menarik pergelangan tangan ku dan membawaku ke kafe yang lumayan besar.
"yahhhh"
"kenapa??"
"tutup kan, xoa sihh"
"kok aku??"
Jaeden membalikkan badannya ke arah lain dan melipat kedua tangannya di depan dada, seolah-olah ia marah kepada ku, aku membujuknya supaya ia tidak marah dan beberapa saat kemudian seorang wanita paruh baya keluar dari kafe tersebut.
"kalian kenapa?? kok di luar" ucap wanita paruh baya itu dengan lembut
"bukannya udah tutup ya bu kafe nya??" tanya ku
"belum kok nak" balas wanita itu dengan ramah
"tulisan yang tergantung di pintu itu tulisannya tutup" sekarang giliran Jaeden yang mulai bersuara
"yaampun, ibu gak sadar ternyata ibu memasang tandanya salah, maaf ya nak"
aku menoleh ke arah Jaeden, dan aku melihat ekspresi bingung Jaeden, aku pun langsung menertawakan ekspresi itu dan ibu itu pun juga tertawa kecil.
"bingung sih bingung Jaeden tapi jangan sampai menganga seperti itu juga kali, lihat-lihat ada capung terbang, jangan sampai capung itu masuk ke dalam mulut mu" celetuk ku, dan aku pun mulai tertawa lagi.
"apasih xoa" ucap Jaeden salah tingkah
aku dan Jaeden pun masuk ke kafe, memesan beberapa makanan dan minuman. Selagi menunggu itu semua aku dan Jaeden pun berfoto bersama, aku tertawa ketika melihat hasil fotonya, dan Jaeden pun tertawa juga melihat foto tersebut. Lebih tepatnya kita saling menertawakan satu sama lain karna di foto pertama aku terlihat jelek di situ, di foto ke dua malah Jaeden yang terlihat jelek. Jaeden meledek ku dan aku pun juga meledeknya balik.
"ihh xoa di foto kok kaya orang lagi mabok lem sih"
"liat deh, ini siapa sih kok mukanya ngajak ribut pas di foto"
"aku kayak gitu aja ganteng kok"
"iki kiyik giti iji ginting kik" ucap ku meniru apa yang Jaeden ucapkan tadi
"permisi"
Kami yang tadinya sedikit berisik akhirnya menoleh bersamaan ke arah sumber suara, lalu seketika kami langsung diam tanpa suara .
"ini pesanannya nak"
"ah iya bu, makasih ya" ucap ku dan Jaeden berbarengan
"anak muda kalo lagi kasmaran emang suka gini ya"
Kami berdua terkejut dengan apa yang di ucapkan ibu yang tadi, dan seketika kami saling menoleh satu sama lain dan membalas ucapan ibu itu berbarengan
"kita gak pacaran bu" ucap kami berbarengan
"suka malu-malu gitu ya, ibu juga pernah muda kok"
lumayan lama kami berdua di kafe ini, matahari juga sudah menenggelamkan dirinya dan sekarang giliran bulan yang menggantikannya untuk muncul.
"xoa..."
aku menoleh ke arah Jaeden lalu aku menaikkan satu alis ku ke atas, menampilkan ekspresi bertanya-tanya.
"aku keluar dulu ya, mau ngangkat telfon"
"iya"
aku memperhatikan punggung Jaeden dari dalam kafe, ku melihatnya sedang mengotak-atik handphone, saat aku memperhatikannya lagi tiba-tiba saja Jaeden membalikkan badannya dan tersenyum kearah ku sambil mengangkat tangannya dan melambaikan nya kepada ku seperti tanda "dadah"
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH 🍁
JugendliteraturTerimakasih telah hadir wahai penyuka pelangi ♡.♡.♡ aku ubah judul sama isinya ya,karna menurut ku,cerita sebelumnya kurang,bnyk juga penulisan yang gk rapih. beberapa cerita masih aku taruh di draf,blm aku up,jd tunggu aja ya :") semoga suka :") st...