6/10

241 15 0
                                    

#My_Future_Hushband
#Episode6

[ 6/10 ]

Malam semakin larut. Jam di tangan  Dea menunjukkan pukul 22.30, tapi ia masih luntang-lantung di pinggir jalanan. Berjalan dengan tidak bergairah. Pandangannya hanya menatap lalu-lalang kendaraan.

Ia tidak mengerti mengapa melihat Reyhan hari ini, suasana hatinya tidak stabil. Meski memang ia sudah move on, tapi menghilangkan bayang-bayang masa lalu masih sulit ia lupakan.

Masih terbayang dua tahun lalu. Saat ia bertemu dengan Reyhan. Pemuda muda yang tampan sekaligus mapan. Di usianya yang ke-21 tahun, Reyhan sudah menjadi Bintara dengan jabatan Sersan Dua di Polisi Militer. Siapa yang tak jatuh cinta padanya? Dari keluarga berkarier sukses dan masa depan yang cermerlang.

Bersama Reyhan, Dea merasa bahagia. Ia bangga bisa memiliki kekasih TNI, pamer ke keluarga, teman, keluarga, semua. Hingga melihat Dea begitu beruntung. Dua tahun mereka menjalani hubungan, meski Dea tahun, bersama seorang prajurit memang ada unsur 'keras'. Terkadang Dea sebal, jika Reyhan sudah membawa didikan militernya ke hubungan mereka. Kadang membentak dan mengaturnya, tak jarang Reyhan mencaci-maki Dea karena lambat.

Namun, siapa yang bisa menyangkal jika sudah terpaut rasa cinta. Begitu yang dialami Dea. Buta cinta pada pria macam Reyhan. Dea masih bertahan, terus bertahan. Karena ia berharap, Reyhan lah masa depannya. Ia menaruh semua rasa kepercayaannya pada pria jangkung tersebut. Namun, malang. Dua tahun Dea bertahan berakhir sia-sia, lewat satu perlakuan Reyhan yang membuat luka di hati Dea belum mereda, sampai detik ini.

"Jangan ngelamun."

Dea mengerjap, menatap ke samping. Sedikit kaget melihat Atha sudah berdampingan dengannya. "Ngapain lo di sini?"

"Nyari kamu."

Dea tak mengacuhkan. Pandangannya kembali menatap lurus.

"Kamu nangis?"

Dea melirik Atha sekilas. Terus berjalan tanpa berniat menjawab. Mulutnya terasa malas untuk menanggapi.

"Kamu di masa depan, jarang cengeng tahu, nggak."

Lagi-lagi Dea berjalan tak acuh. Menghela napas, ia tatap angkasa yang menampilkan bulan sabitnya. "Lo pernah jatuh cinta selain sama gue?" ujar Dea.

Atha menoleh, menatap Dea sejenak sebelum akhirnya menatap lurus kembali. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Ia bergumam membenarkan pertanyaan Dea, lalu melanjutkan, "Namanya Caca. Dulu, kita sekelas waktu SMA. Dia perempuan cantik, perhatian, dan rajin. Langganan juara umum sejak SMP. Kita kenal sejak study-tour kelas dua SMA. Sejak saat itu kita deket. Di bilang temenan, nggak. Di bilang temen, tapi kita dekat.

Caca berasal dari kalangan bawah. Hidup bersama neneknya, karena kedua orangtuanya meninggal. Sejak neneknya sakit, aku yang bantu dia bayar tunggakan sekolah. Setiap libur, aku kerja paruh waktu. Gajinya aku bagi jadi dua. Kita jualan bareng, hampir setiap hari bersama. Kamu tahu? Setiap kali aku pergi ke pasar, tempat belanja, apapun itu saat ikut Mama. Yang pertama aku inget adalah Caca. Beliin dia barang kesukaannya," ujar Atha mengambil napas. Ia ikut menatap langit, berusaha mengembalikan kepingan masa lalu yang sudah ia buang lebih dulu.

Dea menatap Atha, menunggu kelanjutan cerita.

"Kita berjanji. Suatu hari nanti, aku bakal jadi seorang pahlawan yang selalu menjaga dia. Tapi, setelah kita lulus sekolah. Dia pergi, tanpa bilang apapun. Memutuskan hubungan. Yang aku denger, dia bersedia menikah dengan seorang pengusaha properti di Malang." Atha menyunggingkan senyum miris. "Aku bersyukur dia bisa mendapatkan seseorang yang mungkin bisa memenuhi semua kebutuhannya. Nggak kayak aku."

My Future Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang