Chapter 01

12.7K 961 64
                                    

Aku menatap mata Hazelnya yang sebening kristal, lalu turun kebibirnya yang tebal dan berwarna merah alami. Bibirnya memiliki daya tarik besar yang bisa mengundang siapapun untuk segera menciumnya.

Aku bertanya-tanya, bagaimana rasanya mencium bibir itu? Apakah akan hangat dan lembab seperti yang sering aku bayangkan ketika aku sedang membaca novel romance?

Aku kemudian menyapukan ujung jariku ke rambutnya yang hitam berkilau, lalu turun ke wajahnya yang cantik, berkarisma dan memiliki sejuta pesona. Dia adalah wanita yang cantik dan tampan secara bersamaan.

Setelah itu aku menyentuh bibirnya yang langsung membuatku merasakan sensasi yang menyenangkan di seluruh tubuhku, lalu dengan sangat perlahan, aku mendekatkan bingkai foto yang aku pegang ke wajahku dan aku mencium bibirnya yang sensual.

Cup...

"Jennie?"

Aku tersentak ketika mendengar suara Bibi Hwasa di belakangku dan tanpa sengaja, bingkai foto yang aku pegang lepas dari genggamanku dan jatuh ke lantai keramik.

Suara keras yang datang dari kaca pecah membuatku tersentak.

Sial! Aku memecahkan bingkai foto.

Aku menangkupkan wajahku dengan kedua tangan sambil melihat bingkai foto yang pecah dengan tatapan tak percaya. Ya tuhan! Aku dalam masalah besar!

"Ya ampun Jennie..." Bibi Hwasa menggelengkan kepalanya sambil menatapku dengan kecewa, dia adalah seorang wanita berusia empat puluh lima tahun. Dia merupakan kepala Asisten rumah tangga diantara kami di rumah keluarga Manoban.

Bibi Hwasa keras dalam hal pekerjaan kami, tetapi meskipun begitu, dia adalah orang yang baik dan sangat keibuan.

"A-ku minta maaf, Bibi Hwasa... a-ku akan mengganti ini." Aku tergagap sambil memainkan ujung celemek seragam pelayan hitam-putihku.

"Kamu tidak akan mampu membelinya nak... Ini bingkai antik.. Tapi jangan khawatir, aku akan menjelaskannya kepada Kakek Darco, aku yakin dia akan mengerti."

Aku merasa buruk dengan kecerobohanku, baru 2 hari bekerja di mansion, aku sudah memecahkan bingkai foto. Itu tidak akan memberi kesan yang baik bagi majikanku, aku harap Ayahku tidak mengetahui hal ini karena dia pasti akan sangat marah padaku.

"Bersihkan kekacauan ini... Aku akan ke atas untuk mencari bingkai foto yang kosong."

"Terima kasih, Bibi... Aku berjanji, lain kali aku akan sangat berhati-hati."

"Kamu memang harus selalu berhati-hati, karena disini kita dikelilingi dengan barang-barang langka yang tak ternilai harganya."

Aku mengangguk malu-malu sambil memperhatikan Bibi Hwasa naik ke atas.

Aku saat ini bekerja sebagai Maid di rumah Keluarga Manoban sambil menunggu panggilan pekerjaan yang aku lamar di kota Daegu, pekerjaan yang aku lamar mengarah pada weiters dan kasir.

Ayah yang membantuku mendapatkan pekerjaan di Mansion ini. Dia juga bekerja di sini sebagai tukang kebun yang selain merawat taman, dia juga terkadang memperbaiki masalah kecil seperti atap bocor, wastafel yang tersumbat, kabel yang longgar dan sebagainya.

Selama akhir pekan, ketika beberapa penjaga sedang tidak bertugas, ayahku membantu mengamankan Mansion ini.

Aku baru saja lulus dari sekolah menengah atas di Busan. Karena Ayah tidak mampu mendaftarkanku di universitas, aku tidak punya pilihan selain bekerja untuk menghemat uang dan menabung untuk biaya kuliahku.

Cita-citaku menjadi seorang dokter anak, tetapi aku tahu itu tidak mungkin karena fakultas kedokteran sangatlah mahal.

Jadi aku mungkin akan mengambil jurusan pendidikan yang biayanya lebih terjangkau dan nantinya aku berharap bisa menjadi guru sekolah TK/SD, karena aku suka anak-anak.

Setelah beberapa menit, Bibi Hwasa kembali dengan bingkai foto yang terbuat dari tembaga berlapis emas. Aku juga sudah selesai menyingkirkan pecahan kaca di lantai dan menyingkirkan bingkai keramik yang sekarang terbelah menjadi dua bagian.

"Ini sepertinya akan pas dengan foto itu, Aku menemukannya di kamar Mawar."

Kamar Mawar adalah salah satu kamar tamu di Mansion yang menghadap ke kolam, dan menghadap ke taman mawar.

Barang-barang yang ada di dalam kamar itu begitu feminin dan elegan, dengan sentuhan warna merah dan emas di mana-mana. Aku membersihkan kamar mawar sehari sebelumnya dan aku langsung jatuh cinta pada kamar itu.

Aku mengambil foto seorang wanita muda yang sebelumnya aku letakkan di atas meja klasik, lantas aku memberikannya kepada Bibi Hwasa. Aku memperhatikan dia memasang foto lalu meletakkannya di atas meja bersama dengan bingkai foto lainnya.

Ketika selesai aku akhirnya memberanikan diri untuk bertanya padanya.

"Bibi Hwasa, bisakah aku meminta bantuanmu?"

Mendengar itu, alisnya sedikit terangkat.
"Bantuan apa, Nak?"

"Bisakah kita... Emm... merahasiakan ini dari Ayah? Aku tidak ingin dia marah. Dia pasti akan menghukumku dengan mengurungku dirumah selama sebulan."

Aku memikirkan pesta ulang tahun sahabatku yang akan dirayakan dua minggu lagi dan aku sudah bersemangat untuk datang. Jangan sampai Ayah tahu masalah ini karena jika tahu, dia akan melarangku pergi kemanapun selama satu bulan.

"Tentu saja. Ini akan menjadi rahasia kecil kita. " Bibi Hwasa memberiku senyum yang meyakinkan.

"Terima kasih, itu sangat berarti untukku." Aku tidak tahu apa yang merasukiku, tetapi aku langsung memeluknya.

Jujur saja aku merindukan sosok ibuku. Bibi hwasa juga memelukku lalu menepuk pundakku.

"Aku melihatmu mencium foto Ms. Lisa." Mendengar itu, tubuhku langsung menegang dan aku segera keluar dari pelukannya.

Aku merasa wajahku memanas dan aku yakin pipiku memerah karena aku benar-benar malu.

"Tidak. Bukan seperti yang bibi lihat... Aku sebenarnya sedang... meniup kotoran di bingkai kacanya."

"Benarkah?" Dia mengangkat satu alisnya dan aku mengangguk dengan cepat.

"Ya ampun Jennie, aku jelas melihatmu... kamu pasti menyukai dia kan... Tapi, aku tidak bisa menyalahkanmu karena Ms. Lisa memang wanita yang sangat cantik dan menawan...
Dengan sejuta pesona yang dia miliki menjadikan dia menjadi makhluk tuhan yang paling seksi karena selain cantik, dia juga tampan dan memiliki keistimewaan." Bibi Hwasa kemudian mendekat untuk berbisik di telingaku.
"Dia memiliki alat kelamin pria, sedangkan tubuhnya tampak seperti wanita, siapa yang tidak jatuh cinta kepada pewaris tunggal kekayaan keluarga Manoban? normal untuk gadis muda sepertimu jatuh cinta padanya." Bibi Hwasa kembali menegakkan tubuhnya untuk menatapku dengan serius.
"Tetapi, jangan terlalu berharap banyak padanya karena itu bisa melukai dirimu sendiri... Wanita seperti Lalisa Manoban tidak mungkin menikahi gadis kelas rendah, jadi menjauhlah darinya."

Apa yang dikatakan Bibi Hwasa adalah kebenaran. Kebenaran yang menyakitkan. Aku hanya seorang gadis kelas rendah jadi, aku harus kembali bekerja!

To be continue ~~

Ini cerita tahun 2019 guys 😁 masih ada yang inget ngga yaa? Aku ganti judulnya dari MONSTER PRINCE menjadi MAIDSEVANT.

Yang belum baca, aku jamin kalian bakal suka 😉

Cerita ini masih dalam proses revisi, dalam dua hari kalian akan bisa baca versi fullnyaa

Jadi, pantau terus yaa 😁😁

MAIDSERVANT (G!P)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang