Chapter 5

11 4 2
                                    

---

Kabarnya ada acara tahunan di sekolahku, acara perkumpulan setiap eskul. Anak kelas 10 wajib mengikutinya.

Semua orang sibuk mempersiapkan untuk besok termasuk aku. Aku sibuk berlatih tari untuk tampil besok.

"cila jam istirahat kita latihan ga?"

"kayanya latihan"

"mandiri?"

"minta bantu koreksi ke senior deh kayanya"

Aku hanya mengangguk tanda mengerti.

"oiya tina kamu udah persiapan buat besok?"

"kayanya udah"

"kok kayanya?"

"kakak aku yang nyiapin aku udah ngasih daftar yang harus di bawanya aja"

Bergantian, kali ini cila yang mengangguk tanda mengerti.

Istirahat kedua, semua guru sibuk mempersiapkan untuk besok dan siswa di bebaskan untuk berlatih. Aku dan teman-temanku berlatih tari. Lelah rasanya, keringat bercucuran.

"aku beli minum dulu ya seret"

"aku nitip" teriak hasti di ujung sana.

"aku ikut" cila bangkit dari duduknya.

Aku membuka pintu kelasku, tapi di luar banyak sekali temanku yang menunggu di luar kelas.

"permisi, mau lewat dong"

"mau kemana tin?" yaya menahan kakiku

"mau ke kantin beli minum"

"sini sama aku aja, kamu istirahat aja disini"

"beneran gapapa?"

"iya gapapa"

Syukurlah, setidaknya aku bisa beristirahat sebentar saja. Aku duduk di lantai dengan temanku yang lainnya.

"ini" seseorang memberikan buku padaku

"apa?"

"buku, buat ngipasin kamu ga bakalan kerasa kalo pake tangan kaya gitu"

"ohh makasih ya" aku tersenyum dan dia membalasnya.

"jadi itu anak ips yang kemaren kamu bilang?"

Aku menghela nafas, si kancil ini memang menyebalkan.

Lama menunggu akhirnya yaya datang, tapi aneh dia tidak membawa apapun.

"lhoo, yaya minumnya mana"

"ini" dia menyodirkan uang padaku

"minumnya ga ada?"

"ada"

"terus kenapa ga beli"

yaya melirik kebelakang, seseorang menghampiriku membawa air mineral dan menyodorkannya padaku.

"apa? Aku kan nitipnya ke si yaya"

"tadi sekalian aja lewat kantin, yaudah minum aja daripada seret gitukan" aku hanya menatapnya.

"ahh lama, sini biar aku duluan yang minum nanti juga tina mau" cila merebut minumnya dari tangan lendri.

Lendri pergi meninggalkan tempatnya berdiri tadi. Aku menatap tubuh yang membelakangiku. Semakin menjauh.

"tadi rifki, sekarang lendri terus nanti siapa lagi yang merhatiin kamu"

"cuma kebetulan"

"kebetulannya sering banget, itumah mereka sengaja namanya"

"ahh ribet ayo latihan lagi biar cepet beres"

Aku menarik tangannya, menyeret tubuh mungil cila kedalam ruangan tari.

14:45 kami memutuskan menyudahi latihan tari. Semua anggota tari pergi kedalam kelasnya masing-masing.

"mau jajan atau ke kantin?" tanya cila

"terserah" aku menjawab sambil memakai sepatuku

"fitri gimana?"

"kekantin ah laper haus juga"

Kantin cukup ramai, ada yang membeli makan, minum atau sekedar duduk memenuhi kantin saja.

"penuh nih gimana dong"

"beli minum aja terus langsung ke kelas"

"yaudah kalo gitu"

Selesai membeli minum aku cila dan fitri menuju ke kelas, duduk di tempat dudukku dan cila.

"tina minjem hp dong"

"ambil aja"

Terdengar notifikasi, tidak penting mungkin jadi aku membiarkan mereka membacanya.

"tina, kamu deket sama si lendri?"

"engga"

"ini apa"

Sial mereka membacanya, pikiranku kacau pipiku memerah. Aneh kenapa juga aku harus takut seperti ini.

"dia curhat ke aku soal si yaya"

"ko dia.perhatian kaya gini?"

"ya mana aku tau, aku juga ga nyuruh dia buat perhatian kan"

Aku berusaha menjadi sebiasa mungkin, seakan tak terjadi apa-apa. Padahal dadaku berdetak lebih kencang dan wajahku memanas, untung saja mereka mengira aku sedang kepanasan karena terlalu cape latihan.

---

Komorebi  (こもれび)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang