Cerita dibalik cerita.

9 3 4
                                    

Uhuk uhuk..

Cairan kental berwarna merah keluar dari hidung gadis manis itu. Ia terus menyeka hidungnya dengan tissu.

"Berhenti keluar dong," gumamnya.

Tok tok.

"Sel, lama amat si kau di toilet. Makanya jangan makan banyak dong. Keluar semua kan. Sayang banget abis makan dikeluarin lagi," ucap Tata sembari menyenderkan tubuhnya di dinding.

Sela tersenyum singkat, "duluan aja deh Ta, perut aku sakit banget. Mules parah. Oya tinggalkan tissunya di wastafel."

"Oh yauda deh. Nanti kalau gurunya udah masuk aku bilang aja kau sakit perut ya." setelah berucap Tata segera keluar dari kamar mandi karena bel telah berbunyi.

Sela keluar dari kamar mandi. Ia membuang tissu bekas darahnya di tong sampah. Terlihat jelas bekas darah yang ada disekitar hidungnya.
Ia membasuh wajahnya dan mengelap dengan tissu.

▫▫▫▫
"Ta, kau kok masuk sendiri si Sela mana?" Tanya Neza.

"Oh, masih sakit perut."

"Emang tadi pas dikantin makan saos ya?" tanya Neza kembali.

"Enggak deh kayanya."

"Suttt, diem. Gurunya udah datang." seru Mega.

Pelajaran berlangsung dengan hikmat sudah beberapa kali Neza menjawab pertanyaan matematika dengan mudah.

Tok tok..

"Loh Sela, masuk cepat." Sela berjalan dengan menundukkan kepalanya.

"Kamu masih sakit perut," tanya Bu guru.

Sela meremas roknya pelan, "Sudah enggak kok buk," jawab Sela pelan.

"Yasudah kembali ketempat duduk."

Sela berjalan perlahan menuju tempat duduk. Neza yang sedang menjawab pertanyaan di papan tulis mengernyit, "Tu bocah rada aneh deh. Emang aneh si orangnya," gumam Neza.

"Sel masih sakit perut. Nih aku ada minyak angin." Mega mengeluarkan minyak angin dari tasnya.

"Makasih ya Meg." Sela membalurkan perutnya dengan minyak angin. Tak lupa juga dengan hidungnya.

Tak terasa pelajaran telah usai. Bel pulang juga sudah berbunyi dari tadi dan para murid sudah banyak yang meninggalkan sekolah.

"Sel pulang naik apa?" tanya Tata.

"Naik grab."

"Gak papa emang. Atau mau sama aku aja."

"Gak usah Ta. Arah kita berlawanan," tolak halus nya.

"Ah aku tau." Mega berlari pelan menuju segerombolan cowok yang diyakini anggota basket.

Terlihat Mega mengobrol dengan salah satu laki-laki disana.

"Sel kamu pulang sama kak Arka aja," ucap Mega.

Deg deg

Mega berdehem pelan, "Iya Sel pulang sama kak Arka aja." Mega menolak tubuh Sela.

"Gak papa kak?" tanya Sela.

"Gak papa kok, ayo." mereka berdua berjalan menuju parkiran. Teman-teman Arka menggoda dua orang itu.

Tanpa mereka sadari ada yang menatap mereka tidak suka. Ada hati yang patah disini. Tetapi ia tetap memaksakan senyumnya.

"Yuk pulang," ajak Tata.

"Eh iya grab ku udah datang," jawab Neza.

"Sama dong," jawab Tata kembali.

"Jemputan kamu udah sampai belum Meg," tanya Nez.

Mega melihat handphone, " Belum. Aku nunggu disini aja."

Tata dan Neza menuju pintu gerbang sekolah. Sedangkan Mega duduk di post satpam untuk menunggu jemputan.

Diantara mereka semua Mega lah yang paling kaya. Ayahnya merupakan CEO di salah satu kantor di Jakarta. Ia hanya tinggal dengan Ibu dan Kakaknya di Medan. Walaupun begitu, Mega tidak pernah memperlihatkan kesombongan pada dirinya, ia tetap mau berbaur dengan teman yang lain. Ia sering berkata, 'semua orang itu sama, harta itu alat ukur untuk membatasi pertemanan seseorang'

Di dalam pertemanan mereka tidak selamanya mulus. Banyak sekali goncangan yang ada. Yang ditakutkan nanti mereka berantam hanya karena seorang pria. Memang mereka bukan orang yang egois, tetapi cinta itu dapat merubah semuanya. Yang tadinya baik, berubah. Siapa yang tau semua itu?.

Sebenarnya banyak sekali rahasia pribadi mereka yang belum mereka ceritakan kepada yang lain. Tidak semua hal dapat dikasih tau kepada seseorang. Apalagi masalah pribadi.

▫▫▫▫

"Assalamualaikum, Mah," ucap Neza sembari melepaskan sepatunya.

"Walaikum salam. Kamu langsung makan, habis itu cuci piring."

"Iya mah, Mamah mau kemana rapi kaya gini." Neza menatap Ibunya.

"Mau kerumah tetangga. Soalnya anak tetangga besok sunat. Udah ya mamah pigi dulu." setelah menyalam ibunya, ia segera masuk ke kamar untuk ganti baju.

Neza tinggal dengan Ibu dan Ayahnya. Ia tidak memiliki Adik maupun Kakak. Ya, dia anak tunggal. Jangan dikira jadi anak tunggal itu selamanya enak. Menurut Neza jadi anak tunggal sama saja seperti anak yang lain, tidak ada istimewanya. Malah lebih repot, karena kalau ada apa-apa hanya dia yang bisa diandalkan.

Setelah mengganti baju. Neza menatap jendela di kamarnya, terlihat jelas keramaian dirumah tetangga sebelah.

Ternyata disebelah sana ada yang memerhatikannya juga. Ia tersenyum sembari melambaikan tanganya kepada Neza. Neza memperhatikannya sembari tersenyum tipis. Ia langsung bersembunyi disamping jendela tanpa membalas lambaian tangan orang tersebut. Neza memegang dadanya perlahan.

Sakit jantung

Neza mengitip, dan ternyata orang tersebut sudah pergi. Ia tersenyum lebar sembari membalas lambain, walau orang tersebut sudah tidak ada lagi dihadapannya.

Kak Arka

▫▫▫▫▫

Hai, semuanya. Akhirnya kite jumpe lagi 😂😂

Kira-kira ada gak dari kalian yang berteman lama sekali?

Kalau berantem dengan sahabat kalian, kalian biasanya ngapain?

Bukan kepo hanya ingin tau😂😂😂

Tungguin cerita selanjutnya ya.

Sepertinya aku akan menyelesaikan cerita ini dulu deh.

Untuk dua cerita ku yang lain nanti deh aku sambung.

Jangan lupa komen dan like ya...

Follow akun ku juga😊😊

Drastic ChangesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang