memories 5

13 0 1
                                    

Aku hanya ingin menjadi oksigen. Semakin kau berusaha tak membutuhkanku maka semakin sesak yang kau rasa.

================================

Tokkk, tokkk

"Permisi"

Ketukan pintu terdengar samar ditelingaku. Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan menghampiri asal suara itu.

"Eh, Hazel"

Mataku terbelalak melihat Hanzel yang berdiri didepanku. Dengan rambut yang memirang, tubuh ideal, mata yang tajam. Huftttt tampan nya. aku larut dalam tatapannya. Jatuh dalam pesona itu. Dia terlihat sangat tampan dengan pakaian kaos dan jeans pendek yang membiarkan bagian bawah lututnya terbuka. Sangat berbeda dengan Ricko yang selalu bernuansa berwibawa dan tak lepas dari kemeja yang membuat dirinya terlihat lebih dewasa.

"Sudah siap?"
"I, iya"

Dia menggengam pergelangan tanganku dengan lembut menuntunku memasuki mobil mewah miliknya.
Selama diperjalanan rona merah diwajah ini tak kunjung pudar. 

'Aduh... Ini jantung kok detak nya kencang ya, nanti kalo kedengaran Hazel gimana' lirihku dalam hati.

"Layla, kamu kenapa? Kok kelihatan pucat. Lagi gaa sehat?"

Mungkin Hazel memperhatikan tingkah laku ku dari tadi. Apa mungkin dia bisa baca pikiran ya. Mulai saja aku berfikir tentang magic. Semakin lama semua fikiranku semakin ngaur.

"Hmmmm"

Tegur Hazel berhasil membuyarkan lamunanku sontak aku terkejut tubuhku sangat tak bisa diajak bersandiwara.

"Maafkan aku. Aku baik baik saja."

Hazel tersenyum sambil menatapku lekat lekat. Tatapannya membuatku berhenti bernafas.

'takut, takut, takut. Lari dari tatapan itu cepat.' lagi lagi benakku angkat bicara.

"Ke, kenapa kau menatapku seperti itu?"

"Hahahaha, kita sudah sampai. Apa kau ingin terus menatapku atau kita turun sekarang?"

Aduh, jahat sekali tubuh ini membuat ku dipermalukan lagi.

"Hah,,, iya turun"

Seperti biasa, suasana taman selalu saja romantis dengan bunga bunga bermekaran dan angin yang terasa mengembara disekitarnya. Kami menelusuri jalan setapak yang membawa kami ke sebuah pondok kayu yang bernuansa klasik.  Aku duduk berhadapan dengan Hazel. Kami berbincang menghabiskan senja disana.  Karena waktu yang telah banyak terbuang kami memutuskan untuk pulang tapi sebelumnya Hazel menganggam tanganku lembut mendekatkan wajahnya kepadaku. Semakin dekat dan jantung ku semakin tak karuan. Aku sama sekali tak menghindar. Aku memejamkan mataku ingin menikmati suasana ini dan tak kukira dia ternyata hanya ingin berbisik lembut ditelingaku.

"Hemmm, Layla aku menyukaimu."

Zetssss, dingin tubuhku mendingin.
Seketika aku teringat Ricko. Bagaimana bisa aku membiarkan pria lain bersamaku beberapa jam ini sedang Ricko ku abaikan seharian tanpa kabar. Mungkin saat ini ponsel ku dipenuhi oleh notifikasi dari Ricko. 

"Tak apa jangan kau jawab. Kau bisa simpan kata kataku itu. Aku ada disini untukmu."

Aku diam tak bergeming fikiranku terus bersama Ricko.







Teruntuk TuanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang