
Fiksi Penggemar"Maafkan aku. Aku terlambat menyadarinya..." "Aku mencintaimu. Maafkan aku yang tak bisa lagi menjagamu..."