七 : Crepe Perdamaian

1.2K 281 109
                                    

Changbin membuka pintu kamar dengan kasar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Changbin membuka pintu kamar dengan kasar. Kakinya melangkah lebar menuju kamar lalu melempar tubuh ke atas kasur. Tubuhnya lelah karena hampir lima jam melakukan perjalanan dari Kobe. Tapi otaknya lebih lelah karena memikirkan si sepupu brengsek.

Eric tidak memilih menjadi brengsek, keadaan lah yang membuat Eric menjadi seperti itu. Sejak kecil sepupunya itu dituntut paman dan bibi untuk menjadi sempurna. Pamannya akan memukul Eric ketika dia berbuat salah. Bibinya akan memarahi Eric sampai menangis ketika Eric merengek pada sesuatu yang dianggap tidak penting.

Eric menjadi pribadi yang penakut, cengeng dan pendiam. Sampai saat sekolah menengah atas sepupunya itu mulai menunjukkan perlawanan karena sudah muak akan tuntutan sang orang tua.

Eric meninggalkan kata sempurna yang selalu orang tuanya agung-agungkan. Eric menjadi pemberontak dan pemarah, bahkan sekarang menjadi penipu.

"Hiks—"

Pikiran Changbin tentang sang sepupu terinterupsi oleh suara tangis tertahan dari tempat tidur atas. Changbin melirik ke arah meja belajar, ada tas milik Felix tergeletak disana, menandakan suara tangis itu bukan suara setan.

Changbin menendang tempat tidur atas dengan kaki pendeknya, "oi, berisik! Kalo nonton drama jangan di tempat tidur, ganggu orang aja." katanya kemudian.

Bukannya berhenti, tangisan dari tempat tidur atas itu malah semakin keras. Changbin dengan terpaksa bangun, memeriksa tempat tidur atas untuk membuktikan bahwa tangis keras itu bukan berasal dari hantu yang sakit hati karena dia marahi.

"Cowok kok nangis, kaya cewek aja," kata Changbin sambil menepuk kaki Felix keras. 

"Brengsek!"

Tendangan dari Felix hampir membuat Changbin terjungkal dari tangga. "Berisik pendek! Sana lo pergi ke neraka!" bentak Felix kasar tanpa mengubah posisinya yang tengkurap dengan wajah menempel pada bantal.

Bentakan Felix rupanya membuat Changbin ikut naik pitam.

Bagi Changbin, tinggi badannya merupakan hal sensitif yang tidak bisa seenaknya dibahas, apalagi dikatai. Maka dengan kasar Changbin membalik tubuh Felix sampai menabrak tembok, buat Felix mengaduh kesakitan.

Felix menatap Changbin marah dan tidak peduli dengan wajahnya yang saat ini basah karena air mata. "Lo ada masalah apa sih sama gue?" tanya Felix bernada marah.

Tidak peduli dengan penampilan menyedihkan Felix, Changbin menjawab dengan nada tak kalah marah, "suara tangis lo berisik sampai ganggu gue yang mau tidur! Kalo nangis itu jangan di kamar yang belum lo bayar sewanya, dasar nggak tahu diri!"

Tidak seorang pun tidak akan sakit hati mendengar ucapan Changbin. Termasuk Felix. Dengan sekuat tenaga Felix menendang Changbin sampai teman sekamarnya itu jatuh dari tangga. Setelah itu secepat mungkin Felix  menuruni tangga, lalu melangkah keluar kamar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

japan °changlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang