Prolog

18 8 6
                                    

"Mungkin ini pesan terakhir yang akan kau dapatkan dariku, kali ini aku tak akan menyuruhmu kembali, aku tak akan menyuruhmu kembali pulang di rumah yang sama denganku, aku juga tak akan lagi merepotkanmu, memintamu untuk duduk di sebelahku di taman itu hanya untuk sekadar melihat senja mulai tiada, memintamu mendengarkan semua ocehanku, memintamu untuk membagi jawaban tugas sekolah atau yang lainnya. Tidak, karena itu tidak mungkin. Aku tidak akan meminta itu semua, pesan ini berbeda dengan pesan-pesan sebelumnya yang kutulis hanya berisikan mengeluh memintamu kembali, menanyakan kabar, atau sekadar bertanya kenapa kau pergi. Jika kau kira aku akan bertanya bagaimana kabarmu, tidak. Semesta pasti selalu menjagamu dan bulan menemani tidurmu serta senja selalu menghangatkan tubuh mungilmu, aku percaya itu. Di pesan ini aku hanya ingin berkata Genita aku rindu, aku selalu menanti kedatanganmu, pintu rumah ini selalu terbuka untukmu.

-Salam rindu, Gan."

Kubaca pesannya di wajah jendela kamar yang langsung menghadap ke barat, dimana senja dapatku saksikan dengan penuh leluasa dan hikmat -meski awalnya aku tak suka senja- Aku hanya tertawa kecil ketika aku membaca pesannya, tawa palsu yang ku suguhkan bersama senja yang mulai tiada,  aku ingat dulu disaat seperti ini kuhabiskan bersamanya dengan tertawa bersama -hanya aku yang tertawa dan dia menyajikan lelucon padaku-, tertawa sampai tak terkendali -sampai sakit perut- tertawa lepas yang tak bisa ku lakukan sekarang, atau mungkin selamanya. 

"Aku tak akan kembali Gan, perlu kau ketahui aku hanya sadar jika aku masih tetap berada di sana aku akan terluka, aku sadar akan sesuatu hal sebelum hatiku tiada akan kubawa hati ini dengan sepenuh jiwa, meski aku membawanya dengan luka. Jadi tak salah bukan? jika aku memilih menyelamatkan hati ini. Mengobati apa yang semestinya telahku obati dari dulu, dalam arti aku pergi atau memusnahkan rasa cinta yang selalu ada dihati. Jangan tanya kenapa aku pergi, karena aku tak mampu hanya menjelaskannya lewat pesan ini. Dan mengenai rindu yang kian menggebu dengan bibir terus selalu terucap namamu, aku sudah menjinakkannya, meski sakit dan luka yang kian menganga."

kutulis pesan untuknya panjang kali lebar, tapi aku sulit mengirimkannya. Jariku mematung, sungguh aku kesulitan untuk mengirimkannya, aku menghapusnya  lagi, lagi dan lagi, seperti yang kulakukan sebelum-sebelumnya. Akan tetapi aku-----, (baca bagian ini dibab-bab selanjutnya:*)

***

"Bagaimana dengan semuanya, Gan? Ha?" air mataku sedari tadi tak henti terurai, bibirku bergetar mengucapkan hal itu. "Bukankah kau telah menjagaku? Mengorbankan nyawamu sendiri? Lantas semua telah tenang dan kamu memilih pergi?! Apakah kamu selama ini hanya kasihan denganku?!" Tambahku, bukan hanya bibirku yang bergetar melainkan kedua tanganku juga ikut bergetar ketika mengucapkan itu, air mataku terus mengalir. Mungkin akan banjir disini karena air mata ini. Kepalaku tertunduk, "semua telah berakhir,batinku.




























Wahahaa.. Jujur aku sungguh tak kuat menjelaskan semuanya disini, karena ini bukan cerita cinta remaja pada umumnya, disana juga ada permainan semesta yang suka memainkan hati manusia, bersama dengan senja yang hanya bisa dinikmati lewat warna jingganya saja.

Manusia Hidup (MH) : Elaah Thor. Langsung aja keles:V

Author Cumi (Acumi) : wkowk, oke langsung saja yah,


Jika suka dengan prolognya, comment and vote yah, wajib! 😆🤗
Selamat Membaca ❤

2G: Gan and GenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang