10/10 [End]

543 22 12
                                    

Kamu mungkin menghilang. Namun, harapanku untuk bertemu secara nyata, tak pernah lekang.

***

"Jadi gimana? Udah ada ide mau buat apa sebagai pelengkap kafe kita?" tanya Juan selepas tutup kafe.

Dea menggeleng lemah. Ia tak punya ide. Jangankan memikirkan ide, memikirkan bagaimana agar pekerjaan rumah cepat terselesaikan saja sudah malas. Benar-benar tidak berguna.

"Ah, tenang. Gue punya ide!" sahut Reni sembari membawa sekotak martabak yang baru dibelinya. Ia duduk menghadap mereka, mencomot duluan isi kotak tersebut.

"Ide apaan?" Dea mengambil satu martabak telor.

Reni menjentikkan jarinya, mengambil sesuatu dari tasnya. "Taraaa!"

Melihat itu Dea tersedak. Yang sekarang ada di tangan Reni adalah selembar kertas dengan gambar seorang pria yang ia sebut Atha. "Lo nemu di mana?"

"Dari buku jurnal keuangan lo. Lo gambar di tengah halaman. Ya, gue lihat, lah."

"Terus maksudnya?"

Reni mengangguk, senyumnya mengembang lebar. "Kita akan gunain Dea imut ini buat jadi seniman Dereancoffe!"

Dea melotot. Bisa-bisanya Reni mengambil keputusan secara sepihak seperti itu. Baru saja akan melempar protes, Juan bersuara mengomentari.

"Bagus juga. Dea punya bakat ngelukis, ya?"

Dea menggeleng tegas.

"Iya, Juan. Gue baru inget. Dea ini jago banget gambar. Dulu waktu SMA pernah ikut lomba kaligrafi, jaura satu."

"Hebat, lah. Oke, gini aja. Dea bikin lukisan buat dipajang di dinding kafe. Atau temboknya juga boleh. Nanti kita tambahin beberapa aksesoris buat mempercantik. Gimana?"

"Eh, nggg--"

"Setuju!"

Dea melemaskan bahunya. Apa boleh buat, itu tugas tambahannya sekarang. Melukis.

***
Dea terkekeh mengingat kejadian empat tahun tersebut. Ketika gambarannya menjadi awal mula tercipta seni di kafenya. Sekarang, Dereancoffe sudah seperti galeri lukisan yang menyediakan berbagai macam hidangan.

Teringat saat pertama kali ia lulus SMA. Tak punya tujuan selain menganggur di rumah, main, dan berfoya-foya. Beranjak lebih dewasa, ia tambah menghabiskan waktu bersama Reyhan. Dulu dia berpikir, suatu saat nanti akan menikah dengan pria gagah tersebut. Setelah menikah ia akan ikut bersama suaminya di rumah dinas, tak perlu bekerja, dan hidupnya tentram sejahtera. Tanpa harus repot-repot mencari lapangan pekerjaan.

Namun, setelah ia bertambah umur, memiliki kejadian-kejadian yang tak terduga membuatnya semakin sadar akan kerasnya hidup. Tak seindah semua novel dan film yang ia saksikan. Ia bersyukur, karena kejadiaan beberapa tahun lalu dengan Reyhan, ia jadi sadar akan sebuah khayalan. Bergantung pada seorang pria mapan, belum tentu membuatnya bahagia dan tenang.

Apalagi setelah ia sama-sama mendirikan Dereancoffe bersama kedua partnernya. Tak mudah memang. Ada kalanya saat mereka gagal, hampir bangkrut, tapi semua tak pernah mengobarkan rasa putus asa. Dari Reni dan Juan. Dea belajar, bahwa meraih mimpi tak seindah menuliskannya dalam biodata.

My Future Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang