warning • 7

374 61 4
                                    

"Jisung Hanasan ada?" Pak Ali – guru bp – baru saja memasuki kelas Jisung. Mendengar namanya dipanggil membuat Jisung berhenti menulis. Menatap ke depan kelas dan mendapati Pak Ali yang menatapnya tidak sabar.

"Ikut saya dulu."

Jisung menatap Bu Mia yang daritadi menjelaskan tentang sosiologi tetapi terhenti karena datang Pak Ali. Bu Mia mengangguk menandakan bahwa Jisung boleh mengikuti Pak Ali.

Jisung berdiri sambil memegang belakang lehernya. Merasakan adanya kemarahan besar dari orangtuanya.

"Orangtua saya udah datang pak?" tanya Jisung.

Pak Ali hanya mengangguk. Sesampainya di ruang bk, Jisung disambut para orangtua yang memarahi anaknya. Sedangkan orangtua Jisung menunggu giliran.

Jisung berjalan pelan menuju orangtuanya. "Bun Ayah."

Bunda menjitak jidat Jisung. Membuat Jisung mengeluarkan suara yang untungnya bisa Jisung perkecil. Jisung memegang jidatnya yang langsung menjadi merah.

"Ngelakuin apa lagi kamu hah?" bunda bertanya dengan volume super kecil agar tidak mengganggu orang tua lain memarahi anaknya.

"Oke, ibu ibu bapak bapak," Pak Ali berdiri di tengah tengah. "Saya memanggil ibu dan bapak sekalian kesini karena anak ibu dan bapak terlibat kasus coret coret tembok di lorong samping sekolah."

Jitakan kedua didapat kembali oleh Jisung dari bundanya.

"Dan merokok," Pak Ali tersenyum.

Jitakan ketiga didapat kembali oleh Jisung.

"Kalo ibu dan bapak tidak percaya, mari kita lihat bersama rekaman cctv kemarin sore," Pak Ali membalikkan laptopnya agar bisa dilihat oleh seluruh ruangan.

Rekaman cctv pun dimulai. Semua terlihat jelas bahwa Jisung merokok dan berusaha menghentikan Changbin.

"Begitulah kira kira rekamannya. Nah selanjutnya, saya akan bicara dengan ibu dan bapak satu persatu. Saya mulai dari Hasan dulu," Pak Ali berjalan ke ruangannya. Diikuti Jisung dan kedua orangtuanya.

Pak Ali duduk di takhtanya setelah menutup pintu ruangannya, "Silahkan marahin anak ibu sepuasnya dulu."

"Makasih pak atas kesempatannya," bunda tersenyum penuh arti lalu memukul lengan Jisung.

"Kamu ngerokok udah berapa lama?" tanya bunda.

Jisung memegang lengan dan jidatnya yang sangat sakit. "Dari kelas 1 bun."

"Apah?!" bunda berteriak. Ayah Jisung yang daritadi kalem memegang pundak istrinya.

"Kamu dari kelas 1 SD udah ngerokok? Mikir apa sih kamu?" tangan bunda sudah melayang di udara untuk memukul Jisung lagi.

"Kelas 1 SMA bun!" tangan bundanya pun terhenti.

Bundanya menjadi tenang kembali.

"Untung aja anak ibu udah berusaha berhentiin si Changbin. Kalo tidak, mungkin udah saya keluarin lagi," Pak Ali bersuara. "Lagian, si Changbin itu mau nulis apa? Kok Garu doang tulisannya? Mau nulis Garuk dia ya?"

Jisung menahan tawa. "Garuda pak."

Jitakan didapat dibelakang kepala Jisung dari ayahnya. "Ga usah ketawa kamu."

"Intinya, Jisung tolong dijaga baik baik pak bu. Kalo perlu ga usah dikasih uang jajan. Suruh pulang cepat!" Pak Ali memberikan saran.

"Udah pasti itu pak!" seru bunda, "Pokoknya, makasih loh pak. Sudah memberikan Jisung kesempatan kedua. Saya bakal jaga anak ini baik baik!" bunda menepuk pundak belakang Jisung.

wise • han - minaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang