Saking seringnya bersama, kami seperti terlihat anak kembar. Satu suka ini, semua suka ini juga. Yang ditakutkan sih, menyukai pria yang sama, hehehhe.
"Nez, ada lomba puisi dimading," ucap Sela sambil duduk di meja Neza.
Neza yang sedang fokus dengan bacaannya ia terlihat mengacuhkannya begitu saja.
"Woy, diriku ngomong ini," gertak Sela.
"Apasih Sel." Neza melihat Sela dengan malas.
"Ada lomba puisi noh, lumayan kalau menang."
"Mager ah." Neza kembali fokus kebacaannya. Mega yang geram akhirnya turun dan menarik buku Neza.
"Apa salahnya si ikutan. Kalau menang dapat hadiahnya lumayan."
"Ngebet banget si, pengen aku ikut."
"Yaudah gini deh, kau buat puisinya nanti aku yang ngirim, terus kalau menang.."
"Duitnya buat kau kan."
"Hehehehe, ya gak semua la."
Neza yang jengah mendengar ucapan Sela pun akhirnya mengiyakan.
"Yee.... Nih buku mu. Dasar kutu buku." Mega langsung lari keluar kelas.
"Salah apasih punya kawan kaya dia." Neza duduk kembali kebangkunya.
"Tapi temanya apa?" akhirnya Neza memutuskan untuk ke mading melihat pengumuman itu.
▫▫▫▫▫▫▫
"Hai Tetangga."Sontak Neza terkejut dengan ucapan orang tersebut. Ia membalikkan badannya, dan tatapannya langsung berpapasan dengan dada orang tersebut.
"Neza," panggil orang tersebut begitu pelan.
"Eh, iya. Akhirnya manggil nama aku juga."
"Suka lupa si sama namamu."
"Makanya diingat," sinis Neza.
Dia hanya menanggapi dengan tersenyum. "Lagi liat apasih?"
"Ini pengumuman lomba puisi."
"Wah keren nih. Ikutan juga ah."
"Emang ngerti buatnya."
"Ya enggak lah," jawabnya dengan terkekeh.
"Ya jadi gimana ngerjainya."
"Diajarin kamu." seusai mengakatan itu ia pergi begitu saja tanpa mengucapkan selamat tinggal.
"Kenapa si dia selalu kaya gitu. Aku kan jadi baper." Neza menghentakkan kakinya pelan.
▫▫▫▫▫▫▫▫▫▫
"Nez beneran ikut lomba?" tanya Mega.
"Iyalah," jawab Sela semangat.
Tata menoyor pelan kepala Sela. "Yang ditanya siapa, yang jawab siapa."
"Iyah aku ikut. Tapi masih bingung temanya apa."
"Emang diperlombaannya gak ditulis?" tanya Mega sambil memakan kentang goreng.
"Enggak, bebas la pastinya. Cariin dong temanya."
Sela terlihat serius sekali berfikir. "Sok mikir woy." teriak Tata ditelinga Sela
"Sakit eek."
"Udah ih, berantem mulu," lerai Neza
"Kalau temanya keluarga gimana," seru mega.
"Eh tunggu kita gak bisa asal ngasih tema. Tergantung untuk event apa?"
Mereka berempat berfikir keras mengenai tema yang dibuat.
▫▫▫▫▫▫▫▫
Jatuh cinta itu biasa, setiap manusia tentu akan merasakan hal tersebut. Indahnya fase awal jatuh cinta. Membuat jantung terus berdetak kala bertemu bahkan berdekatan dengan si doi.
Hal yang sama dirasakan oleh Arka. Perasaan jatuh cinta membuat hati nya berseri. Tak henti ia terus manis hingga menampilkan gigi rapinya
Banyak siswi yang memperhatikan Arka, mereka tersenyum manis melihat senyum Arka. Ya, Arka di kenal dengan image baik,tampan, pintar, ramah. Sungguh paket komplit. Namanya sungguh terkenal seantero sekolah. Banyak yang mengaguminya, dan tentu juga banyak sekali yang menyukainya.
"Lah si Arka senyum mulu," desis Reza.
Adit yang mendengar ucapan Reza pun terkekeh. "Anjir, giginya sampe kering."
"Ka, kenapa si senyum mulu?" tanya Reza.
"Aku tu lagi merasakan dahsyatnya jatuh cinta." Arka terus tersenyum manis tanpa mengiraukan tatapan jijik temannya.
"Woy Za, sini lu." Reza mendekati Adit.
Adit membisikan sesuatu kepada Reza, "Dengar ya, tu orang suka sama cewek kan."
"Pertanyaan lu annoying banget tau gak." Reza langsung menjauhi Adit.
"Aku kalau suka sama orang gak gitu banget perasaan."
"Baru tau, kalau kau suka sama orang," celetuh Reza.
"Lah anying, jadi selama ini diriku pacaran sama siapa." dengan tatapan datarnya, Adit mencoba bersabar.
"Kalian tu berisik banget, ganggu hayalan orang tau gak."
"Gosah ngayal, deketin orangnya , tembak, jadian. Selesai kan," saran Adit.
"Gak segampang itu juga," ucap Arka.
"Siapa si yang kau suka, seangkatan?" tanya Reza yang dijawab Arka dengan anggukan.
"Kasih tau dong karakteristiknya," desak Adit.
"Bahasa lu," ucap Reza.
"Dia itu baik, pintar, lucu. Ah pokoknya gitu deh."
"Kau dekat gak sama dia?" tanya Adit.
"Gak terlalu dekat si. Takut dekat sama dia."
"Lah ngapa?" tanya Reza.
"Soalnya jantung ku mau lepas kalau dekat dia," jawab Arka dengan cengirannya.
"Sumpah alay banget lo tai kuda." setelah mengucapkan itu Adit mengajak Reza cabut dari Kantin. Biarkan saja Arka berserta kehaluan tingkat dewanya.
"Kenapa jadi ninggalin sih, kek gini orang yang gak pernah ngerasain cinta tulus ni. Woy tunggu."
.
.
.
.
.
.
.
.
.Semoga suka ya.
Maaf lama updatenya.
Tinggal pesan dan like jangan lupa
KAMU SEDANG MEMBACA
Drastic Changes
Novela JuvenilDari awal kami selalu bersama. Menyelesaikan masalah, hingga membuat gaduh. Tapi sekarang begitu terasa regang, sama-sama egois, tak mau mengalah. Sebuah persahabatan tidak selama lurus bagai air yang mengalir. Kadang kala pasti akan tergoyang karen...