Chapter 04

5.2K 658 71
                                    

Aku menjadi lebih bersemangat untuk bangun setiap pagi karena pagi hari adalah waktu dimana aku bisa bertemu Lisa di meja sarapan.

Dia tidak berbicara denganku, Dia bahkan tidak menatapku. Tapi aku puas hanya dengan melihatnya. Segala sesuatu tentang dia sangat indah melampaui kesempurnaan.

Ketika Lisa ada di rumah, aku tidak bisa tidak mengikutinya ketika dia membaca buku di ruang perpustakaan, berolahraga di gym, di kolam saat dia berenang atau ketika dia bermain biliar sendirian.

Aku selalu ada disana menatapnya di balik dinding.

"Jennie... Apa yang salah denganmu? Kamu seperti anak kucing yang sedang mabuk cinta, kamu selalu mengikuti Ms. Lisa." Bibi Hwasa bertanya padaku suatu malam.

"Aku bukan anak kucing. Aku hanya melakukan pekerjaanku." Kataku membela diri.

Bibi Hwasa memutar matanya.
"Sudahlah jangan berbohong... Aku melihatmu bersembunyi di balik dinding. Kamu mengikutinya kemana-mana. Kamu berlebihan, nak... Apa kamu ingat apa yang aku bilang bahwa dia tidak akan melihat seorang gadis kelas bawah sepertimu, jadi hentikan perbuatanmu. Kamu akan terluka nanti. "

"Aku tahu dia tidak akan memperhatikan gadis sepertiku... aku hanya sebatas mengaguminya. Apa itu salah?"

"Itu salah karena kamu bersembunyi di balik dinding. Bagaimana jika dia melihatmu melakukan itu?"

Aku menghela nafas.
"Aku sudah sangat berhati-hati, dia tidak akan melihatku."

Alam semesta dan bintang keberuntunganku mendukungku.
Sekitar dua minggu sejak Lisa tiba di mansion, aku mendapat kesempatan untuk berbicara dengannya di suatu malam kaetika aku tidak bisa tidur.  Aku pergi ke taman mawar untuk mencari udara segar. Aku tersentak ketika seseorang menyebut namaku.

"Jennie."

Aku sangat ketakutan ketika melihat bayangan seorang yang tinggi mendatangiku, aku segera melangkah mundur.

"Jangan takut. Ini aku, Lisa." Dia berkata dan aku akhirnya melihat wajahnya bersinar di bawah sinar bulan.

"Oh." Aku terkejut dengan kehadirannya. Aku seharusnya tidak disini. Aku melanggar aturan rumah lagi.
"Aku minta maaf Ms." Aku berbalik untuk pergi tetapi dia menghentikanku.

"Jangan pergi." Aku berhenti dengan ragu-ragu. Lalu aku menghadapnya lagi.

"Kamu juga tidak bisa tidur?" Dia bertanya.

"Y-ya."

Dia tertawa kecil lalu berjalan mendekatiku sedangkan mataku membeku di bibirnya yang tebal. Aku segara mengerjapkan mataku beberapa kali sambil berdeham dengan malu. Aku terlalu jelas menatap bibirnya, dan sekarang dia menatapku dari atas sampai bawah.

Tiba-tiba aku sadar dengan apa yang aku kenakan malam itu. Aku memakai piyama biru yang sudah usang. Lalu aku menyelipkan rambutku yang berantakan ke belakang telinga.

"Rambutmu bagus." Dia mengamati wajahku dengan tatapan penuh teka-teki. Lalu dia mengejutkanku dengan memetik mawar merah dan meletakkannya di belakang telingaku.

"Naah. Kamu terlihat lebih cantik sekarang."

Aku merasakan lututku melemah seperti jelly. Dia bilang aku 'cantik'. Apakah dia benar-benar menganggapku cantik?

"Aku... aku... t-terima kasih." Aku tergagap sambil melihat ke bawah.

"Ayahmu melakukan pekerjaan yang baik dalam memelihara kebun mawar disini, mereka terlihat sangat cantik."

"Emm... ya." Aku tidak tahu harus menjawab apa, aku terlalu gugup dengan kehadirannya. Tapi pada saat yang sama, aku merasakan kegembiraan yang sangat besar karena bisa melihat profilnya dengan lebih jelas.

"Nenekku suka mawar. Dia yang menanam sebagian besar pohon bunga mawar disini."

"Ah benarkah..."

"Apa kamu suka mawar, Jennie?" Dia menatap mataku dan aku balas menatapnya.

"Aku sangat menyukainya."

"Dan hal apa lagi yang kamu sukai?"

"Cupcake."

"Cupcake" Matanya bersinar terang seperti cahaya bulan.
"Kakek bilang suaramu sangat bagus saat bernyanyi."

Aku tiba-tiba merasa sangat malu.
"Tidak juga. Aku hanya bernyanyi di kamar mandi."

"Aku berharap, aku bisa mendengarmu bernyanyi suatu hari nanti."

"Oh, tidak... aku sangat pemalu. Aku tidak bisa bernyanyi di depan orang."

Dia melirik arlojinya lalu berkata.
"Ini sudah tengah malam... Kamu harus tidur sekarang Jennie."

"Hmm Aku... aku tidak bisa tidur."

"Apa kamu sedang memikirkan banyak hal?"

"Tidak juga." Aku menjawab.

"Atau kamu sedang memikirkan seseorang?"

"Iya, aku terus memikirkanmu." Aku ingin mengatakannya, tetapi tentu saja, itu tidak akan terjadi.

"Aku harus pergi. Selamat malam Jennie. Aku akan mencoba tidur. Kamu juga harus tidur." Dia berkata sebelum berbalik dan pergi meninggalkanku.

Percakapan itu hanya membuatku semakin tidak bisa tidur karena aku terus memikirkannya, terutama ucapan Lisa yang bilang jika aku cantik.

Apakah dia juga menyukaiku?
Pikiran itu membuat harapan dan peluang mulai bermunculan. Aku berharap, sesuatu yang baik akan terjadi antara aku dan Ms. Lisa.

****

Kakek Darco pergi ke Thailand untuk liburan dua minggu. Lisa mengundang teman-temannya ke mansion. Mereka terdiri dari lima orang, dua dari mereka adalah laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Aku menyadari bahwa mereka berpasangan. Mereka berada di kolam berenang sambil bermain dengan bola.

Aku bersembunyi di balik dinding, mengawasi mereka. Aku melihat Gadis berambut pirang dengan bikini hitam yang sangat minim sedang menempel di leher Lisa.

Sial! Aku benci gadis itu, aku langsung merasa cemburu, aku bertanya-tanya apakah dia adalah pacar Lisa?

Tentu saja tidak! Aku yakin Lisa tidak punya pacar karena kakeknya tidak pernah menyebutkan nama pacar Lisa.

Aku melihat gadis itu membisikkan sesuatu ditelinga Lisa, lalu mereka keluar dari kolam sambil berpegangan tangan menuju ke dalam rumah.

"Jennie!" Aku tersentak ketika Bibi Hwasa berteriak di belakangku. Aku segera berbalik untuk menghadapnya.

"Ada apa bibi?"

"Kamu mengawasi Ms. Lisa lagi."

Aku mengerang.
"Aku hanya menunggu disini kalau-kalau mereka butuh sesuatu."

Mendengar itu, dia memutar matanya.
"Kamu dan alasanmu benar-benar tidak masuk akal. Kembalilah bekerja."

"Baiklah." Aku menghela nafas lalu berbalik untuk pergi.

"Jennie, tunggu... Bisakah kamu mengambilkan pakaian untuk teman-teman Ms. Lisa di kamarnya?"

"Iya."

Aku menaruh kain perca dan semprotan furnitur ke tempatnya setelah itu aku pergi ke kamar Ms. Lisa.

Ketika aku sampai di depan pintu kamar, aku memutar gagang pintu setelah itu aku membuka pintunya dengan perlahan.

Dan apa yang aku lihat benar-benar mengejutkanku dan membuat tubuhku seketika membeku.

Aku melihat punggung telanjang Lisa, dengan kaki gadis pirang yang sedang melingkar dipinggangnya.

Mereka sedang bermesraan dan melihat itu, hatiku langsung tenggelam, aku benar-benar merasa hancur. Semua harapanku seketika menghilang. Aku benar-benar hancur seperti gelas yang pecah berkeping-keping.

Perlahan aku menutup pintu lantas berlari secepat mungkin ke kamarku.

Next >>

MAIDSERVANT (G!P)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang