Chapter 18 (End)

1.8K 163 138
                                    

"Wanda.. Terima kasih kau dan suamimu sudah mau menerima dan menyambut kami dengan baik disini! Maaf kami tak bisa lama karena memang punya tugas yang tidak bisa dihindarkan." Tony menatap menahan pilu didepan wanita ini yang sudah menjadi sahabat baginya.

"Kami akan merindukan mu Wanda, terimakasih untuk segalanya dalam beberapa hari ini selama kami disini." Potts ikut berpamitan.

"Aku tak mau kalian pulang cepat seperti ini sebenarnya, aku masih mau kau dan Tony disini." Wanda menahan lirihnya ia begitu mengharapkan Tony bisa tetap disini menjadi bagian dari keluarga mereka.

"Terima kasih Wanda, kami sangat menghargai itu. Tetapi kami juga harus kembali bekerja!" Wanda hanya bisa pasrah dan mau tidak mau menerima keputusan Tony.

"Ok, baiklah.. Terimakasih kau sudah mau datang kesini Ton, maaf jika ada sesuatu yang membuatmu kurang senang disini atau sikap yang tidak baik disini..."

"Tidak.. Tidak.. Kalian begitu spesial menerima kami, tak ada yang kurang apapun itu disini menyenangkan. Aku akan mengingat kebaikan kalian." Tony berusaha untuk menutupi suasana hatinya biar ini tak terlalu terlarut dalam rasa sedih.

"You're welcome, Tony.. Aku akan meminta Jarvis mengantar..."

"Tak perlu, Potts sudah memanggil taksi, Jarvis akan memakan waktu lama jika dia harus mengantarkan kami ke bandara dan kembali lagi kesini." Pintanya, Tony melihat wanita itu menahan tangisnya, Tony melangkah mendekati Wanda dan memeluknya sebelum ia pulang. Wanda menyambutnya dengan lirih. "Semoga kau dan Vision selalu bahagia, kami senang bisa bersahabat dengan kalian. Kami pamit!" Tony melepaskan pelukkan itu dan mengisyaratkan Potts untuk menuju taksi yang sudah mengunggu mereka di lobby hotel.

Goodbye Steve...

Wanda hanya mampu berdiri untuk melihat langka Tony yang benar-benar pergi dari tempat ini. Ia menangis setelahnya, Vision yang datang dari belakangnya menyambut tangannya dan ia berbalik memeluk suaminya itu. Vision hanya mengelus menenangkan istrinya ini. Ia tahu bahwa Wanda benar-benar sudah memiliki sahabat terbaik baginya.

"Kau bisa bantu aku?" Wanda menatap pilu Vision dan ia hanya mengangguk.
.
.
.
.

"Wanda?" ia mendorong Steve dengan kuatnya sampai tubuh itu sedikit bergerak kebelakang.

"You are an Idot! You are f*ckin Idot!" Wanda meneguhkan wajahnya begitu marah depan wajah Steve.

"What??" Steve kaget dan yang jelas ia tak mengerti kenapa Wanda sebegitu marah padanya.

"You let him go.. You suck, Hypocrite!" Wanda cukup keras berteriak didepan Wajah Steve, kini ia mulai tau maksud Wanda kenapa begitu marah padanya.

"Karena dia tak bisa menjawab pertanyaanku apa dia mencintaiku atau tidak!"

"Stupid. Kau fikir apa yang sudah aku lakukan pada kau dan dia memberi kamar ini dan membiarkan dia bisa bersamamu, aku tidak tau kau mencintai dia dan dia juga mencintaimu?, huh!" Steve kini tak bisa berbicara apapun, ternyata ini sudah sangat jauh dari kiranya. Semua orang sudah tau seperti Wanda sekarang dan dia rasa Peggy pun juga sudah mengetahuinya.

Nafas mereka tak beraturan karena situasi yang panas ini diantara keduanya, Wanda begitu melampiaskan kekecawaannya pada Steve. Dan ia juga berusaha untuk membela dirinya namun Steve sadar ini memang salahnya yang tak bisa memutuskan dengan jelas dan telah menekan Tony.

"Kau salah jika kau tanya padanya apa dia mencintaimu atau tidak. Yang ia tau kau satu-satunya orang yang bisa membuat dia seperti itu, Steve! Aku bangga padamu dulu, sekarang aku punya cukup alasan kenapa aku begitu kecewa padamu!" Wanda menunjuk Pria ini dengan intonasi yang tinggi dan menekan seolah menyalahkan semuanya pada Steve.

HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang