#My_Future_Husband
#Episode1[ 1/10 ]
"Sehat kok, Ma. Semuanya beres."
[Terus gimana? Kamu udah ada kerjaan belum?]
"Udah, Ma. Kerjaan di apartement banyak. Nyuci baju, nyuci piring, beres-beres, dan sebagainya. Mama tenang aja, aku pasti beresin kok!"
[Bukan itu, Dea! Kamu udah dapat kerjaan belum?]
Dea mengembuskan napas. "Belum, Ma."
[Kamu mau nganggur terus? Kuliah aja lah. Dari pada luntang-lantung doang!]
"Eh, udah dulu, Ma. Ada tikus lewat. Dea mau nangkep dulu biar nggak makan jatah Dea nanti malam. Udah ya, Ma. Love you." Dea segera menekan tombol matikan panggilan dan melempar benda pipih itu ke atas ranjang.
Dea menghela napas. Ia menatap handphonenya dengan lelah. Selalu saja seperti itu setiap Mamanya menelpon. Ada pertanyaan "Kapan kerjanya?". Memangnya mendapatkan kerjaan semudah itu apa? Batin Dea menyinyir.
Enam bulan lalu Dea baru pindah dari Bandung ke Jakarta untuk merantau. Dengan modal tabungan seadanya ditambah donasi dari orangtua. Dea menumpang hidup di apartement tantenya yang jarang dipakai karena sang tante memilih menetap di Bogor.
Selama enam bulan di Jakarta bukan berarti Dea tidak berusaha mencari pekerjaan. Namun, dengan modal ijazah SMA, memangnya siapa yang ingin menerima? Kantoran hanya menginginkan minimal lulusan S1, sedangkan ia malas untuk melanjutkan kuliah. Malas belajar dan berpikir. Sungguh dangkal pemikiran Dea. Alhasil hingga sekarang, belum ada panggilan manapun yang meloloskannya sebagai pegawai.
Sempat beberapa kali membuka bisnis online ketika masih di Bandung, tapi selalu gagal. Satu, karena kurang modal. Dua, karena tidak bisa mengelolanya. Tiga, karena Dea pemalas. Ya, Dea memang kurang bakat dalam bisnis jika menjalaninya seorang diri. Bukannya untung malah buntung.
Ting!
Dengan malas-malasan Dea meraih handphone. Satu pesan masuk dalam akun 'WhatsApp'.
Reni : [Lo keterima jadi waitress]
Seketika Dea menegakkan badannya. Ia membaca ulang pesan yang dikirim oleh sahabatnya itu.
Wait...
Jadi pelayan?
Deandra : [Lo serius?]
Reni : [Ini restoran milik Om gue. Kalau lo mau jam 9 ini udah kerja]
"Omaygat!" Dea meraih boneka, membenamkan kepalanya.
Jadi pelayan restoran? Ia datang ke Jakarta hanya untuk jadi pelayan? Apa kata Mamanya jika tahu ia mempunyai profesi seperti itu? Ingin rasanya Dea menguburkan diri sendiri saja. Dari berbagai macam perusahaan yang ia kirimi berkas lamaran, ia malah diterima oleh restoran tanpa syarat apapun?
"Takdir macam apa ini," lirih Dea seraya menatap langit-langit kamar.
Reni : [Mau kaga?]
Deandra : [MAU!]
***
"Nah, Dea. Ini seragam kamu. Kita buka setiap jam 9 pagi. Jam 1 sampai jam 2 kita tutup dan buka lagi jam setengah 3 sampai malam sekitar jam 9. Kita emang sistem buka tutup."
Dea mendengarkan perkataan salah satu manager restoran dengan sedikit tidak semangat. Sesekali ia tersenyum sopan. Setelah interview sedikit, ia dipersilahkan untuk mengganti bajunya dengan seragam baru khusus pegawai restoran. Dea keluar dengan pakaian serba hitam putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Future Husband [END]
RomanceLangkahnya mundur saat menangkap seseorang sedang tertidur lelap di atas ranjangnya. Seorang pria. "HAAA! BANGUN! SIAPA LO? KENAPA ADA DI KAMAR GUE?!" teriak Dea histeris. Ia melempar bantal dengan keras ke arah pria tersebut. Pria itu bangun sera...