"Layla, kamu ada waktu?" Ujar Ricko
"Iya, kenapa?"
"Mau ikut bersamaku, temanku akan mengadakan pesta ulang tahunnya."
"Ya, tentu aku akan ikut."
"Bersiaplah nanti malam aku akan menjemputmu."Malam itu aku bersiap dengan semangatnya. Gaun, sepatu dan yang lain nya sudah tersedia. Ricko membelanjakan barang barang yang aku butuhkan untuk pergi ke pesta temannya. Aku harus terlihat cantik. Bagaimanapun juga Ricko sudah berbaik hati memanjakanku. Kupoles halus lipstik merah muda yang dari tadi kugenggam. Beralih ke bagian mata. Hmm, semua sudah selesai. Sembari menunggu Ricko aku memandangi bintang dari balik jendela kamarku.
"Indah bukan?"
Sontak aku terkejut mendengarnya kulihat Ricko tersenyum kepadaku.
"Kau terlalu dalam memandang bintang. Sampai kau tak tahu aku sedari tadi memanggilmu diluar sana." Ucapnya dengan nada yang menenangkan.
"Begitukah? Maafkan ak."
"Layla, apa yang membuatmu mengagumi bintang itu?"
"Cahaya nya. Mereka sangat indah dengan kelap kelip nya. Lihatlah bak permata yang begitu indah." Jawab ku dengan nada datar.
"Lantas bagaimana jika dia kehilangan cahayanya?"
"Jika begitu maka aku akan sangat kehilangan Dan akan sangat berterimakasih atas cahaya yang selama ini dia beri." Nadaku mulai melemah
"Layla jadikan aku bintangmu maka setiap waktu akan kusinari dirimu agar orang lain iri akan keindahanmu. Tapi jika nanti aku sudah tak mampu bersinar lagi itu artinya tugasku telah selesai."
Zetssss, hatiku tergoyah mendengarnya pedih sekali. Apa maksudnya ini. Kupandang mata pria didepanku ini ku lihat dalam dalam dan tedapat ketulusan dimatanya. Dengan berkaca kaca ia tersenyum dan membelai lembut rambutku.
"Ayolah! Kita tak boleh terlambat."Sajak saat itu kata kata Ricko selalu membayangiku. Ada rasa takut yang sangat besar dibenakku tapi aku pun tak tahu menggapa rasa itu selalu membuntutiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teruntuk Tuan
Short StoryAda penyesalan yang begitu mendalam. Ingin kutarik kembali yang pernah kumiliki, namun apalah daya yang telah pergi tak kunjung kembali. Kini aku menanti, menanti senja tersenyum lagi. Entah kapan aku harus membinasakan harapan ini. mungkin nanti, s...